1% per tahun dengan total nilai devisa 0,2
miliar dolar AS, sehingga neraca perdagangan lada masih positif
dengan total nilai 4,8 miliar dolar AS (Tabel 15)Mungkin perlu diwaspadai kecenderungan peningkatan impor
(Ditjen Perkebunan, 2016). Fakta ini menunjukkan walaupun
status negara kita masih sebagai negara net-exporter lada, namun
pertumbuhan impor dalam jumlah maupun dan nilai meningkat
pesat.
Vanili. Tanaman vanili sebagian besar dibudidayakan rakyat
dan hanya sebagian kecil diusahakan perkebunan swasta. Luas
areal pengembangan vanili sangat fluktuatif. Selama 1977-2014
produksi vanili mengalami peningkatan rata-rata 4,86% per
tahun. Peningkatan produksi ini lebih banyak ditunjang oleh
naiknya produktivitas dibanding bertambahnya areal (Tabel 16).
Selanjutnya dalam Tabel 16 dapat dilihat bahwa rata-rata
peningkatan produksi per tahun pada periode 1977-1998 sedikit
lebih kecil dibanding kenaikan produksi pada periode 1999-2014.
Meski rata-rata peningkatan areal dan produktivitas periode 1977-
1998 lebih besar dibanding periode 1999-2014, namun peranan
produktivitas dalam peningkatan produksi tetap lebih besar
dibanding areal. Data Ditjen Perkebunan (2016) menunjukkan negara kita dikenal
sebagai salah satu eksportir vanili dengan nama yang telah dikenal
di dunia sebagai Java vanilla beans. Data Tabel 17 menunjukkan
selama periode 1969-2014, nilai ekspor mengalami peningkatan
rata-rata 51,31 % per tahun dengan total nilai devisa sebesar 619
juta dolar AS. sedang pada periode yang sama, nilai impor
mengalami penurunan rata-rata 52,23% per tahun dengan total
devisa sebesar 15 juta dolar AS. Dengan demikian, selama periode
ini neraca perdagangan vanili positif.Kayu Manis. Seperti komoditi rempah lainnya, luas areal kayu
manis terbesar berasal dari perkebunan rakyat, sekalipun ada
perkebunan negara dan swasta tetapi luasnya tidak signifikan.
Selama periode 1967-2014, produksi kayu manis berkembang
pesat dengan peningkatan rata-rata 6,98% per tahun. sedang areal dan produktivitasnya mengalami kenaikan dengan ratarata 5,02% dan 4,19% per tahun. Dengan demikian, peranan areal
dan produktivitas dalam peningkatan produksi hampir seimbang
(Tabel 18).
Data juga menyebutkan peningkatan produktivitas pada
periode 1967-1998 lebih kecil dibanding periode 1999-2014.
Namun, bertambahnya areal pada periode 1967-1998 lebih
besar dibanding periode 1999-2014. Dengan demikian, kenaikan
produksi pada periode 1967-1998 lebih besar dibanding periode
1999-2014. Penurunan produksi pada periode 1999-2014 lebih
banyak karena berkurangnya areal pertanaman kayu manis.Kayu manis negara kita diperdagangkan di pasar internasional
dan dikenal dengan beberapa nama dagang, antara lain Korinchi
cassia dan Padang cassia. Selama periode 1969-2012, nilai ekspor
kayu manis meningkat rata-rata 2,2% per tahun dengan total nilai
devisa sebesar 820 juta dolar AS. Selama periode ini , nilai
impor meningkat 705,35% per tahun dengan nilai devisa 2,68 juta
dolar AS. Secara keseluruhan, selama periode ini neraca
perdagangan kayu manis negara kita positif dengan total nilai 817
juta dolar AS (Tabel 19).Jahe. negara kita merupakan negara produsen jahe terbesar
keempat di dunia, sesudah India, Nigeria, dan China. Budi daya
jahe hampir 50% dilakukan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur. sedang sisanya tersebar di luar
Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Data Ditjen Perkebunan (2013) menunjukkan perkembangan
luas areal pertanaman jahe di Jawa mengacu pada data tahun
1996-2013 terjadi peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan
lebih rendah dari di luar Jawa.
Tabel 20 menunjukkan selama periode 1996-2013 produksi jahe
meningkat rata-rata 14,47% per tahun. sedang luas areal dan
produktivitas masing-masing naik sebesar 5,27% dan 9,65% per
tahun. Dengan demikian, peranan produktivtas terhadap kenaikan
produksi lebih besar dibanding pertambahan areal. Jika tahun 1996
sebesar 11,8 ton/ha maka tahun 2013 naik menjadi 22 ton/haMenurut data Ditjen Perkebunan (2013), volume ekspor
jahe negara kita sangat fluktuatif, bahkan cenderung menurun,
tergantung dari kinerja produksi jahe dalam negeri. Volume
ekspor tertinggi dicapai pada tahun 1996, sesudah itu turun drastis,
terutama sesudah tahun 1999. Total volume ekspor selama kurun
waktu 1996-2013 mencapai 260.204 ton, sedang total impor
62.469 ton.
Data dalam Tabel 21 menunjukkan bahwa selama periode
1996-2013, nilai ekspor jahe meningkat rata-rata 103,93% per tahun
dengan total nilai devisa sebesar 117 juta dolar AS. sedang
pada periode yang sama, nilai impor jahe meningkat rata-rata
240,13% per tahun dengan total nilai devisa 46 juta dolar AS.
Secara keseluruhan, pada periode ini necara perdagangan
jahe mengalami surplus dengan nilai total 71 juta dolar AS.Kerja Sama Lintas Pulau Rempah
Sesuai dengan kebutuhan pasarnya, lalu lintas pasar rempah
dalam negeri meliputi wilayah penghasil rempah ke wilayah
berpenduduk dengan populasi tinggi, wilayah yang memiliki
industri pengolahan makanan (Bali, Jawa, Sumatera, dan Sulawesi),
dan terdapat pelabuhan laut yang dapat memfasilitasi transportasi
kemaritiman antarpulau serta ekspor. Kerja sama antara pulau
penghasil dengan non-penghasil rempah berlangsung dalam kaitannya dengan perdagangan, industri, dan perekonomian
wilayah.
Kedekatan jarak dan kemudahan transportasi dari dan
antarwilayah produsen rempah dengan lokasi pelabuhan laut
internasional untuk ekspor menjadi pertimbangan penting dalam
pengembangan kerja sama antarpulau penghasil rempah. Tetapi,
kerja sama antara pulau penghasil rempah dan pulau lokasi
industri serta pemasaran rempah selama ini cenderung berjalan
dengan sendirinya tanpa banyak campur tangan pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun daerah.
Pada masa lampau, kerja sama perdagangan rempah
terbentuk dengan baik antara kerajaan-kerajaan di Nusantara dan
mancanegara melalui transportasi kemaritiman tradisional. Pada
zaman kolonial, transportasi kemaritiman antara kerajaan dan
perdagangan internasional dibatasi dan dimonopoli perusahaanperusahaan dagang milik swasta dan Pemerintah Kolonial
Belanda melalui perusahaan transportasi Pemerintah Belanda,
N.V. Koninklijk Paketvaart Maatschappij (KPM).
