Tampilkan postingan dengan label rempah nusantara 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rempah nusantara 3. Tampilkan semua postingan

rempah nusantara 3











 1% per tahun dengan total nilai devisa 0,2 

miliar dolar AS, sehingga neraca perdagangan lada masih positif 

dengan total nilai 4,8 miliar dolar AS (Tabel 15)Mungkin perlu diwaspadai kecenderungan peningkatan impor 

(Ditjen Perkebunan, 2016). Fakta ini  menunjukkan walaupun 

status negara kita  masih sebagai negara net-exporter lada, namun 

pertumbuhan impor dalam jumlah maupun dan nilai meningkat 

pesat.

Vanili. Tanaman vanili sebagian besar dibudidayakan rakyat 

dan hanya sebagian kecil diusahakan perkebunan swasta. Luas 

areal pengembangan vanili sangat fluktuatif. Selama 1977-2014 

produksi vanili mengalami peningkatan rata-rata 4,86% per 

tahun. Peningkatan produksi ini  lebih banyak ditunjang oleh 

naiknya produktivitas dibanding bertambahnya areal (Tabel 16). 

Selanjutnya dalam Tabel 16 dapat dilihat bahwa rata-rata 

peningkatan produksi per tahun pada periode 1977-1998 sedikit 

lebih kecil dibanding kenaikan produksi pada periode 1999-2014. 

Meski rata-rata peningkatan areal dan produktivitas periode 1977-

1998 lebih besar dibanding periode 1999-2014, namun peranan 

produktivitas dalam peningkatan produksi tetap lebih besar 

dibanding areal. Data Ditjen Perkebunan (2016) menunjukkan negara kita  dikenal 

sebagai salah satu eksportir vanili dengan nama yang telah dikenal 

di dunia sebagai Java vanilla beans. Data Tabel 17 menunjukkan 

selama periode 1969-2014, nilai ekspor mengalami peningkatan 

rata-rata 51,31 % per tahun dengan total nilai devisa sebesar 619 

juta dolar AS. sedang  pada periode yang sama, nilai impor 

mengalami penurunan rata-rata 52,23% per tahun dengan total 

devisa sebesar 15 juta dolar AS. Dengan demikian, selama periode 

ini  neraca perdagangan vanili positif.Kayu Manis. Seperti komoditi rempah lainnya, luas areal kayu 

manis terbesar berasal dari perkebunan rakyat, sekalipun ada 

perkebunan negara dan swasta tetapi luasnya tidak signifikan. 

Selama periode 1967-2014, produksi kayu manis berkembang 

pesat dengan peningkatan rata-rata 6,98% per tahun. sedang  areal dan produktivitasnya mengalami kenaikan dengan rata￾rata 5,02% dan 4,19% per tahun. Dengan demikian, peranan areal 

dan produktivitas dalam peningkatan produksi hampir seimbang 

(Tabel 18). 

Data juga menyebutkan peningkatan produktivitas pada 

periode 1967-1998 lebih kecil dibanding periode 1999-2014. 

Namun, bertambahnya areal pada periode 1967-1998 lebih 

besar dibanding periode 1999-2014. Dengan demikian, kenaikan 

produksi pada periode 1967-1998 lebih besar dibanding periode 

1999-2014. Penurunan produksi pada periode 1999-2014 lebih 

banyak karena berkurangnya areal pertanaman kayu manis.Kayu manis negara kita  diperdagangkan di pasar internasional 

dan dikenal dengan beberapa nama dagang, antara lain Korinchi 

cassia dan Padang cassia. Selama periode 1969-2012, nilai ekspor 

kayu manis meningkat rata-rata 2,2% per tahun dengan total nilai 

devisa sebesar 820 juta dolar AS. Selama periode ini , nilai 

impor meningkat 705,35% per tahun dengan nilai devisa 2,68 juta 

dolar AS. Secara keseluruhan, selama periode ini  neraca 

perdagangan kayu manis negara kita  positif dengan total nilai 817 

juta dolar AS (Tabel 19).Jahe. negara kita  merupakan negara produsen jahe terbesar 

keempat di dunia, sesudah  India, Nigeria, dan China. Budi daya 

jahe hampir 50% dilakukan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat, 

Jawa Tengah, dan Jawa Timur. sedang  sisanya tersebar di luar 

Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. 

Data Ditjen Perkebunan (2013) menunjukkan perkembangan 

luas areal pertanaman jahe di Jawa mengacu pada data tahun 

1996-2013 terjadi peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 

lebih rendah dari di luar Jawa. 

Tabel 20 menunjukkan selama periode 1996-2013 produksi jahe 

meningkat rata-rata 14,47% per tahun. sedang  luas areal dan 

produktivitas masing-masing naik sebesar 5,27% dan 9,65% per 

tahun. Dengan demikian, peranan produktivtas terhadap kenaikan 

produksi lebih besar dibanding pertambahan areal. Jika tahun 1996 

sebesar 11,8 ton/ha maka tahun 2013 naik menjadi 22 ton/haMenurut data Ditjen Perkebunan (2013), volume ekspor 

jahe negara kita  sangat fluktuatif, bahkan cenderung menurun, 

tergantung dari kinerja produksi jahe dalam negeri. Volume 

ekspor tertinggi dicapai pada tahun 1996, sesudah  itu turun drastis, 

terutama sesudah  tahun 1999. Total volume ekspor selama kurun 

waktu 1996-2013 mencapai 260.204 ton, sedang  total impor 

62.469 ton.

Data dalam Tabel 21 menunjukkan bahwa selama periode 

1996-2013, nilai ekspor jahe meningkat rata-rata 103,93% per tahun 

dengan total nilai devisa sebesar 117 juta dolar AS. sedang  

pada periode yang sama, nilai impor jahe meningkat rata-rata 

240,13% per tahun dengan total nilai devisa 46 juta dolar AS. 

Secara keseluruhan, pada periode ini  necara perdagangan 

jahe mengalami surplus dengan nilai total 71 juta dolar AS.Kerja Sama Lintas Pulau Rempah

Sesuai dengan kebutuhan pasarnya, lalu lintas pasar rempah 

dalam negeri meliputi wilayah penghasil rempah ke wilayah 

berpenduduk dengan populasi tinggi, wilayah yang memiliki 

industri pengolahan makanan (Bali, Jawa, Sumatera, dan Sulawesi), 

dan terdapat pelabuhan laut yang dapat memfasilitasi transportasi 

kemaritiman antarpulau serta ekspor. Kerja sama antara pulau 

penghasil dengan non-penghasil rempah berlangsung dalam kaitannya dengan perdagangan, industri, dan perekonomian 

wilayah. 

Kedekatan jarak dan kemudahan transportasi dari dan 

antarwilayah produsen rempah dengan lokasi pelabuhan laut 

internasional untuk ekspor menjadi pertimbangan penting dalam 

pengembangan kerja sama antarpulau penghasil rempah. Tetapi, 

kerja sama antara pulau penghasil rempah dan pulau lokasi 

industri serta pemasaran rempah selama ini cenderung berjalan 

dengan sendirinya tanpa banyak campur tangan pemerintah, baik 

pemerintah pusat maupun daerah.

Pada masa lampau, kerja sama perdagangan rempah 

terbentuk dengan baik antara kerajaan-kerajaan di Nusantara dan 

mancanegara melalui transportasi kemaritiman tradisional. Pada 

zaman kolonial, transportasi kemaritiman antara kerajaan dan 

perdagangan internasional dibatasi dan dimonopoli perusahaan￾perusahaan dagang milik swasta dan Pemerintah Kolonial 

Belanda melalui perusahaan transportasi Pemerintah Belanda, 

N.V. Koninklijk Paketvaart Maatschappij (KPM). 

Pada masa dan sesudah  perang kemerdekaan, Pemerintah 

Belanda melakukan blokade ekonomi sehingga perdagangan 

nasional dan internasional terhenti, termasuk jalur perdagangan 

rempah yang berdampak krisis keuangan pada pemerintahan 

Republik. Pada masa ini, lalu lintas perdagangan internasional 

rempah dan hasil bumi lainnya dari Nusantara ke mancanegara 

mengalami keterpurukan.

Pada era sekarang, selain pemanfaatan kemudahan berkaitan 

dengan perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi 

yang canggih, pemerintah perlu terus memberi  pelayanan yang 

kreatif dan menarik. Selain itu juga dapat memberi motivasi untuk 

mendorong kerja sama pengembangan rempah di wilayah existing

dan potensial menjangkau pasar internasional, baik wilayah pasar 

tradisional maupun pengembangan pasar baru.


Aspek yang dapat menjadi titik potensial dalam ekonomi 

kreatif pengembangan rempah yaitu  pengembangan produk 

baru yang berdaya saing tinggi dan memiliki nilai tambah, serta 

kualitas produk yang mampu mengantisipasi isu global antara 

lain isu kesehatan dan lingkungan. Aspek lainnya yaitu  dalam 

kemasan produk yang menarik dan degradable, informasi pasar 

terkait harga dan lokasi produksi, promosi produk secara aktif dan 

kreatif, serta promosi yang agresif dari wilayah spesifik produksi 

dan pengembangan yang dapat dikaitkan dengan tujuan wisata. 

Pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat umum yang 

berkepentingan dalam usaha tani, perindustrian, dan perdagangan 

rempah, perlu mengoptimalkan kerja sama antarwilayah (lintas 

pulau) dan mancanegara melalui pemanfaatan keberadaan Dewan 

Rempah negara kita  dan lembaga internasional seperti International 

Pepper Community (IPC) yang berkantor pusat di Jakarta.

Fakta menunjukkan negara kita , khususnya Maluku, dalam 

sejarahnya bukan hanya sebagai sumber rempah dunia, 

melainkan sebagai salah satu asal-muasal rempah dunia, 

yaitu pala dan cengkeh. Namun, fakta juga menunjukkan 

bahwa mengalirnya rempah Nusantara ke belahan dunia lain 

sejak dulu hingga kini masih bersifat asimetris. Di satu sisi 

memberi  kesejahteraan hidup bagi bangsa lain, tapi di sisi 

lain belum memberi  kesejahteraan hidup bagi rakyat dan 

bangsa negara kita .

Jika dilihat dari perkembangan produktivitas dan fluktuasi 

harga yang terjadi di pasar dunia (digambarkan dalam 

fluktuasi nilai ekspor-impor), dapat dikatakan baik penyediaan 

teknologi maupun pengelolaan pasar rempah selama ini belum 

ditangani dengan baik. Atas dasar fakta ini , jika kejayaan 

rempah ingin dibangkitkan kembali, diperlukan energi dan 

kreativitas yang sangat besar.


Peran beras atau gandum dalam mengisi kehidupan manusia 

dapat dipahami dengan mudah, yaitu masing-masing 

sebagai pangan pokok untuk bangsa Asia dan Eropa. Tetapi 

peran rempah-rempah dalam mengisi kehidupan manusia sifatnya 

lebih beragam daripada beras atau gandum. 

Kalau begitu apa yang memicu  bangsa-bangsa di dunia 

pada masa lalu berlomba mencari sumber rempah-rempah sampai 

harus saling berperang? Harganya yang sangat tinggi mengalahkan 

risiko dalam perjalanan dan perdagangan serta mengalahkan 

biaya transportasi (pelayaran) yang memakan waktu lebih dari 

satu tahun pulang pergi Eropa-Nusantara.

Harga tinggi yaitu  akibat dari permintaan tinggi, sedang  

persediaan barang ada dalam situasi langka. Meningkatnya 

suplai rempah karena berkembangnya produksi rempah di 

berbagai lokasi dan berkembangnya teknologi akibat kemajuan 

dalam inovasi barang substitusi bagi rempah, telah menurunkan 

harga rempah secara cepat. Kejayaan rempah pada masa lalu 

berlangsung tidak lebih dari 200 tahun sesudah  bangsa Eropa hadir dan mengeksploitasi rempah di Nusantara. Dengan latar belakang 

pemikiran ini, maka jenis kehidupan baru seperti apa yang kiranya 

kondusif dengan prasyarat untuk kebangkitan rempah negara kita ?

Peran Iptek

Komposisi Kimia Rempah

Tanaman rempah terdiri atas berbagai jenis, namun bab ini hanya 

akan menguraikan komoditi rempah asli negara kita  (cengkeh, 

pala, dan kayu manis khususnya C. burmani). Selain itu, komoditi 

rempah introduksi yang telah berkembang di negara kita  sejak 

zaman dahulu dan memberi  kontribusi yang cukup besar bagi 

perkenomian nasional, yaitu lada, vanili, dan jahe. 

Selain menghasilkan produk yang digunakan sebagai bumbu 

masak, tanaman rempah juga menghasilkan senyawa metabolit 

sekunder, antara lain oleoresin dan minyak atsiri. Oleoresin yaitu  

campuran alami dari minyak atsiri dan resin yang diperoleh dari 

proses ektraksi menggunakan pelarut organik ataupun melalui 

cara ekstraksi dengan CO2

 pada kondisi superkritik. 

Jenis pelarut mempengaruhi kualitas dan rendemen oleoresin 

yang diperoleh. Alkohol merupakan pelarut yang paling banyak 

digunakan dalam pembuatan oleoresin karena lebih aman. 

Oleoresin memiliki aroma khas dan aroma rempah yang sama 

dengan aslinya, karena kandungan komponen tidak menguap 

(nonvolatil). sedang  minyak atsiri dihasilkan dari proses 

penyulingan/destilasi air. 

Minyak atsiri merupakan komponen volatil (mudah menguap) 

atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak 

esensial, minyak terbang, dan minyak aromatik. Minyak atsiri 

yaitu  kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan yang 

mudah menguap pada suhu ruang sehingga memberi  aroma 

yang khas. Kandungan dan komposisi senyawa kimia minyak 

atsiri sangat dipengaruhi jenis, varietas, cara budi daya, kondisi agroklimat, cara dan pascapanen, teknik penyulingan, dan metode 

yang digunakan untuk mengidentifikasi senyawa. 

Cengkeh. Tanaman cengkeh menghasilkan bunga cengkeh 

sebagai bahan baku rempah dan rokok kretek. Bunga cengkeh 

kering mengandung fixed oil (lemak), resin, tannin, protein, 

selulosa, pentosan, dan mineral. Serbuk bunga, tangkai bunga, dan 

daun cengkeh mengandung saponin, tannin, alkaloid, glikosida, 

dan flavonoid. sedang  tangkai bunga cengkeh mengandung 

saponin, tannin, glikosida, dan flavonoidCengkeh dapat diproses menjadi aneka produk, antara lain 

oleoresin dan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan produk hasil 

destilasi air/penyulingan yang dapat diperoleh dari bunga, daun, 

ranting, maupun tangkai bunga. Kandungan minyak cengkeh 

yang berasal dari hasil penyulingan daun (1-4%), batang (5-10%), 

dan bunga (10-20%). 

Minyak atsiri cengkeh mengandung senyawa kimia utama 

eugenol 72-90%, eugenol aseteat 5-15 %, β-cariofileno, β-pinene, 

limonene, farnesol, benzaldehyde, 2-heptanone, ethyl hexanoate, vanillin, 

dan crategolic acid. Dari golongan tannin yaitu  bicornin, gallotannis 

acid, dan metil salisilat (sering digunakan sebagai penghilang rasa sakit). sedang  dari golongan flavonoid yaitu eugenin, kaempferol, 

rhamnetin, dan eugenitin. Dari golongan triterpenoid yaitu 

stigmasterol dan campesterol. Beberapa komponen sesquiterpenes

antara lain trans-karyofilen, alfa-humulen, dan karyofilen oksida. 

Cengkeh juga mengandung berbagai senyawa bioaktif lain yaitu 

chavicol, α-ylangene, dan eugenone.

Rendemen dan mutu dari minyak atsiri maupun eugenol 

yang dihasilkan dipengaruhi asal tanaman, varietas, mutu bahan, 

penanganan bahan sebelum penyulingan, metode penyulingan, 

dan cara analisis. Eugenol merupakan senyawa penciri dan 

penentu aroma cengkeh. 

Kadar eugenol dalam minyak atsiri bunga cengkeh asal Maluku, 

Sulawesi, Sumatera, dan Jawa yang dianalisis menggunakan 

kromatografi gas-spektrometri massa (GCMS) berturut-turut 

93,17 ± 1,72%, 65,66 ± 0,80%, 60,29 ± 0,67%, dan 55,88 ± 0,98%. 