Pada masa dan sesudah perang kemerdekaan, Pemerintah
Belanda melakukan blokade ekonomi sehingga perdagangan
nasional dan internasional terhenti, termasuk jalur perdagangan
rempah yang berdampak krisis keuangan pada pemerintahan
Republik. Pada masa ini, lalu lintas perdagangan internasional
rempah dan hasil bumi lainnya dari Nusantara ke mancanegara
mengalami keterpurukan.
Pada era sekarang, selain pemanfaatan kemudahan berkaitan
dengan perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi
yang canggih, pemerintah perlu terus memberi pelayanan yang
kreatif dan menarik. Selain itu juga dapat memberi motivasi untuk
mendorong kerja sama pengembangan rempah di wilayah existing
dan potensial menjangkau pasar internasional, baik wilayah pasar
tradisional maupun pengembangan pasar baru.
Aspek yang dapat menjadi titik potensial dalam ekonomi
kreatif pengembangan rempah yaitu pengembangan produk
baru yang berdaya saing tinggi dan memiliki nilai tambah, serta
kualitas produk yang mampu mengantisipasi isu global antara
lain isu kesehatan dan lingkungan. Aspek lainnya yaitu dalam
kemasan produk yang menarik dan degradable, informasi pasar
terkait harga dan lokasi produksi, promosi produk secara aktif dan
kreatif, serta promosi yang agresif dari wilayah spesifik produksi
dan pengembangan yang dapat dikaitkan dengan tujuan wisata.
Pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat umum yang
berkepentingan dalam usaha tani, perindustrian, dan perdagangan
rempah, perlu mengoptimalkan kerja sama antarwilayah (lintas
pulau) dan mancanegara melalui pemanfaatan keberadaan Dewan
Rempah negara kita dan lembaga internasional seperti International
Pepper Community (IPC) yang berkantor pusat di Jakarta.
Fakta menunjukkan negara kita , khususnya Maluku, dalam
sejarahnya bukan hanya sebagai sumber rempah dunia,
melainkan sebagai salah satu asal-muasal rempah dunia,
yaitu pala dan cengkeh. Namun, fakta juga menunjukkan
bahwa mengalirnya rempah Nusantara ke belahan dunia lain
sejak dulu hingga kini masih bersifat asimetris. Di satu sisi
memberi kesejahteraan hidup bagi bangsa lain, tapi di sisi
lain belum memberi kesejahteraan hidup bagi rakyat dan
bangsa negara kita .
Jika dilihat dari perkembangan produktivitas dan fluktuasi
harga yang terjadi di pasar dunia (digambarkan dalam
fluktuasi nilai ekspor-impor), dapat dikatakan baik penyediaan
teknologi maupun pengelolaan pasar rempah selama ini belum
ditangani dengan baik. Atas dasar fakta ini , jika kejayaan
rempah ingin dibangkitkan kembali, diperlukan energi dan
kreativitas yang sangat besar.
Peran beras atau gandum dalam mengisi kehidupan manusia
dapat dipahami dengan mudah, yaitu masing-masing
sebagai pangan pokok untuk bangsa Asia dan Eropa. Tetapi
peran rempah-rempah dalam mengisi kehidupan manusia sifatnya
lebih beragam daripada beras atau gandum.
Kalau begitu apa yang memicu bangsa-bangsa di dunia
pada masa lalu berlomba mencari sumber rempah-rempah sampai
harus saling berperang? Harganya yang sangat tinggi mengalahkan
risiko dalam perjalanan dan perdagangan serta mengalahkan
biaya transportasi (pelayaran) yang memakan waktu lebih dari
satu tahun pulang pergi Eropa-Nusantara.
Harga tinggi yaitu akibat dari permintaan tinggi, sedang
persediaan barang ada dalam situasi langka. Meningkatnya
suplai rempah karena berkembangnya produksi rempah di
berbagai lokasi dan berkembangnya teknologi akibat kemajuan
dalam inovasi barang substitusi bagi rempah, telah menurunkan
harga rempah secara cepat. Kejayaan rempah pada masa lalu
berlangsung tidak lebih dari 200 tahun sesudah bangsa Eropa hadir dan mengeksploitasi rempah di Nusantara. Dengan latar belakang
pemikiran ini, maka jenis kehidupan baru seperti apa yang kiranya
kondusif dengan prasyarat untuk kebangkitan rempah negara kita ?
Peran Iptek
Komposisi Kimia Rempah
Tanaman rempah terdiri atas berbagai jenis, namun bab ini hanya
akan menguraikan komoditi rempah asli negara kita (cengkeh,
pala, dan kayu manis khususnya C. burmani). Selain itu, komoditi
rempah introduksi yang telah berkembang di negara kita sejak
zaman dahulu dan memberi kontribusi yang cukup besar bagi
perkenomian nasional, yaitu lada, vanili, dan jahe.
Selain menghasilkan produk yang digunakan sebagai bumbu
masak, tanaman rempah juga menghasilkan senyawa metabolit
sekunder, antara lain oleoresin dan minyak atsiri. Oleoresin yaitu
campuran alami dari minyak atsiri dan resin yang diperoleh dari
proses ektraksi menggunakan pelarut organik ataupun melalui
cara ekstraksi dengan CO2
pada kondisi superkritik.
Jenis pelarut mempengaruhi kualitas dan rendemen oleoresin
yang diperoleh. Alkohol merupakan pelarut yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan oleoresin karena lebih aman.
Oleoresin memiliki aroma khas dan aroma rempah yang sama
dengan aslinya, karena kandungan komponen tidak menguap
(nonvolatil). sedang minyak atsiri dihasilkan dari proses
penyulingan/destilasi air.
Minyak atsiri merupakan komponen volatil (mudah menguap)
atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang, dan minyak aromatik. Minyak atsiri
yaitu kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan yang
mudah menguap pada suhu ruang sehingga memberi aroma
yang khas. Kandungan dan komposisi senyawa kimia minyak
atsiri sangat dipengaruhi jenis, varietas, cara budi daya, kondisi agroklimat, cara dan pascapanen, teknik penyulingan, dan metode
yang digunakan untuk mengidentifikasi senyawa.
Cengkeh. Tanaman cengkeh menghasilkan bunga cengkeh
sebagai bahan baku rempah dan rokok kretek. Bunga cengkeh
kering mengandung fixed oil (lemak), resin, tannin, protein,
selulosa, pentosan, dan mineral. Serbuk bunga, tangkai bunga, dan
daun cengkeh mengandung saponin, tannin, alkaloid, glikosida,
dan flavonoid. sedang tangkai bunga cengkeh mengandung
saponin, tannin, glikosida, dan flavonoidCengkeh dapat diproses menjadi aneka produk, antara lain
oleoresin dan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan produk hasil
destilasi air/penyulingan yang dapat diperoleh dari bunga, daun,
ranting, maupun tangkai bunga. Kandungan minyak cengkeh
yang berasal dari hasil penyulingan daun (1-4%), batang (5-10%),
dan bunga (10-20%).