Kadar eugenol dari bunga cengkeh yang diproses melalui destilasi 

air 85-89%, sedang  dari daun cengkeh 77-88%. Minyak bunga 

cengkeh yang berasal dari Sumatera dan dianalisis menggunakan 

GCMS mengandung trans-caryophyllene 15,98%, alpha-humulene

1,151%, eugenol 73,95 %, dan aceuto eugenol 8,56 %.

Pala. Tanaman pala dikenal sebagai rempah multiguna karena 

setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Buah pala terdiri atas 

daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%), dan biji (13,1%). 

Biji dan fuli merupakan produk utama dari tanaman pala yang 

sebagian besar untuk ekspor. Pala selain dimanfaatkan untuk 

rempah juga menghasilkan minyak atsiri.

 Minyak pala diperoleh dari penyulingan biji pala muda yang 

berumur 3-5 bulan, warna biji dan fuli masih berwarna putih. 

Minyak yang disuling dari biji tua akan menghasilkan senyawa 

kimia safrol dan metil eugenol dengan konsentrasi yang melebihi 

standar. Komponen volatil (minyak atsiri) pada oleoresin yang 

diidentifikasi menggunakan GCMS menghasilkan 52 senyawa. 

Senyawa utama yang teridentifikasi antara lain sabinene, myristicin, 

elemicin, a-pinene, b-pinene, limonene, terpinen-4-ol, asam myristat, 

3-carene, gamma terpinene, safrole, myristicin, eugenol, metil 

eugenol, isoeugenol, elimicine, camphene, myrcene, α-phellandrene, 

α-terpinene, γ-terpine, limonene, 1,8-cineole, dan linalool.

Myristisin merupakan senyawa penciri pada pala, namun 

bersifat toksik dan dapat menimbulkan kecanduan apabila 

dikonsumsi dalam jumlah banyak. Kadar myristicin minyak pala 

bervariasi dari 1,93-15,73%. Standar yang ditetapkan International 

Standard Organization (ISO 3215;2002) dan Standar Nasionalnegara kita  (SNI) untuk kadar myristisin minimal 5% dan maksimal 

12%. 

Lada. Tanaman lada menghasilkan aneka produk yaitu lada 

putih, lada hitam, dan produk olahan lainnya antara lain lada 

hijau, serbuk (bubuk lada putih atau lada hitam), oleoresin, dan 

minyak atsiri. Lada putih diproses dari buah lada yang telah 

masak (berwarna kuning sampai merah), kemudian direndam, 

lalu dikupas kulitnya, dicuci, kemudian dikeringkan. Lada hitam 

dipanen dari buah lada yang masih hijau, lalu dipisahkan dari 

tangkainya, kemudian dikeringkan (Gambar 20). Lada putih negara kita  ‘Muntok White Pepper’ dan lada hitam 

“Lampung Black Pepper” dikenal sebagai merek lada dengan 

kualitas terbaik di dunia yang telah memperoleh sertifikat Indikasi 

Geografi (IG) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Oleoresin lada merupakan saripati/komponen utama dari buah 

lada, terdiri atas minyak atsiri (aroma) dan resin (rasa). Minyak atsiri 

lada mengadung senyawa kimia dari golongan lignans, alkaloid, 

flavonoid, komponen aromatik, dan amida. Senyawa kimia yang 

terdapat pada minyak lada antara lain piperin, asam askorbat, beta 

karoten, asam laurat, asam myristat, asam palmitat, alpha terpineol, 

acetophenone, hexonal, nerol, nerolidol, 1,8 cineol, dihydrocarveol, citral, 

alpha pinen, sabinene, phellandrene, linalool, limonene, dan piperoinol. 

Piperine yaitu  senyawa yang memberi  rasa pedas pada lada.

Kayu manis. Kayu manis terdiri atas beberapa jenis yang 

dikenal di dunia perdagangan. Namun yang banyak dibudidaya￾kan di negara kita  yaitu Cinnamomum zeylanicum atau C. verum atau 

true cinnamon/Ceylon Cinnamon, C. cassia dikenal sebagai cassia

atau chinese cassia atau cassia lignea, C. burmani dikenal sebagai 

negara kita n cassia, Padang cassia, atau Kerinchi cassia, dan C. loureirii

sebagai Vietnamese cassia. 

C. verum dan C. cassia selain banyak digunakan sebagai rempah, 

juga sebagai sumber minyak atsiri. sedang  negara kita n cassia (C. 

burmani) lebih banyak dimanfaatkan sebagai rempah daripada 

sebagai sumber minyak atsiri. C. burmani merupakan kayu manis 

asli negara kita  dan kontribusi terbesar dari ekspor kayu manis 

negara kita  berasal dari jenis C. burmani.

Selain dikomersialkan dalam bentuk kulit batang kering 

(Gambar 21), kulit kayu manis juga diperdagangkan dalam 

bentuk serbuk, oleoresin, ataupun minyak atsiri. Senyawa 

yang terkandung dalam minyak atsiri kayu manis terdiri atas 

cinnamaldehyde, linalool, camphor, terpinen-4-ol dan 1,8-cineole, 

eugenol, safrole, c-muurolene, acadinol, germacrene D, a-terpineol, Vanili. Tanaman vanili menghasilkan buah (polong) yang 

bernilai ekonomi tinggi. Polong vanili yang dikomersialkan 

merupakan hasil fermentasi sehingga warnanya berubah menjadi 

hitam kecokelatan sampai hitam mengkilat. Polong hasil fermentasi 

yang berkualitas baik yaitu  yang berwarna hitam mengkilat 

(Gambar 22), mengandung minyak yang memiliki kurang lebih 

200 jenis senyawa, tetapi konsentrasinya masing-masinng sangat 

kecil. 

Komponen utama dari minyak vanili yaitu  vanillin, 

konsentrasinya dapat mencapai 2%. Komponen lainnya 

p-hydroxybenzaldehyde, p-hydroxybenzyl methyl ether, asam asetat, 

eugenol, piperonal, caproic acid, dan vanillyl ethyl ether. Vanilin dan 

piperonal bertanggung jawab terhadap rasa vanili dan memiliki 

berbagai manfaat kesehatan. Senyawa lain yang terdeteksi pada 

minyak vanili yaitu  anise alcohol, methylguaiacol, dan p-cresol. 

Kondisi agroklimat, cara budi daya, dan fermentasi memicu  

perbedaan pada komposisi dan konsentrasi senyawa kimia yang 

terdapat dalam vanili.Jahe. Jahe memiliki beberapa macam berdasar  warna dan 

ukuran rimpang, yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil, dan jahe 

merah. Jahe dimanfaatkan sebagai rempah dalam bentuk rimpang 

segar, simplisia untuk bahan obat-obatan (Gambar 23), oleoresin, 

dan minyak atsiri. Rimpang jahe mengandung karbohidrat (50-

70%), lemak (3-8%), terpenes (komponen menguap/volatil), dan 

fenol (tidak menguap/nonvolatil). 

Komponen volatil (minyak atsiri) terdiri atas oleoresin (4,0-

7,5%) yang bertanggung jawab terhadap aroma jahe dengan 

komponen terbanyak yaitu  zingiberen dan zingiberol. Komponen 

nonvolatil (gingerol dan shogaol) bertanggung jawab terhadap 

rasa pedas pada jahe. Minyak atsiri jahe berwarna bening sampai 

kuning tua.Analisis kimia menunjukkan rimpang jahe mengandung 

lebih dari 400 senyawa kimia. Komponen terpen meliputi 

zingiberene, β-bisabolene, α-farnesene, β-sesquiphellandrene, 

dan α-curcumene. sedang  komponen fenol yaitu  gingerol, 

paradols, dan shogaol. Kandungan gingerols dapat mencapai 23-25% 

dan shogaol (18-25%) merupakan komponen tertinggi di dalam 

minyak jahe. Selain itu, rimpang jahe juga mengandung asam 

amino, serat kasar, abu, protein, phytosterol, vitamin (nicotinic acid

dan vitamin A), serta mineral.

Komponen aroma meliputi zingiberene dan bisabolene. 

sedang  pemberi rasa pedas yaitu  gingerols dan shogaols. 

Aroma dan rasa jahe disebabkan campunan komponen volatil, 

shogaols, dan gingerol. Komponen gingerol dan shogaol lainnya 

dengan konsentrasi (1–10%) yaitu  6-paradol, 1-dehydro gingerdione, 

6-gingerdione, 10-gingerdione, 4-gingerdiol, 6-gingerdiol, 8-gingerdiol, 

10-gingerdiol, dan diaryl heptanoids. Fungsi Kesehatan

Gaya hidup sehat yang dikenal dengan slogan kembali ke alam 

(back to nature) meningkatkan kesadaran masyarakat untuk 

mengonsumsi produk bahan alam yang bebas dari bahan kimia 

sintetik sehingga permintaan bahan herbal semakin meningkat. 

Hal ini  mendorong berbagai kalangan untuk melakukan 

pengujian berbagai jenis tanaman terhadap kesehatan. 

Hasil kajian pada 100 sumber pangan yang kaya akan 

kandungan polifenol menunjukkan bahwa tanaman rempah 

yaitu  jenis pangan dengan kandungan polifenol lebih tinggi 

daripada buah-buahan, biji-bijian, ataupun sayuran. Di antara 

tanaman rempah, cengkeh memiliki kandungan polifenol dan 

senyawa antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan 

tanaman rempah lainnya.

Cengkeh. Cengkeh memiliki daya tarik yang kuat bagi 

komunitas medis maupun nonmedis karena memiliki banyak 

aktivitas biologi. Minyak cengkeh mengandung eugenol dengan 

kadar tinggi, yaitu sebagai antiseptik dan analgesik pada 

pengobatan gigi dan mulut, antijamur, antibakteri, antioksidan, 

antikarsinogen, dan anti radikal bebas. 

Minyak cengkeh mempunyai efek farmakologi sebagai 

stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik, dan 

antispasmodik. Minyak cengkeh juga bersifat kemo-preventif atau 

anti-karsinogenik. Hasil uji telah menunjukkan bahwa cengkeh 

membantu dalam mengendalikan kanker paru pada tahap awal.

Mutagen yaitu  zat kimia yang mengubah susunan genetik 

DNA dan memicu  mutasi. Senyawa biokimia yang 

ditemukan dalam cengkeh, seperti fenilpropanoid memiliki 

sifat anti-mutagenik. Fenilpropanoid mampu mengontrol efek 

mutagenik secara signifikan.

Cengkeh juga mengandung sejumlah besar antioksidan. 

Peranan antioksidan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan telah banyak dilaporkan, antara lain melindungi organ tubuh dari 

efek radikal bebas. Senyawa kimia dalam bunga cengkeh yang 

berfungsi sebagai antioksidan yaitu senyawa fenolik (asam galat), 

flavonol glukosida, komponen fenol (eugenol, asetil eugenol), dan 

tanin.

Aktivitas antioksidan dari minyak cengkeh lebih tinggi dari 

antioksidan sintetis yang diukur sebagai DPPH. Aktivitasnya 

dari mulai yang tertinggi berturut-turut yaitu  minyak cengkeh, 

BHT, alfatocopherol, hidrokoksisilatbutilasi hidroksisol, dan 

trolox. Eugenol memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi 

dibandingkan dengan hydroxyanisole butylated, BHT, trolox, dan 

α-tocopherol, diukur menggunakan beberapa metode, yaitu 

DPPH, ABTS, N,N-dimethyl-p-phenylenediamine, CUPRAC, dan ferri 

reducing assay.

Antioksidan pada cengkeh mampu melindungi hati (bersifat 

hepatoprotektif), sangat membantu dalam menangkal radikal 

bebas dan lipid pada organ hati. Antioksidan pada minyak cengkeh 

juga terbukti mampu mengatasi penurunan daya ingat akibat stres 

oksidatif. Minyak cengkeh mampu mengembalikan daya ingat 

dan meningkatkan kemampuan belajar pada tikus yang diberi 

skopolamin pada dosis 0,025, 0,05, dan 0,1 ml/kg dibandingkan 

kelompok kontrol.

Selain itu, minyak cengkeh dan minyak jinten hitam (Nigella 

sativa) secara signifikan mampu melindungi hati tikus jantan 

terhadap kerusakan akibat terpapar aflatoksin. Pengujian manfaat 

cengkeh terhadap kanker juga menunjukkan hasil positif. 

Skrining terhadap berbagai jenis tanaman yang berpotensi sebagai 

antikanker menunjukkan bahwa ekstrak cengkeh memiliki 

aktivitas sitotoksik yang ampuh terhadap beberapa sel kanker 

manusia.

Hasil studi secara in vitro dan in vivo mengenai aktivitas 

biologi dan antikanker menggunakan ekstrak etil asetat cengkeh, 

menunjukkan bahwa senyawa asam oleanolat memiliki aktivitas antitumor. Baik ekstrak etil asetat maupun senyawa asam oleanolat 

menunjukkan aktivitas terhadap beberapa jenis sel kanker.

Hasil uji terhadap sel kanker usus besar menunjukkan bahwa 

aktivitas ekstrak etil asetat lebih tinggi daripada senyawa tunggal 

asam oleanolat. Ekstrak etil asetat cengkeh mampu menginduksi 

apoptosis pada dosis yang sesuai. Hasil ini menunjukkan bahwa 

ekstrak cengkeh dapat dimanfaatkan sebagai ramuan terapi baru 

untuk pengobatan kanker kolorektal. Asam oleanat merupakan 

salah satu senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antikanker. 

Kandungan utama minyak cengkeh yaitu  eugenol. Eugenol 

juga terbukti memiliki aktivitas antiproliferatif terhadap beberapa 

sel kanker. Aktivitas eugenol secara signifikan lebih tinggi dari 

asam oleanat dan ekstrak etil asetat.

Cengkeh juga bermanfaat untuk mengatasi osteoporosis. 

Ekstrak hidrokarbon dari cengkeh termasuk senyawa fenolik 

seperti eugenol dan turunannya seperti flavon, isoflavon, dan 

flavonoid sangat membantu menjaga kepadatan tulang dan 

kandungan mineral tulang serta meningkatkan kekuatan tulang. 

Eugenol dari cengkeh dapat meningkatkan proliferasi sel osteoblas 

(sel yang bertanggung jawab dalam proses pembentukan tulang).

Cengkeh juga memiliki sifat anti-inflamasi dan penghilang 

rasa sakit. Studi pada ekstrak cengkeh yang diberikan kepada 

tikus percobaan menunjukkan eugenol mampu mengurangi 

peradangan karena edema. Eugenol memiliki kemampuan untuk 

mengurangi rasa sakit dengan menstimulasi reseptor rasa sakit. 

Rasa nyeri pada tulang belakang umumnya dirasakan penderita 

osteoporosis lanjut usia. Senyawa eugenol pada cengkeh berfungsi 

sebagai analgesik yang sangat membantu mengurangi rasa sakit. 

Selain bersifat sebagai analgesik, eugenol dari minyak cengkeh 

juga memiliki aktivitas anti-inflamasi. 

Cengkeh telah dimanfaatkan dalam banyak obat tradisional 

untuk sejumlah penyakit. Salah satu penyakit ini  yaitu  diabetes. Pada pasien yang menderita diabetes, jumlah insulin 

yang diproduksi tubuh tidak mencukupi atau tidak diproduksi 

sama sekali. Penelitian telah mengungkapkan bahwa ekstrak dari 

cengkeh mampu berfungsi seperti insulin dengan cara tertentu 

dan membantu mengendalikan kadar gula darah.

Cengkeh telah banyak dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit 

gusi seperti gingivitis dan periodontitis. Ekstrak bunga cengkeh 

secara signifikan mengontrol pertumbuhan patogen oral pemicu  

berbagai penyakit mulut. Cengkeh juga dapat digunakan untuk 

mengatasi sakit gigi karena sifat-sifatnya yang membunuh rasa 

sakit.

Eugenol juga memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas, 

antara lain terhadap bakteri yang pemicu  penyakit lambung. 