Minyak atsiri cengkeh mengandung senyawa kimia utama
eugenol 72-90%, eugenol aseteat 5-15 %, β-cariofileno, β-pinene,
limonene, farnesol, benzaldehyde, 2-heptanone, ethyl hexanoate, vanillin,
dan crategolic acid. Dari golongan tannin yaitu bicornin, gallotannis
acid, dan metil salisilat (sering digunakan sebagai penghilang rasa sakit). sedang dari golongan flavonoid yaitu eugenin, kaempferol,
rhamnetin, dan eugenitin. Dari golongan triterpenoid yaitu
stigmasterol dan campesterol. Beberapa komponen sesquiterpenes
antara lain trans-karyofilen, alfa-humulen, dan karyofilen oksida.
Cengkeh juga mengandung berbagai senyawa bioaktif lain yaitu
chavicol, α-ylangene, dan eugenone.
Rendemen dan mutu dari minyak atsiri maupun eugenol
yang dihasilkan dipengaruhi asal tanaman, varietas, mutu bahan,
penanganan bahan sebelum penyulingan, metode penyulingan,
dan cara analisis. Eugenol merupakan senyawa penciri dan
penentu aroma cengkeh.
Kadar eugenol dalam minyak atsiri bunga cengkeh asal Maluku,
Sulawesi, Sumatera, dan Jawa yang dianalisis menggunakan
kromatografi gas-spektrometri massa (GCMS) berturut-turut
93,17 ± 1,72%, 65,66 ± 0,80%, 60,29 ± 0,67%, dan 55,88 ± 0,98%.
Kadar eugenol dari bunga cengkeh yang diproses melalui destilasi
air 85-89%, sedang dari daun cengkeh 77-88%. Minyak bunga
cengkeh yang berasal dari Sumatera dan dianalisis menggunakan
GCMS mengandung trans-caryophyllene 15,98%, alpha-humulene
1,151%, eugenol 73,95 %, dan aceuto eugenol 8,56 %.
Pala. Tanaman pala dikenal sebagai rempah multiguna karena
setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Buah pala terdiri atas
daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%), dan biji (13,1%).
Biji dan fuli merupakan produk utama dari tanaman pala yang
sebagian besar untuk ekspor. Pala selain dimanfaatkan untuk
rempah juga menghasilkan minyak atsiri.
Minyak pala diperoleh dari penyulingan biji pala muda yang
berumur 3-5 bulan, warna biji dan fuli masih berwarna putih.
Minyak yang disuling dari biji tua akan menghasilkan senyawa
kimia safrol dan metil eugenol dengan konsentrasi yang melebihi
standar. Komponen volatil (minyak atsiri) pada oleoresin yang
diidentifikasi menggunakan GCMS menghasilkan 52 senyawa.
Senyawa utama yang teridentifikasi antara lain sabinene, myristicin,
elemicin, a-pinene, b-pinene, limonene, terpinen-4-ol, asam myristat,
3-carene, gamma terpinene, safrole, myristicin, eugenol, metil
eugenol, isoeugenol, elimicine, camphene, myrcene, α-phellandrene,
α-terpinene, γ-terpine, limonene, 1,8-cineole, dan linalool.
Myristisin merupakan senyawa penciri pada pala, namun
bersifat toksik dan dapat menimbulkan kecanduan apabila
dikonsumsi dalam jumlah banyak. Kadar myristicin minyak pala
bervariasi dari 1,93-15,73%. Standar yang ditetapkan International
Standard Organization (ISO 3215;2002) dan Standar Nasionalnegara kita (SNI) untuk kadar myristisin minimal 5% dan maksimal
12%.
Lada. Tanaman lada menghasilkan aneka produk yaitu lada
putih, lada hitam, dan produk olahan lainnya antara lain lada
hijau, serbuk (bubuk lada putih atau lada hitam), oleoresin, dan
minyak atsiri. Lada putih diproses dari buah lada yang telah
masak (berwarna kuning sampai merah), kemudian direndam,
lalu dikupas kulitnya, dicuci, kemudian dikeringkan. Lada hitam
dipanen dari buah lada yang masih hijau, lalu dipisahkan dari
tangkainya, kemudian dikeringkan (Gambar 20). Lada putih negara kita ‘Muntok White Pepper’ dan lada hitam
“Lampung Black Pepper” dikenal sebagai merek lada dengan
kualitas terbaik di dunia yang telah memperoleh sertifikat Indikasi
Geografi (IG) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Oleoresin lada merupakan saripati/komponen utama dari buah
lada, terdiri atas minyak atsiri (aroma) dan resin (rasa). Minyak atsiri
lada mengadung senyawa kimia dari golongan lignans, alkaloid,
flavonoid, komponen aromatik, dan amida. Senyawa kimia yang
terdapat pada minyak lada antara lain piperin, asam askorbat, beta
karoten, asam laurat, asam myristat, asam palmitat, alpha terpineol,
acetophenone, hexonal, nerol, nerolidol, 1,8 cineol, dihydrocarveol, citral,
alpha pinen, sabinene, phellandrene, linalool, limonene, dan piperoinol.
Piperine yaitu senyawa yang memberi rasa pedas pada lada.
Kayu manis. Kayu manis terdiri atas beberapa jenis yang
dikenal di dunia perdagangan. Namun yang banyak dibudidayakan di negara kita yaitu Cinnamomum zeylanicum atau C. verum atau
true cinnamon/Ceylon Cinnamon, C. cassia dikenal sebagai cassia
atau chinese cassia atau cassia lignea, C. burmani dikenal sebagai
negara kita n cassia, Padang cassia, atau Kerinchi cassia, dan C. loureirii
sebagai Vietnamese cassia.
C. verum dan C. cassia selain banyak digunakan sebagai rempah,
juga sebagai sumber minyak atsiri. sedang negara kita n cassia (C.
burmani) lebih banyak dimanfaatkan sebagai rempah daripada
sebagai sumber minyak atsiri. C. burmani merupakan kayu manis
asli negara kita dan kontribusi terbesar dari ekspor kayu manis
negara kita berasal dari jenis C. burmani.
Selain dikomersialkan dalam bentuk kulit batang kering
(Gambar 21), kulit kayu manis juga diperdagangkan dalam
bentuk serbuk, oleoresin, ataupun minyak atsiri. Senyawa
yang terkandung dalam minyak atsiri kayu manis terdiri atas
cinnamaldehyde, linalool, camphor, terpinen-4-ol dan 1,8-cineole,
eugenol, safrole, c-muurolene, acadinol, germacrene D, a-terpineol, Vanili. Tanaman vanili menghasilkan buah (polong) yang
bernilai ekonomi tinggi. Polong vanili yang dikomersialkan
merupakan hasil fermentasi sehingga warnanya berubah menjadi
hitam kecokelatan sampai hitam mengkilat. Polong hasil fermentasi
yang berkualitas baik yaitu yang berwarna hitam mengkilat
(Gambar 22), mengandung minyak yang memiliki kurang lebih
200 jenis senyawa, tetapi konsentrasinya masing-masinng sangat
kecil.