Eugenol dan cinnamaldehyde pada 2 μg/ml mampu menghambat 

pertumbuhan 31 strain Helicobacter pylori sesudah  9 jam dan 12 

jam inkubasi, dan lebih lebih kuat dari amoxicillin dan tanpa 

menimbulkan resistansi.

Selain sebagai antioksidan dan antibakteri, cengkeh juga 

memiliki aktivitas antivirus. Eugeniin, senyawa yang diisolasi 

dari cengkeh, diuji terhadap strain virus herpes dan menunjukkan 

hasil yang efektif pada konsentrasi 5 μg/ml. Pengujian antiherpes 

pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak air dari bunga cengkeh 

menunjukkan aktivitas antiherpes simplex tipe 1 (HSV-1) yang kuat 

ketika dikombinasikan dengan acyclovir. Kombinasi keduanya 

cukup aman terhadap tikus. Aktivitas sinergis ini lebih kuat pada 

otak daripada kulit yang terinfeksi virus herpes.

Di dalam Ayurveda, bunga cengkeh kering mengandung 

senyawa yang membantu dalam meningkatkan sistem kekebalan 

tubuh dengan meningkatkan jumlah sel darah putih. Rempah 

seperti cengkeh dan pala telah diketahui memiliki sifat aphrodisiak. 

Percobaan menggunakan ekstrak cengkeh dan pala dibandingkan 

dengan obat standar, baik cengkeh maupun pala, menunjukkan 

efek yang positif.Selain memiliki manfaat kesehatan bagi manusia, cengkeh 

juga memiliki aktivitas sebagai pestisida. Produk cengkeh berupa 

daun, gagang bunga, minyak cengkeh, dan eugenol bersifat 

sebagai fungisida, bakterisida, nematisida, dan insektisida karena 

dapat menekan, bahkan mematikan pertumbuhan miselium 

jamur, koloni bakteri, dan nematoda. 

Senyawa turunan eugenol yaitu metil eugenol yang dapat 

diperoleh dengan proses sintesa dari eugenol mempunyai aroma 

khas serangga betina (sex pheromon). Karena itu, senyawa ini  

banyak digunakan sebagai atraktan untuk menarik lalat jantan 

dalam pengendalian lalat buah.

Sebagai fungsida, minyak cengkeh cukup efektif mengatasi 

gangguan pada tanaman akibat patogen tular tanah, antara lain 

P. capsici, R. lignosus, Sclerotium sp., dan F. oxysporum. Sebagai 

pengawet, minyak cengkeh memiliki daya hambat terhadap 

berbagai jenis jamur seperti Mucor sp., Microsporum gypseum, 

Fusarium monoliforme NCIM 1100, Trichophytum rubrum, Aspergillus

sp., dan Fusarium oxysporum MTCC 284. 

Senyawa aktif yang bertanggung jawab sebagai antijamur 

yaitu  eugenol karena mampu menimbulkan lisis pada spora dan 

miselia. Eugenol dapat mengakibatkan kerusakan membran dan 

deformasi makromolekul. Minyak cengkeh dan eugenol memiliki 

aktivitas sebagai nematisida, terutama terhadap Melodogyne 

incognita dan Rodopholus similis dalam konsenterasi yang tinggi, 

yaitu 1-10%. Sebagai insektisida, eugenol pada konsenterasi 10% 

dapat memicu  A. fasiculatus tidak menghasilkan keturunan.

Selain itu, minyak cengkeh dapat juga dimanfaatkan 

sebagai obat anestesi dalam penangkapan ikan hias dari tempat 

asalnya maupun selama proses penanganan, pemilihan, dan 

transportasinya sebagai alternatif pengganti larutan sianida. 

Minyak cengkeh mempunyai beberapa keunggulan sebagai 

anestesi ikan dibandingkan bahan lain yang terbuat dari bahan 

kimia termasuk MS. 222, quinaldine, dan benzocain.Berbagai bukti ilmiah tentang aktivitas biologi cengkeh 

menunjukkan bahwa cengkeh merupakan tanaman yang memiliki 

potensi besar untuk dikembangkan. Cengkeh tidak saja sebagai 

pengawet makanan dan sumber pangan kaya akan senyawa 

antioksidan, tapi juga produk kesehatan yang telah terbukti secara 

ilmiah. Ini merupakan peluang bagi pemanfaatan cengkeh untuk 

mengantisipasi berkurangnya penggunaan komoditas ini  

dalam industri rokok kretek. Hasil studi ini  sekaligus 

membuktikan mengapa cengkeh telah digunakan selama berabad￾abad.

Pala. Komoditas ini memiliki banyak manfaat kesehatan, 

antara lain mengurangi rasa sakit dan peradangan, melancarkan 

pencernaan, menjaga fungsi otak, menghilangkan racun dalam 

tubuh, menjaga kesehatan mulut dan gusi, membantu mengatasi 

insomnia, meningkatkan kesehatan tulang, dan mencegah anemia 

dan obat pelega perut. Dalam dosis rendah, pala dapat digunakan 

untuk mengurangi flatulensi (kembung perut), meningkatkan 

daya cerna dan selera makan, serta untuk mengobati diare, 

muntah, dan mual.

Penelitian farmakologi mengungkapkan berbagai aktivitas 

pala seperti antioksidan, antibakteri, antidiabetes, hipolipidemia, 

hepatoprotektif, dan analgesik. Ekstrak etanol pala menunjukkan 

aktivitas antiproliferatif terhadap sel kanker paru-paru, usus 

besar, prostat, kepala dan leher, serta payudara. Efek terapeutik 

dari pala disebabkan oleh minyak atsiri.

Myristisin banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi. 

Biasanya digunakan sebagai obat penenang dan campuran obat 

tertentu. Myristisin, safrol, dan elimisin yaitu  phenylpropene yang 

bersifat psikoaktif, antikolinergik, dan bersifat halusinogen.

Senyawa kimia dalam biji pala bersifat antidepresan sehingga 

banyak direkomendasikan untuk mengatasi kesulitan tidur atau 

insomnia. Biji pala telah banyak digunakan pada produk peningkat 

kualitas tidur. Kandungan Mg sangat penting bagi tubuh untuk mengurangi ketegangan urat saraf, mampu merangsang produksi 

serotonin, dan menstimulasi ketenangan. Serotonin mengubah 

melatonin pada otak sehingga menginduksi rasa tenang dan tidur. 

Salah satu komponen kimia pala mirip dengan mentol, 

memiliki karakteristik sebagai pereda nyeri alami. Pala juga 

dapat memperbaiki kesehatan otak. Myristisindan macelignan dari 

minyak atsiri pala terbukti mampu mengurangi degradasi saraf 

dan fungsi kognitif yang umumnya terjadi pada kasus demensia 

dan alzheimer, sehingga mampu mempertahanakan fungsi otak 

secara normal dan sehat. 

Pala juga dapat membantu membuang racun dari liver dan 

ginjal akibat konsumsi alkohol, obat-obatan, ataupun cemaran 

polutan dari makanan sehingga memperbaiki fungsi hati dan 

ginjal. Senyawa aktif pada pala membantu menyerap batu ginjal 

dan meningkatkan fungsi ginjal dan hati.

Pala memiliki sifat antibakteri sehingga mampu membunuh 

bakteri pada gusi dan gigi, memperbaiki kesehatan mulut, 

terutama mencegah halitosis (bau mulut). Karena itu, pala banyak 

digunakan sebagai bahan baku industri pasta gigi dan mouthwash

herbal. Pala juga mengandung senyawa bioaktif yang bersifat 

antikanker. Senyawa bioaktif dalam ekstrak metanol dan minyak 

atsiri dapat menginduksi kematian sel (apoptosis) pada sel-sel 

leukemia sehingga dapat menghentikan penyebaran sel kanker 

dan metastasis.

Biji pala juga memiliki manfaat untuk mengatasi gangguan 

fungsi seksual. Pemberian 50% ekstrak etanol dosis tunggal pala 

dan cengkeh pada tikus meningkatkan aktivitas kawin. Hasil 

pengujian pada tikus, ekstrak buah pala memiliki potensi sebagai 

aphrodisiac.

Kandungan mineral pala (kalium) sangat bermanfaat dalam 

mempertahankan fungsi organ. Kalium yaitu  vasodilator yang 

melemaskan pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan darah dan menurunkan tekanan pada sistem kardiovaskular. 

Selain itu, kalium juga memfasilitasi penyerapan nutrisi dari 

makanan, membuat proses pencernaan menjadi cepat dan efisien. 

Kalsium dalam pala dapat meningkatkan kesehatan tulang dan 

mencegah osteoporosis. Kandungan zat besi dalam biji pala dapat 

meningkatkan jumlah sel darah merah dan mencegah anemia.

Secara tradisional, pala telah lama dimanfaatkan untuk 

meningkatkan penampilan dan kesehatan kulit. Caranya dengan 

mencampur pasta pala dengan air atau madu, lalu digunakan 

untuk perawatan kulit, membantu mengurangi peradangan dan 

iritasi pada kulit, meningkatkan hidrasi, menghaluskan kulit, serta 

mengurangi noda akibat cacar, bisul, dan jerawat.

Sekalipun banyak manfaat kesehatan pala yang telah 

dibuktikan secara ilmiah, namun mengonsumsi pala secara 

berlebihan dapat memiliki efek psikotropika, halusinasi, atau 

narkotika. Mengkonsumsi terlalu banyak dapat memicu  

kejang, palpitasi jantung tidak teratur, dan muntah.

Lada. Lada merupakan rempah yang paling banyak 

penggunaannya di dunia. Selain sebagai bahan bumbu (rempah), 

lada juga memiliki manfaat kesehatan. Beberapa laporan 

menyatakan bahwa lada bersifat sebagai antioksidan, antara lain 

karena adanya senyawa asam askorbat, beta karoten, asam laurat, 

asam myristat, asam palmitat, dan piperin. 

Manfaat kesehatan lain dari lada antara lain sebagai analgesik, 

anti-osteoporosis, dan anti-inflamasi. Lada dan minyak lada 

bermanfaat untuk membantu pencernaan, membuang gas, 

mengatasi keracunan makanan, maag, kolera, disentri, dan rasa 

mual karena hipotermia.

Penelitian tentang khasiat antikanker telah dilakukan pada 

berbagai jenis tanaman. Salah satu tanaman yang memiliki potensi 

yang luar biasa sebagai antikanker yaitu  lada. Ekstrak lada (bebas 

piperin) menunjukkan aktivitas terhadap sel-sel kanker payudara pada tikus dan dinyatakan memiliki toksisitas rendah dan efek 

antitumor yang kuat. 

Ekstrak etanol lada memiliki aktivitas antikanker yang kuat 

terhadap kanker kolorektal. Ini membuka peluang pengembangan 

obat baru untuk pengobatan kanker kolorektal. Beberapa senyawa 

kimia lain telah diisolasi dari lada dan diketahui bahwa asam fenolat 

merupakan senyawa yang menunjukkan aktivitas farmakologi 

yang paling kuat terhadap beberapa penyakit. Selain itu, lada 

telah terbukti memiliki berbagai aktivitas farmakologi lainnya 

seperti antihipertensi, antiostatik, antimikroba, antioksidan, anti￾inflamasi, dan aktivitas imunomodulator.

Komponen utama minyak lada yaitu  piperin yang merupakan 

komponen alkaloid. Piperin dari lada hitam memiliki aktivitas 

anti-inflamasi, anti-osteoporosis, analgesik, antipiretik, dan 

antidepresi. Piperin juga memiliki aktivitas sebagai antimikroba, 

hepatoprotektif, antioksidan, antimutagenik, dan antikarsinogenik. 

Selain itu, piperin memiliki fungsi untuk memperbaiki daya ingat 

dan kemampuan kognitif dengan cara menstimulasi senyawa 

kimia pada otak sehingga bermanfaat untuk mengatasi alzheimer 

dan kepikunan.

Piperin juga dapat meningkatkan ketersediaan ketercernaan 

atau penyerapan senyawa kimia dalam makanan dan obat-obatan 

serta mempercepat proses penyerapan di jaringan usus, antara 

lain meningkatkan bioavailabilitas senyawa antikanker ataupun 

sebagai antikanker yang menurunkan ukuran masa tumor 

antikarsinogen. 

Konsumi lada juga dapat meningkatkan sekresi asam klorida 

dalam lambung dan memperbaiki penyerapan makanan ke 

dalam usus sehingga mencegah sembelit dan kolikelin. Lada juga 

bermanfaat mencegah pembentukan gas, meningkatkan keringat, 

dan peluruh air seni sehingga dapat membuang racun, asam urat, 

urea, serta kelebihan air dan lemak. Kelebihan lain dari lada yaitu  berfungsi sebagai carminative

(perangsang pembuangan gas) dan peluruh lemak. Kulit buah 

lada dapat memecahkan sel-sel lemak sehingga membantu 

menurunkan berat badan, melarutkan kelebihan kolesterol, 

mencegah atherosclerosis, serangan jantung, dan stroke.

Dalam Ayuverda, lada juga berfungsi mengatasi masalah 

flu dan batuk, melancarkan sinusitis dan hidung tersumbat, 

merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernapasan, 

merangsang bersin sehingga sumbatan-sumbatan pada saluran 

pernapasan menjadi lancar, dan membantu penyembuhan dari 

infeksi. Lada juga bersifat sebagai antioksidan, dapat mencegah 

kerusakan organ akibat radikal bebas, membantu mencegah 

kanker, jantung, memperbaiki fungsi hati, mengatasi penuaan 

dini, serta mencegah pikun. Selain itu juga berfungsi untuk 

memperbaiki kerusakan mukosa usus dan ulser.

Kayu manis. Kayu manis dikenal sebagai salah satu rempah 

paling tua di dunia dan diketahui memiliki banyak manfaat 

kesehatan, antara lain sebagai analgesik, antibakteri, antidiabetes, 

antijamur, antioksidan, antirematik, antitrombotik, anti￾osteoporosis, anti-inflamasi, dan antitumor. 

Senyawa 2-hydroxy-cinnamaldehyde dari kayu manis berfungsi 

sebagai analgesik yang sangat membantu untuk mengurangi rasa 

sakit. Senyawa ini  juga bersifat anti-inflamasi dan antijamur. 

Komponen utama minyak kayu manis yang memiliki efek 

therapeutik yaitu  cinnamaldehyde.

Sebagai anti-osteoporosis, kayu manis dengan senyawa 

aktifnya cinnamaldehyde dan 2-methoxy cinnamaldehyde mampu 

mencegah osteoporosis dengan cara menghambat pembentukan 

sel osteoklast (sel yang bertanggung jawab pada penyerapan 

tulang) beserta aktivitas penyerapan tulangnya.

Selain itu, kayu manis memiliki sifat antibakteri. Kayu manis 

dikombinasikan dengan thyme menunjukkan daya hambat 

terhadap H. pylori dan aktivitas urease yang paling ampuh. Aktivitas antibakteri dua ekstrak kayu manis yang berbeda (metilen klorida 

dan etanol) terhadap tujuh isolat klinis H. pylori, ekstrak kayu 

manis (100 μg) menghasilkan zona penghambatan yang lebih besar 

dari zona penghambatan yang dihasilkan beberapa antibiotik (10 

μg ampisilin, 30 μg tetrasiklin, 15 μg eritromisin, 30 ug nalidiksik 

asam, dan 25 ug co-trimoxazole). Efek antibakteri dari ekstrak kayu 

manis kemungkinan karena senyawa cinnamaldehyde dan daya 

hambat cinnamaldehyde > eugenol > carvacrol.

Penelitian untuk mencari obat herbal antidiabetes pada 49 jenis 

tanaman menggunakan tikus percobaan menunjukkan kayu manis 

memiliki senyawa yang mampu meningkatkan aktivitas insulin 

dan juga memiliki fungsi bioaktif mirip insulin. Hasil identifikasi 

senyawa diperoleh bahwa polifenol polimer pada kayu manis 

berfungsi sebagai antioksidan dan mampu meningkatkan aktivitas 

insulin 20 kali lipat. Selain kayu manis, pala dan cengkeh juga 

memiliki fungsi bioaktif mirip insulin sehingga sangat bermanfaat 

untuk mengendalikan intoleransi glukosa dan diabetes.