Komponen utama dari minyak vanili yaitu vanillin,
konsentrasinya dapat mencapai 2%. Komponen lainnya
p-hydroxybenzaldehyde, p-hydroxybenzyl methyl ether, asam asetat,
eugenol, piperonal, caproic acid, dan vanillyl ethyl ether. Vanilin dan
piperonal bertanggung jawab terhadap rasa vanili dan memiliki
berbagai manfaat kesehatan. Senyawa lain yang terdeteksi pada
minyak vanili yaitu anise alcohol, methylguaiacol, dan p-cresol.
Kondisi agroklimat, cara budi daya, dan fermentasi memicu
perbedaan pada komposisi dan konsentrasi senyawa kimia yang
terdapat dalam vanili.Jahe. Jahe memiliki beberapa macam berdasar warna dan
ukuran rimpang, yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil, dan jahe
merah. Jahe dimanfaatkan sebagai rempah dalam bentuk rimpang
segar, simplisia untuk bahan obat-obatan (Gambar 23), oleoresin,
dan minyak atsiri. Rimpang jahe mengandung karbohidrat (50-
70%), lemak (3-8%), terpenes (komponen menguap/volatil), dan
fenol (tidak menguap/nonvolatil).
Komponen volatil (minyak atsiri) terdiri atas oleoresin (4,0-
7,5%) yang bertanggung jawab terhadap aroma jahe dengan
komponen terbanyak yaitu zingiberen dan zingiberol. Komponen
nonvolatil (gingerol dan shogaol) bertanggung jawab terhadap
rasa pedas pada jahe. Minyak atsiri jahe berwarna bening sampai
kuning tua.Analisis kimia menunjukkan rimpang jahe mengandung
lebih dari 400 senyawa kimia. Komponen terpen meliputi
zingiberene, β-bisabolene, α-farnesene, β-sesquiphellandrene,
dan α-curcumene. sedang komponen fenol yaitu gingerol,
paradols, dan shogaol. Kandungan gingerols dapat mencapai 23-25%
dan shogaol (18-25%) merupakan komponen tertinggi di dalam
minyak jahe. Selain itu, rimpang jahe juga mengandung asam
amino, serat kasar, abu, protein, phytosterol, vitamin (nicotinic acid
dan vitamin A), serta mineral.
Komponen aroma meliputi zingiberene dan bisabolene.
sedang pemberi rasa pedas yaitu gingerols dan shogaols.
Aroma dan rasa jahe disebabkan campunan komponen volatil,
shogaols, dan gingerol. Komponen gingerol dan shogaol lainnya
dengan konsentrasi (1–10%) yaitu 6-paradol, 1-dehydro gingerdione,
6-gingerdione, 10-gingerdione, 4-gingerdiol, 6-gingerdiol, 8-gingerdiol,
10-gingerdiol, dan diaryl heptanoids. Fungsi Kesehatan
Gaya hidup sehat yang dikenal dengan slogan kembali ke alam
(back to nature) meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
mengonsumsi produk bahan alam yang bebas dari bahan kimia
sintetik sehingga permintaan bahan herbal semakin meningkat.
Hal ini mendorong berbagai kalangan untuk melakukan
pengujian berbagai jenis tanaman terhadap kesehatan.
Hasil kajian pada 100 sumber pangan yang kaya akan
kandungan polifenol menunjukkan bahwa tanaman rempah
yaitu jenis pangan dengan kandungan polifenol lebih tinggi
daripada buah-buahan, biji-bijian, ataupun sayuran. Di antara
tanaman rempah, cengkeh memiliki kandungan polifenol dan
senyawa antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman rempah lainnya.
Cengkeh. Cengkeh memiliki daya tarik yang kuat bagi
komunitas medis maupun nonmedis karena memiliki banyak
aktivitas biologi. Minyak cengkeh mengandung eugenol dengan
kadar tinggi, yaitu sebagai antiseptik dan analgesik pada
pengobatan gigi dan mulut, antijamur, antibakteri, antioksidan,
antikarsinogen, dan anti radikal bebas.
Minyak cengkeh mempunyai efek farmakologi sebagai
stimulan, anestetik lokal, karminatif, antiemetik, antiseptik, dan
antispasmodik. Minyak cengkeh juga bersifat kemo-preventif atau
anti-karsinogenik. Hasil uji telah menunjukkan bahwa cengkeh
membantu dalam mengendalikan kanker paru pada tahap awal.
Mutagen yaitu zat kimia yang mengubah susunan genetik
DNA dan memicu mutasi. Senyawa biokimia yang
ditemukan dalam cengkeh, seperti fenilpropanoid memiliki
sifat anti-mutagenik. Fenilpropanoid mampu mengontrol efek
mutagenik secara signifikan.
Cengkeh juga mengandung sejumlah besar antioksidan.
Peranan antioksidan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan telah banyak dilaporkan, antara lain melindungi organ tubuh dari
efek radikal bebas. Senyawa kimia dalam bunga cengkeh yang
berfungsi sebagai antioksidan yaitu senyawa fenolik (asam galat),
flavonol glukosida, komponen fenol (eugenol, asetil eugenol), dan
tanin.
Aktivitas antioksidan dari minyak cengkeh lebih tinggi dari
antioksidan sintetis yang diukur sebagai DPPH. Aktivitasnya
dari mulai yang tertinggi berturut-turut yaitu minyak cengkeh,
BHT, alfatocopherol, hidrokoksisilatbutilasi hidroksisol, dan
trolox. Eugenol memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hydroxyanisole butylated, BHT, trolox, dan
α-tocopherol, diukur menggunakan beberapa metode, yaitu
DPPH, ABTS, N,N-dimethyl-p-phenylenediamine, CUPRAC, dan ferri
reducing assay.
Antioksidan pada cengkeh mampu melindungi hati (bersifat
hepatoprotektif), sangat membantu dalam menangkal radikal
bebas dan lipid pada organ hati. Antioksidan pada minyak cengkeh
juga terbukti mampu mengatasi penurunan daya ingat akibat stres
oksidatif. Minyak cengkeh mampu mengembalikan daya ingat
dan meningkatkan kemampuan belajar pada tikus yang diberi
skopolamin pada dosis 0,025, 0,05, dan 0,1 ml/kg dibandingkan
kelompok kontrol.
Selain itu, minyak cengkeh dan minyak jinten hitam (Nigella
sativa) secara signifikan mampu melindungi hati tikus jantan
terhadap kerusakan akibat terpapar aflatoksin. Pengujian manfaat
cengkeh terhadap kanker juga menunjukkan hasil positif.
Skrining terhadap berbagai jenis tanaman yang berpotensi sebagai
antikanker menunjukkan bahwa ekstrak cengkeh memiliki
aktivitas sitotoksik yang ampuh terhadap beberapa sel kanker
manusia.