Vanili. Vanili kaya akan antioksidan. Salah satu fungsi 

terpenting dari antioksidan yaitu  untuk menetralisir dampak dari 

radikal bebas dalam tubuh yang merupakan hasil samping dari 

proses metabolisme sel. Antioksidan dari vanili dapat mencegah 

efek negatif dari radikal bebas, membantu mencegah kerusakan 

sel dan jaringan di sekitar tubuh, merangsang regenerasi sel alami 

tubuh, dan meningkatkan kekebalan tubuh sehingga melindungi 

dari berbagai penyakit infeksi dan kanker. 

Selama berabad-abad, vanili telah digunakan mengatasi 

peradangan. Vanili dapat membantu meringankan kondisi radang 

sendi, asam urat, dan kondisi peradangan lainnya, termasuk 

radang hati akibat kecanduan minuman beralkohol. Vanili juga 

sering digunakan dalam produk kebersihan dan kecantikan karena 

memiliki khasiat pada rambut dan kulit. Minyak atsiri vanili dapat 

memperkuat rambut, mendorong aliran darah ke kulit kepala, 

serta mendorong pertumbuhan dan rambut yang lebih estetis.Di Afrika Kuno, dukun menggunakan vanili untuk masalah 

perut. Para dokter Eropa pada abad ke-16 dan ke-17 menggunakan 

vanili sebagai penangkal keracunan, keluhan pada perut, dan 

sebagai afrodisiak. Minyak vanili memiliki sifat antispasmodic, 

balsamic, penenang, emmenagogue, antioksidan, antidepresan, dan 

afrodisiak.

Jahe. Jahe merupakan salah satu tanaman rempah yang 

paling banyak dikonsumsi di dunia dan memiliki banyak manfaat 

bagi kesehatan. Menurut catatan sejarah, ternyata jahe telah 

dimanfaatkan sebagai tonik kesehatan sejak lebih dari 5.000 tahun 

oleh orang India dan China. 

Manfaat jahe bagi kesehatan berkaitan dengan fungsi 

senyawa aktif sebagai antioksidan, anti-inflamasi, antimutagen, 

dan aktivitas biologi lainnya. Hasil penelitian tentang manfaat 

kesehatan jahe secara in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa 

komponen aktif pada jahe bermanfaat untuk mengatasi berbagai 

masalah kesehatan.

Ekstrak jahe telah dilaporkan untuk memberi  efek 

radioprotektif pada tikus yang terkena radiasi gamma. Terapi 

dengan [6]-gingerol mampu menurunkan stres oksidatif yang 

diinduksi ultraviolet-B (UVB). Kehadiran stres oksidatif dikaitkan 

dengan berbagai penyakit. Banyak laporan yang menyatakan jahe 

dan beberapa komponennya memiliki aktivitas antioksidan dan 

terbukti secara in vitro.

Jahe juga dilaporkan sangat efektif sebagai antiradang (anti￾inflamasi), osteoarthritis, dan rematik. Mayoritas bukti ilmiah 

tampaknya menunjukkan jahe dan berbagai komponennya 

memiliki efek anti-inflamasi, baik secara in vitro maupun ex vivo. 

Senyawa [6]-gingerol dari jahe merah berfungsi sebagai analgesik 

yang sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit.

Studi tentang aktivitas antikanker pada jahe dan berbagai 

komponennya difokuskan pada berbagai sediaan jahe mulai dari ekstrak kasar sampai senyawa murni 6-gingerol, 6-shogaol, dan 

zerumbone, senyawa sesquiterpene yang berasal dari jahe. Efektivitas 

jahe dalam mencegah atau menekan pertumbuhan kanker telah 

diperiksa dalam berbagai jenis kanker, termasuk limfoma, 

hepatoma, kanker kolorektal, kanker payudara, kanker kulit, 

kanker hati, dan kanker kandung kemih. Hasilnya menunjukkan 

bahwa senyawa jahe menekan proliferasi sel kanker manusia 

melalui induksi apoptosis.

Aktivitas antikanker dari jahe dan komponennya antara 

lain karena aktivitas antioksidan dan kemampuan menginduksi 

apoptosis, menurunkan proliferasi. Jahe dan senyawa aktif 

6-gingerol dan 6-shogaol menunjukkan aktivitas antikanker 

terhadap gastro intestine (GI cancer). 

Hasil pengujian secara in vitro dan in vivo pada hewan percobaan 

serta studi epidemiologi menunjukkan jahe dengan komponen 

aktifnya mampu menekan pertumbuhan dan menginduksi 

apoptosis (kematian sel) per berbagai jenis sel kanker, di antaranya 

kanker kulit, indung telur (ovarium), usus besar, payudara, serviks 

(mulut rahim), mulut, ginjal, prostat, gastric, pankreas, liver, otak, 

dan cholangiocarcinoma. Namun, hasil pengujian antikanker jahe 

pada manusia masih terbatas.

Penggunaan jahe yang paling umum dan diketahui sejak 

lama yaitu  mengurangi gejala mual dan muntah (antiemetik). 

Mual dan muntah mempengaruhi sebagian besar wanita hamil. 

Selama bertahun-tahun jahe telah direkomendasikan dan 

digunakan mencegah mual untuk wanita hamil. Jahe juga telah 

direkomendasikan untuk memerangi mual akibat kemoterapi. 

Manfaat jahe untuk pengobatan organ hati dan gangguan 

pencernaan menunjukkan bahwa jahe umumnya efektif sebagai 

antiemetik. Efektivitas jahe sebagai antiemetik telah dikaitkan 

dengan efek karminatif yang membantu memecah dan membuang 

gas dari usus. Secara keseluruhan, jahe cukup efektif dalam mengurangi mual dan muntah dan memiliki efek samping yang 

merugikan bagi penderita termasuk wanita hamil.

Selain itu, beberapa bukti mendukung peran protektif jahe 

dalam fungsi kardiovaskular dan sejumlah kondisi penyakit 

lainnya. Fungsi kardiovaskular menunjukkan bahwa konsumsi 

ekstrak jahe terstandar menurunkan area lesi aterosklerotik aorta, 

trigliserida plasma dan kolesterol, lipoprotein densitas rendah 

(LDL), dan agregasi LDL pada tikus. 

Jahe juga berpotensi mengobati berbagai aspek penyakit 

kardiovaskular in vitro pada hewan percobaaan. Hasilnya 

mendukung efek anti-inflamasi, antioksidan, antiplatelet, 

hipotensi, dan hipolipidemik. Namun, uji coba pada manusia 

kurang meyakinkan dan masih perlu dilakukan penelitian yang 

lebih komprehensif.

Namun demikian, jahe juga telah digunakan selama berabad￾abad untuk mengobati penyakit pernapasan seperti asma. 

Asma yaitu  penyakit kronis yang ditandai peradangan dan 

hipersensitivitas sel otot polos saluran napas yang memicu  

kejang. Komponen rimpang jahe dilaporkan mengandung 

senyawa ampuh yang mampu menekan reaksi alergi dan berguna 

untuk pengobatan dan pencegahan penyakit alergi.

Jahe juga dilaporkan memiliki efek antidiabetes. Dalam model 

tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin, tikus yang 

diberi makan jahe menunjukkan toleransi glukosa yang lebih 

baik dan tingkat insulin serum yang lebih tinggi dari tikus yang 

tidak diobati. Hal itu menunjukkan bahwa jahe dapat membantu 

mengontrol kadar gula darah. 

Pengobatan dengan ekstrak jahe menghasilkan penurunan 

yang signifikan dalam peningkatan fruktosa di tingkat lipid, berat 

badan, hiperglikemia, dan hiperinsulinemia yang terkait dengan 

resistensi insulin. Ekstrak jahe segar (diberikan setiap hari, 500 mg/kg secara intraperitoneal) pada tikus diabetes yang diinduksi 

streptozotocin mampu menurunkan kadar glukosa, kolesterol, dan 

triasilgliserol serum. 

Selain itu juga terjadi penurunan kadar protein urine, asupan 

air, output urine, dan mencegah penurunan berat badan yang 

terkait dengan diabetes. Senyawa [6]-gingerol juga telah ditemukan 

meningkatkan penyerapan glukosa pada insulin sensitif. Studi 

selanjutnya menunjukkan senyawa [6]-shogaol atau [6]-gingerol

secara signifikan bermanfaat mengendalikan diabetes pada 

manusia.