Hasil studi secara in vitro dan in vivo mengenai aktivitas
biologi dan antikanker menggunakan ekstrak etil asetat cengkeh,
menunjukkan bahwa senyawa asam oleanolat memiliki aktivitas antitumor. Baik ekstrak etil asetat maupun senyawa asam oleanolat
menunjukkan aktivitas terhadap beberapa jenis sel kanker.
Hasil uji terhadap sel kanker usus besar menunjukkan bahwa
aktivitas ekstrak etil asetat lebih tinggi daripada senyawa tunggal
asam oleanolat. Ekstrak etil asetat cengkeh mampu menginduksi
apoptosis pada dosis yang sesuai. Hasil ini menunjukkan bahwa
ekstrak cengkeh dapat dimanfaatkan sebagai ramuan terapi baru
untuk pengobatan kanker kolorektal. Asam oleanat merupakan
salah satu senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antikanker.
Kandungan utama minyak cengkeh yaitu eugenol. Eugenol
juga terbukti memiliki aktivitas antiproliferatif terhadap beberapa
sel kanker. Aktivitas eugenol secara signifikan lebih tinggi dari
asam oleanat dan ekstrak etil asetat.
Cengkeh juga bermanfaat untuk mengatasi osteoporosis.
Ekstrak hidrokarbon dari cengkeh termasuk senyawa fenolik
seperti eugenol dan turunannya seperti flavon, isoflavon, dan
flavonoid sangat membantu menjaga kepadatan tulang dan
kandungan mineral tulang serta meningkatkan kekuatan tulang.
Eugenol dari cengkeh dapat meningkatkan proliferasi sel osteoblas
(sel yang bertanggung jawab dalam proses pembentukan tulang).
Cengkeh juga memiliki sifat anti-inflamasi dan penghilang
rasa sakit. Studi pada ekstrak cengkeh yang diberikan kepada
tikus percobaan menunjukkan eugenol mampu mengurangi
peradangan karena edema. Eugenol memiliki kemampuan untuk
mengurangi rasa sakit dengan menstimulasi reseptor rasa sakit.
Rasa nyeri pada tulang belakang umumnya dirasakan penderita
osteoporosis lanjut usia. Senyawa eugenol pada cengkeh berfungsi
sebagai analgesik yang sangat membantu mengurangi rasa sakit.
Selain bersifat sebagai analgesik, eugenol dari minyak cengkeh
juga memiliki aktivitas anti-inflamasi.
Cengkeh telah dimanfaatkan dalam banyak obat tradisional
untuk sejumlah penyakit. Salah satu penyakit ini yaitu diabetes. Pada pasien yang menderita diabetes, jumlah insulin
yang diproduksi tubuh tidak mencukupi atau tidak diproduksi
sama sekali. Penelitian telah mengungkapkan bahwa ekstrak dari
cengkeh mampu berfungsi seperti insulin dengan cara tertentu
dan membantu mengendalikan kadar gula darah.
Cengkeh telah banyak dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit
gusi seperti gingivitis dan periodontitis. Ekstrak bunga cengkeh
secara signifikan mengontrol pertumbuhan patogen oral pemicu
berbagai penyakit mulut. Cengkeh juga dapat digunakan untuk
mengatasi sakit gigi karena sifat-sifatnya yang membunuh rasa
sakit.
Eugenol juga memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas,
antara lain terhadap bakteri yang pemicu penyakit lambung.
Eugenol dan cinnamaldehyde pada 2 μg/ml mampu menghambat
pertumbuhan 31 strain Helicobacter pylori sesudah 9 jam dan 12
jam inkubasi, dan lebih lebih kuat dari amoxicillin dan tanpa
menimbulkan resistansi.
Selain sebagai antioksidan dan antibakteri, cengkeh juga
memiliki aktivitas antivirus. Eugeniin, senyawa yang diisolasi
dari cengkeh, diuji terhadap strain virus herpes dan menunjukkan
hasil yang efektif pada konsentrasi 5 μg/ml. Pengujian antiherpes
pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak air dari bunga cengkeh
menunjukkan aktivitas antiherpes simplex tipe 1 (HSV-1) yang kuat
ketika dikombinasikan dengan acyclovir. Kombinasi keduanya
cukup aman terhadap tikus. Aktivitas sinergis ini lebih kuat pada
otak daripada kulit yang terinfeksi virus herpes.
Di dalam Ayurveda, bunga cengkeh kering mengandung
senyawa yang membantu dalam meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan meningkatkan jumlah sel darah putih. Rempah
seperti cengkeh dan pala telah diketahui memiliki sifat aphrodisiak.
Percobaan menggunakan ekstrak cengkeh dan pala dibandingkan
dengan obat standar, baik cengkeh maupun pala, menunjukkan
efek yang positif.Selain memiliki manfaat kesehatan bagi manusia, cengkeh
juga memiliki aktivitas sebagai pestisida. Produk cengkeh berupa
daun, gagang bunga, minyak cengkeh, dan eugenol bersifat
sebagai fungisida, bakterisida, nematisida, dan insektisida karena
dapat menekan, bahkan mematikan pertumbuhan miselium
jamur, koloni bakteri, dan nematoda.
Senyawa turunan eugenol yaitu metil eugenol yang dapat
diperoleh dengan proses sintesa dari eugenol mempunyai aroma
khas serangga betina (sex pheromon). Karena itu, senyawa ini
banyak digunakan sebagai atraktan untuk menarik lalat jantan
dalam pengendalian lalat buah.
Sebagai fungsida, minyak cengkeh cukup efektif mengatasi
gangguan pada tanaman akibat patogen tular tanah, antara lain
P. capsici, R. lignosus, Sclerotium sp., dan F. oxysporum. Sebagai
pengawet, minyak cengkeh memiliki daya hambat terhadap
berbagai jenis jamur seperti Mucor sp., Microsporum gypseum,
Fusarium monoliforme NCIM 1100, Trichophytum rubrum, Aspergillus
sp., dan Fusarium oxysporum MTCC 284.
Senyawa aktif yang bertanggung jawab sebagai antijamur
yaitu eugenol karena mampu menimbulkan lisis pada spora dan
miselia. Eugenol dapat mengakibatkan kerusakan membran dan
deformasi makromolekul. Minyak cengkeh dan eugenol memiliki
aktivitas sebagai nematisida, terutama terhadap Melodogyne
incognita dan Rodopholus similis dalam konsenterasi yang tinggi,
yaitu 1-10%. Sebagai insektisida, eugenol pada konsenterasi 10%
dapat memicu A. fasiculatus tidak menghasilkan keturunan.
Selain itu, minyak cengkeh dapat juga dimanfaatkan
sebagai obat anestesi dalam penangkapan ikan hias dari tempat
asalnya maupun selama proses penanganan, pemilihan, dan
transportasinya sebagai alternatif pengganti larutan sianida.
Minyak cengkeh mempunyai beberapa keunggulan sebagai
anestesi ikan dibandingkan bahan lain yang terbuat dari bahan
kimia termasuk MS. 222, quinaldine, dan benzocain.Berbagai bukti ilmiah tentang aktivitas biologi cengkeh
menunjukkan bahwa cengkeh merupakan tanaman yang memiliki
potensi besar untuk dikembangkan. Cengkeh tidak saja sebagai
pengawet makanan dan sumber pangan kaya akan senyawa
antioksidan, tapi juga produk kesehatan yang telah terbukti secara
ilmiah. Ini merupakan peluang bagi pemanfaatan cengkeh untuk
mengantisipasi berkurangnya penggunaan komoditas ini
dalam industri rokok kretek. Hasil studi ini sekaligus
membuktikan mengapa cengkeh telah digunakan selama berabadabad.
Pala. Komoditas ini memiliki banyak manfaat kesehatan,
antara lain mengurangi rasa sakit dan peradangan, melancarkan
pencernaan, menjaga fungsi otak, menghilangkan racun dalam
tubuh, menjaga kesehatan mulut dan gusi, membantu mengatasi
insomnia, meningkatkan kesehatan tulang, dan mencegah anemia
dan obat pelega perut. Dalam dosis rendah, pala dapat digunakan
untuk mengurangi flatulensi (kembung perut), meningkatkan
daya cerna dan selera makan, serta untuk mengobati diare,
muntah, dan mual.
Penelitian farmakologi mengungkapkan berbagai aktivitas
pala seperti antioksidan, antibakteri, antidiabetes, hipolipidemia,
hepatoprotektif, dan analgesik. Ekstrak etanol pala menunjukkan
aktivitas antiproliferatif terhadap sel kanker paru-paru, usus
besar, prostat, kepala dan leher, serta payudara. Efek terapeutik
dari pala disebabkan oleh minyak atsiri.
Myristisin banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi.
Biasanya digunakan sebagai obat penenang dan campuran obat
tertentu. Myristisin, safrol, dan elimisin yaitu phenylpropene yang
bersifat psikoaktif, antikolinergik, dan bersifat halusinogen.
Senyawa kimia dalam biji pala bersifat antidepresan sehingga
banyak direkomendasikan untuk mengatasi kesulitan tidur atau
insomnia. Biji pala telah banyak digunakan pada produk peningkat
kualitas tidur. Kandungan Mg sangat penting bagi tubuh untuk mengurangi ketegangan urat saraf, mampu merangsang produksi
serotonin, dan menstimulasi ketenangan. Serotonin mengubah
melatonin pada otak sehingga menginduksi rasa tenang dan tidur.
Salah satu komponen kimia pala mirip dengan mentol,
memiliki karakteristik sebagai pereda nyeri alami. Pala juga
dapat memperbaiki kesehatan otak. Myristisindan macelignan dari
minyak atsiri pala terbukti mampu mengurangi degradasi saraf
dan fungsi kognitif yang umumnya terjadi pada kasus demensia
dan alzheimer, sehingga mampu mempertahanakan fungsi otak
secara normal dan sehat.
Pala juga dapat membantu membuang racun dari liver dan
ginjal akibat konsumsi alkohol, obat-obatan, ataupun cemaran
polutan dari makanan sehingga memperbaiki fungsi hati dan
ginjal. Senyawa aktif pada pala membantu menyerap batu ginjal
dan meningkatkan fungsi ginjal dan hati.
Pala memiliki sifat antibakteri sehingga mampu membunuh
bakteri pada gusi dan gigi, memperbaiki kesehatan mulut,
terutama mencegah halitosis (bau mulut). Karena itu, pala banyak
digunakan sebagai bahan baku industri pasta gigi dan mouthwash
herbal. Pala juga mengandung senyawa bioaktif yang bersifat
antikanker. Senyawa bioaktif dalam ekstrak metanol dan minyak
atsiri dapat menginduksi kematian sel (apoptosis) pada sel-sel
leukemia sehingga dapat menghentikan penyebaran sel kanker
dan metastasis.
Biji pala juga memiliki manfaat untuk mengatasi gangguan
fungsi seksual. Pemberian 50% ekstrak etanol dosis tunggal pala
dan cengkeh pada tikus meningkatkan aktivitas kawin. Hasil
pengujian pada tikus, ekstrak buah pala memiliki potensi sebagai
aphrodisiac.
Kandungan mineral pala (kalium) sangat bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi organ. Kalium yaitu vasodilator yang
melemaskan pembuluh darah sehingga mengurangi tekanan darah dan menurunkan tekanan pada sistem kardiovaskular.
Selain itu, kalium juga memfasilitasi penyerapan nutrisi dari
makanan, membuat proses pencernaan menjadi cepat dan efisien.
Kalsium dalam pala dapat meningkatkan kesehatan tulang dan
mencegah osteoporosis. Kandungan zat besi dalam biji pala dapat
meningkatkan jumlah sel darah merah dan mencegah anemia.
Secara tradisional, pala telah lama dimanfaatkan untuk
meningkatkan penampilan dan kesehatan kulit. Caranya dengan
mencampur pasta pala dengan air atau madu, lalu digunakan
untuk perawatan kulit, membantu mengurangi peradangan dan
iritasi pada kulit, meningkatkan hidrasi, menghaluskan kulit, serta
mengurangi noda akibat cacar, bisul, dan jerawat.
Sekalipun banyak manfaat kesehatan pala yang telah
dibuktikan secara ilmiah, namun mengonsumsi pala secara
berlebihan dapat memiliki efek psikotropika, halusinasi, atau
narkotika. Mengkonsumsi terlalu banyak dapat memicu
kejang, palpitasi jantung tidak teratur, dan muntah.
Lada. Lada merupakan rempah yang paling banyak
penggunaannya di dunia. Selain sebagai bahan bumbu (rempah),
lada juga memiliki manfaat kesehatan. Beberapa laporan
menyatakan bahwa lada bersifat sebagai antioksidan, antara lain
karena adanya senyawa asam askorbat, beta karoten, asam laurat,
asam myristat, asam palmitat, dan piperin.
Manfaat kesehatan lain dari lada antara lain sebagai analgesik,
anti-osteoporosis, dan anti-inflamasi. Lada dan minyak lada
bermanfaat untuk membantu pencernaan, membuang gas,
mengatasi keracunan makanan, maag, kolera, disentri, dan rasa
mual karena hipotermia.
Penelitian tentang khasiat antikanker telah dilakukan pada
berbagai jenis tanaman. Salah satu tanaman yang memiliki potensi
yang luar biasa sebagai antikanker yaitu lada. Ekstrak lada (bebas
piperin) menunjukkan aktivitas terhadap sel-sel kanker payudara pada tikus dan dinyatakan memiliki toksisitas rendah dan efek
antitumor yang kuat.
Ekstrak etanol lada memiliki aktivitas antikanker yang kuat
terhadap kanker kolorektal. Ini membuka peluang pengembangan
obat baru untuk pengobatan kanker kolorektal. Beberapa senyawa
kimia lain telah diisolasi dari lada dan diketahui bahwa asam fenolat
merupakan senyawa yang menunjukkan aktivitas farmakologi
yang paling kuat terhadap beberapa penyakit. Selain itu, lada
telah terbukti memiliki berbagai aktivitas farmakologi lainnya
seperti antihipertensi, antiostatik, antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, dan aktivitas imunomodulator.