Jahe kering memiliki khasiat dalam mengobati demensia, 

termasuk penyakit alzheimer. Selain itu, penggunaan ekstrak jahe 

dapat meringankan gejala kolitis ulseratif yang diinduksi asam 

asetat pada tikus. Kolitis ulseratif yaitu  penyakit radang usus 

kronis yang berulang yang tidak diketahui sebabnya.

Data penelitian ini  menunjukkan bahwa jahe dan 

senyawa bioaktifnya terakumulasi dalam saluran pencernaan 

yang mendukung khasiat jahe sebagai agen antinausea (mual 

dan muntah) dan sebagai senyawa pencegah kanker usus besar. 

Penggunaan jahe yang paling umum yaitu  untuk mengurangi 

muntah dan mual yang terkait dengan kehamilan, kemoterapi, 

dan pascaoperasi. 

Data klinis tidak diragukan lagi menunjukkan bahwa jahe 

setidaknya sama efektifnya. Bahkan mungkin lebih baik dari 

vitamin B6 dalam mengobati gejala mual dan muntah. Jahe juga 

dapat mengurangi kolesterol dan meningkatkan metabolisme lipid 

sehingga membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular 

dan diabetes. Tidak ada laporan yang menunjukkan jahe memiliki 

efek samping yang merugikan atau dapat memperparah penyakit 

pada wanita hamil atau pasien sehingga dinyatakan aman untuk 

digunakan.Fungsi Cita Rasa, Aroma, dan Pengawet

Kandungan senyawa kimia pada tanaman rempah selain memiliki 

fungsi kesehatan juga dapat memberi  cita rasa, aroma, dan 

memiliki aktivitas sebagai pengawet makanan. Misalnya, bunga 

cengkeh kering banyak dimanfaatkan dalam pembuatan kue 

seperti nastar. 

Serbuk cengkeh, kayu manis, jahe, dan vanila banyak 

digunakan dalam pembuatan makanan ringan seperti kue pie 

dan biskuit. Pie banyak menggunakan serbuk kayu manis. Ginger 

bread, biskuit jahe/speculas umumnya menggunakan jahe dan 

vanili. Selain pemberi rasa, fungsi rempah juga sebagai pemberi 

aroma sehingga meningkatkan daya tarik konsumen.

Lada hitam dan rempah-rempah lainnya selain mampu 

membangkitkan cita rasa, juga memberi  manfaat gizi dan 

obat alami. Peran lada sebagai pembangkit cita rasa terutama 

banyak dimanfaatkan pada pangan berbasis daging, ayam, ikan, 

dan telur. Karena itu, peramalan tren konsumsi lada per kapita 

dihitung berdasar  konsumsi pangan ini . sedang  

manfaat sebagai obat alami, kandungan piperin pada lada mampu 

meningkatkan penyerapan makanan dengan menstimulasi rasa 

yang mendorong lambung meningkatkan sekresi asam HCl.

Daging buah pala dapat diolah menjadi berbagai produk 

pangan seperti manisan, sirup, jus, permen, selai, jeli, dan chutney

(Gambar 24). Oleoresin pala sering digunakan dalam penyedap 

minuman ringan, makanan kalengan, dan kosmetik. Biji pala 

banyak digunakan sebagai bumbu kuliner karena rasa dan 

sifatnya sebagai pengawet makanan. Oleoresin pala digunakan 

dalam pembuatan masakan daging dan sayur. Safrol juga banyak 

digunakan sebagai perisa makanan dengan batas maksimum pada 

produk berbumbu yaitu  10 mg/kg. 

Minyak pala umumnya digunakan dalam industri makanan 

dan minuman (sebagai penyedap, pewangi, dan pengawet), kosmetika, parfum, dan industri farmasi. Produk lain yang berasal 

dari biji pala yaitu  mentega pala, yaitu trimiristin yang dapat 

digunakan sebagai minyak makan dan bahan industri kosmetik. 

Gambar 24. Produk makanan dan minuman pala

Jahe telah digunakan sebagai penyedap makanan jauh sejak 

berabad-abad lalu. Bahkan sampai kini masih menjadi komoditas 

yang banyak dicari konsumen. Pemanfaatan jahe dalam berbagai 

bentuk, baik segar, kering, asinan, diawetkan, dikristalkan, 

manisan, bubuk, digiling, oleoresin, maupun minyak atsiri. 

Rasanya agak pedas dan sedikit manis dengan aroma yang kuat 

dan pedas. 

Jahe segar juga banyak dimanfaatkan untuk bumbu 

masakan atau pembuatan minuman penghangat dan umumnya 

ditambahkan susu. Minuman berbasis jahe seperti susu jahe, 

serbat, bandrek, serbuk instan, ataupun dalam bentuk sirup/cair 

telah lama berkembang dan perkembangannya semakin pesat 

seiring dengan meningkatkannya pengetahuan akan manfaat jahe. 

Tanaman rempah juga berfungsi sebagai pengawet makanan. 

Di antara tanaman rempah, cengkeh dan kayu manis terbukti sangat potensial sebagai pengawet makanan. Cengkeh juga 

memiliki aktivitas antibakteri yang kuat yang diuji pada beberapa 

bakteri dan strain jamur. 

Ekstrak air cengkeh dengan konsentrasi 3% menunjukkan 

efek bakterisida lengkap terhadap patogen yang mengontaminasi 

makanan, yaitu Escherichia coli (E. coli), Staphylococcus aureus, 

dan Bacillus cereus. Pada konsentrasi 1% ekstrak cengkeh juga 

menunjukkan aksi penghambatan yang baik.

Eugenol sebagai komponen utama dari minyak cengkeh 

memiliki fungsi sebagai bakterisida dan sangat efektif sebagai 

pengawet makanan. Eugenol dan ekstrak bunga cengkeh juga 

diuji terhadap dua bakteri patogen pemicu  penyakit pada 

manusia yang terbawa makanan, yaitu Salmonella enterica serovar 

Typhimurium LT2 dan Listeria innocua [29]. Hasil ini menunjukkan 

cengkeh memiliki potensi besar sebagai aditif/pengawet makanan 

karena sangat efektif dan relatif aman.

Minyak kayu manis banyak dimanfaatkan dalam makanan, 

kosmetika, perisa, industri pangan, dan farmasi. Ekstrak C. 

burmanii memiliki aktivitas antibakteri pada lima bakteri 

patogen manusia terbawa makanan seperti Bacillus cereus, Listeria 

monocytogenes, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella 

anatum. Hasil analisis menunjukkan bahwa (E)-cinnamaldehida dan 

proanthocyanidins merupakan komponen minyak atsiri yang paling 

dominan dan menunjukkan aktivitas antibakteri yang signifikan.

Fungsi Industri

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat, 

berdampak pada peningkatan kebutuhan produk pangan yang 

bebas dari aditif, pewarna, perisa, pewangi, maupun pengawet 

sintetis. Karena itu, tren permintaan terhadap produk bahan alam 

semakin meningkat. Kandungan senyawa kimia pada rempah 

yang memiliki berbagai fungsi, secara langsung maupun tidaklangsung dapat mendorong tumbuhnya berbagai jenis industri 

berbasis rempah.

Industri berbasis rempah dapat dikembangkan untuk 

menghasilkan aneka produk, mulai dari produk primer seperti 

cengkeh kering, biji lada hitam, biji pala kering, jahe kering, kayu 

manis, ataupun produk olahan lainnya dengan nilai tambah tinggi. 

Misalnya: industri makanan, minuman, minyak atsiri, oleoresin, 

antioksidan, aditif, pengawet (preservatives), perisa (flavor), aroma/

fragrans (aromaterapi, parfum), pewarna alami (colourants), 

kosmetika, ataupun industri farmasi. 

Senyawa bioaktif dari tanaman rempah yang secara ilmiah 

terbukti memiliki fungsi kesehatan, baik untuk antioksidan 

maupun bahan baku farmasi, sehingga sangat potensial 

dikembangkan menjadi industri fraksinasi yang menghasilkan 

senyawa tunggal. sedang  manfaat rempah sebagai pewangi 

dan fungsi antimikroba sangat potensial dikembangkan untuk 

menghasilkan bahan kebutuhan ru