Komponen utama minyak lada yaitu piperin yang merupakan
komponen alkaloid. Piperin dari lada hitam memiliki aktivitas
anti-inflamasi, anti-osteoporosis, analgesik, antipiretik, dan
antidepresi. Piperin juga memiliki aktivitas sebagai antimikroba,
hepatoprotektif, antioksidan, antimutagenik, dan antikarsinogenik.
Selain itu, piperin memiliki fungsi untuk memperbaiki daya ingat
dan kemampuan kognitif dengan cara menstimulasi senyawa
kimia pada otak sehingga bermanfaat untuk mengatasi alzheimer
dan kepikunan.
Piperin juga dapat meningkatkan ketersediaan ketercernaan
atau penyerapan senyawa kimia dalam makanan dan obat-obatan
serta mempercepat proses penyerapan di jaringan usus, antara
lain meningkatkan bioavailabilitas senyawa antikanker ataupun
sebagai antikanker yang menurunkan ukuran masa tumor
antikarsinogen.
Konsumi lada juga dapat meningkatkan sekresi asam klorida
dalam lambung dan memperbaiki penyerapan makanan ke
dalam usus sehingga mencegah sembelit dan kolikelin. Lada juga
bermanfaat mencegah pembentukan gas, meningkatkan keringat,
dan peluruh air seni sehingga dapat membuang racun, asam urat,
urea, serta kelebihan air dan lemak. Kelebihan lain dari lada yaitu berfungsi sebagai carminative
(perangsang pembuangan gas) dan peluruh lemak. Kulit buah
lada dapat memecahkan sel-sel lemak sehingga membantu
menurunkan berat badan, melarutkan kelebihan kolesterol,
mencegah atherosclerosis, serangan jantung, dan stroke.
Dalam Ayuverda, lada juga berfungsi mengatasi masalah
flu dan batuk, melancarkan sinusitis dan hidung tersumbat,
merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernapasan,
merangsang bersin sehingga sumbatan-sumbatan pada saluran
pernapasan menjadi lancar, dan membantu penyembuhan dari
infeksi. Lada juga bersifat sebagai antioksidan, dapat mencegah
kerusakan organ akibat radikal bebas, membantu mencegah
kanker, jantung, memperbaiki fungsi hati, mengatasi penuaan
dini, serta mencegah pikun. Selain itu juga berfungsi untuk
memperbaiki kerusakan mukosa usus dan ulser.
Kayu manis. Kayu manis dikenal sebagai salah satu rempah
paling tua di dunia dan diketahui memiliki banyak manfaat
kesehatan, antara lain sebagai analgesik, antibakteri, antidiabetes,
antijamur, antioksidan, antirematik, antitrombotik, antiosteoporosis, anti-inflamasi, dan antitumor.
Senyawa 2-hydroxy-cinnamaldehyde dari kayu manis berfungsi
sebagai analgesik yang sangat membantu untuk mengurangi rasa
sakit. Senyawa ini juga bersifat anti-inflamasi dan antijamur.
Komponen utama minyak kayu manis yang memiliki efek
therapeutik yaitu cinnamaldehyde.
Sebagai anti-osteoporosis, kayu manis dengan senyawa
aktifnya cinnamaldehyde dan 2-methoxy cinnamaldehyde mampu
mencegah osteoporosis dengan cara menghambat pembentukan
sel osteoklast (sel yang bertanggung jawab pada penyerapan
tulang) beserta aktivitas penyerapan tulangnya.
Selain itu, kayu manis memiliki sifat antibakteri. Kayu manis
dikombinasikan dengan thyme menunjukkan daya hambat
terhadap H. pylori dan aktivitas urease yang paling ampuh. Aktivitas antibakteri dua ekstrak kayu manis yang berbeda (metilen klorida
dan etanol) terhadap tujuh isolat klinis H. pylori, ekstrak kayu
manis (100 μg) menghasilkan zona penghambatan yang lebih besar
dari zona penghambatan yang dihasilkan beberapa antibiotik (10
μg ampisilin, 30 μg tetrasiklin, 15 μg eritromisin, 30 ug nalidiksik
asam, dan 25 ug co-trimoxazole). Efek antibakteri dari ekstrak kayu
manis kemungkinan karena senyawa cinnamaldehyde dan daya
hambat cinnamaldehyde > eugenol > carvacrol.
Penelitian untuk mencari obat herbal antidiabetes pada 49 jenis
tanaman menggunakan tikus percobaan menunjukkan kayu manis
memiliki senyawa yang mampu meningkatkan aktivitas insulin
dan juga memiliki fungsi bioaktif mirip insulin. Hasil identifikasi
senyawa diperoleh bahwa polifenol polimer pada kayu manis
berfungsi sebagai antioksidan dan mampu meningkatkan aktivitas
insulin 20 kali lipat. Selain kayu manis, pala dan cengkeh juga
memiliki fungsi bioaktif mirip insulin sehingga sangat bermanfaat
untuk mengendalikan intoleransi glukosa dan diabetes.
Vanili. Vanili kaya akan antioksidan. Salah satu fungsi
terpenting dari antioksidan yaitu untuk menetralisir dampak dari
radikal bebas dalam tubuh yang merupakan hasil samping dari
proses metabolisme sel. Antioksidan dari vanili dapat mencegah
efek negatif dari radikal bebas, membantu mencegah kerusakan
sel dan jaringan di sekitar tubuh, merangsang regenerasi sel alami
tubuh, dan meningkatkan kekebalan tubuh sehingga melindungi
dari berbagai penyakit infeksi dan kanker.
Selama berabad-abad, vanili telah digunakan mengatasi
peradangan. Vanili dapat membantu meringankan kondisi radang
sendi, asam urat, dan kondisi peradangan lainnya, termasuk
radang hati akibat kecanduan minuman beralkohol. Vanili juga
sering digunakan dalam produk kebersihan dan kecantikan karena
memiliki khasiat pada rambut dan kulit. Minyak atsiri vanili dapat
memperkuat rambut, mendorong aliran darah ke kulit kepala,
serta mendorong pertumbuhan dan rambut yang lebih estetis.Di Afrika Kuno, dukun menggunakan vanili untuk masalah
perut. Para dokter Eropa pada abad ke-16 dan ke-17 menggunakan
vanili sebagai penangkal keracunan, keluhan pada perut, dan
sebagai afrodisiak. Minyak vanili memiliki sifat antispasmodic,
balsamic, penenang, emmenagogue, antioksidan, antidepresan, dan
afrodisiak.
Jahe. Jahe merupakan salah satu tanaman rempah yang
paling banyak dikonsumsi di dunia dan memiliki banyak manfaat
bagi kesehatan. Menurut catatan sejarah, ternyata jahe telah
dimanfaatkan sebagai tonik kesehatan sejak lebih dari 5.000 tahun
oleh orang India dan China.
Manfaat jahe bagi kesehatan berkaitan dengan fungsi
senyawa aktif sebagai antioksidan, anti-inflamasi, antimutagen,
dan aktivitas biologi lainnya. Hasil penelitian tentang manfaat
kesehatan jahe secara in vitro dan in vivo menunjukkan bahwa
komponen aktif pada jahe bermanfaat untuk mengatasi berbagai
masalah kesehatan.
Ekstrak jahe telah dilaporkan untuk memberi efek
radioprotektif pada tikus yang terkena radiasi gamma. Terapi
dengan [6]-gingerol mampu menurunkan stres oksidatif yang
diinduksi ultraviolet-B (UVB). Kehadiran stres oksidatif dikaitkan
dengan berbagai penyakit. Banyak laporan yang menyatakan jahe
dan beberapa komponennya memiliki aktivitas antioksidan dan
terbukti secara in vitro.
Jahe juga dilaporkan sangat efektif sebagai antiradang (antiinflamasi), osteoarthritis, dan rematik. Mayoritas bukti ilmiah
tampaknya menunjukkan jahe dan berbagai komponennya
memiliki efek anti-inflamasi, baik secara in vitro maupun ex vivo.
Senyawa [6]-gingerol dari jahe merah berfungsi sebagai analgesik
yang sangat membantu untuk mengurangi rasa sakit.
Studi tentang aktivitas antikanker pada jahe dan berbagai
komponennya difokuskan pada berbagai sediaan jahe mulai dari ekstrak kasar sampai senyawa murni 6-gingerol, 6-shogaol, dan
zerumbone, senyawa sesquiterpene yang berasal dari jahe. Efektivitas
jahe dalam mencegah atau menekan pertumbuhan kanker telah
diperiksa dalam berbagai jenis kanker, termasuk limfoma,
hepatoma, kanker kolorektal, kanker payudara, kanker kulit,
kanker hati, dan kanker kandung kemih. Hasilnya menunjukkan
bahwa senyawa jahe menekan proliferasi sel kanker manusia
melalui induksi apoptosis.
Aktivitas antikanker dari jahe dan komponennya antara
lain karena aktivitas antioksidan dan kemampuan menginduksi
apoptosis, menurunkan proliferasi. Jahe dan senyawa aktif
6-gingerol dan 6-shogaol menunjukkan aktivitas antikanker
terhadap gastro intestine (GI cancer).
Hasil pengujian secara in vitro dan in vivo pada hewan percobaan
serta studi epidemiologi menunjukkan jahe dengan komponen
aktifnya mampu menekan pertumbuhan dan menginduksi
apoptosis (kematian sel) per berbagai jenis sel kanker, di antaranya
kanker kulit, indung telur (ovarium), usus besar, payudara, serviks
(mulut rahim), mulut, ginjal, prostat, gastric, pankreas, liver, otak,
dan cholangiocarcinoma. Namun, hasil pengujian antikanker jahe
pada manusia masih terbatas.
Penggunaan jahe yang paling umum dan diketahui sejak
lama yaitu mengurangi gejala mual dan muntah (antiemetik).
Mual dan muntah mempengaruhi sebagian besar wanita hamil.
Selama bertahun-tahun jahe telah direkomendasikan dan
digunakan mencegah mual untuk wanita hamil. Jahe juga telah
direkomendasikan untuk memerangi mual akibat kemoterapi.
Manfaat jahe untuk pengobatan organ hati dan gangguan
pencernaan menunjukkan bahwa jahe umumnya efektif sebagai
antiemetik. Efektivitas jahe sebagai antiemetik telah dikaitkan
dengan efek karminatif yang membantu memecah dan membuang
gas dari usus. Secara keseluruhan, jahe cukup efektif dalam mengurangi mual dan muntah dan memiliki efek samping yang
merugikan bagi penderita termasuk wanita hamil.
Selain itu, beberapa bukti mendukung peran protektif jahe
dalam fungsi kardiovaskular dan sejumlah kondisi penyakit
lainnya. Fungsi kardiovaskular menunjukkan bahwa konsumsi
ekstrak jahe terstandar menurunkan area lesi aterosklerotik aorta,
trigliserida plasma dan kolesterol, lipoprotein densitas rendah
(LDL), dan agregasi LDL pada tikus.
Jahe juga berpotensi mengobati berbagai aspek penyakit
kardiovaskular in vitro pada hewan percobaaan. Hasilnya
mendukung efek anti-inflamasi, antioksidan, antiplatelet,
hipotensi, dan hipolipidemik. Namun, uji coba pada manusia
kurang meyakinkan dan masih perlu dilakukan penelitian yang
lebih komprehensif.
Namun demikian, jahe juga telah digunakan selama berabadabad untuk mengobati penyakit pernapasan seperti asma.
Asma yaitu penyakit kronis yang ditandai peradangan dan
hipersensitivitas sel otot polos saluran napas yang memicu
kejang. Komponen rimpang jahe dilaporkan mengandung
senyawa ampuh yang mampu menekan reaksi alergi dan berguna
untuk pengobatan dan pencegahan penyakit alergi.
Jahe juga dilaporkan memiliki efek antidiabetes. Dalam model
tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin, tikus yang
diberi makan jahe menunjukkan toleransi glukosa yang lebih
baik dan tingkat insulin serum yang lebih tinggi dari tikus yang
tidak diobati. Hal itu menunjukkan bahwa jahe dapat membantu
mengontrol kadar gula darah.
Pengobatan dengan ekstrak jahe menghasilkan penurunan
yang signifikan dalam peningkatan fruktosa di tingkat lipid, berat
badan, hiperglikemia, dan hiperinsulinemia yang terkait dengan
resistensi insulin. Ekstrak jahe segar (diberikan setiap hari, 500 mg/kg secara intraperitoneal) pada tikus diabetes yang diinduksi
streptozotocin mampu menurunkan kadar glukosa, kolesterol, dan
triasilgliserol serum.
Selain itu juga terjadi penurunan kadar protein urine, asupan
air, output urine, dan mencegah penurunan berat badan yang
terkait dengan diabetes. Senyawa [6]-gingerol juga telah ditemukan
meningkatkan penyerapan glukosa pada insulin sensitif. Studi
selanjutnya menunjukkan senyawa [6]-shogaol atau [6]-gingerol
secara signifikan bermanfaat mengendalikan diabetes pada
manusia.
Jahe kering memiliki khasiat dalam mengobati demensia,
termasuk penyakit alzheimer. Selain itu, penggunaan ekstrak jahe
dapat meringankan gejala kolitis ulseratif yang diinduksi asam
asetat pada tikus. Kolitis ulseratif yaitu penyakit radang usus
kronis yang berulang yang tidak diketahui sebabnya.
Data penelitian ini menunjukkan bahwa jahe dan
senyawa bioaktifnya terakumulasi dalam saluran pencernaan
yang mendukung khasiat jahe sebagai agen antinausea (mual
dan muntah) dan sebagai senyawa pencegah kanker usus besar.
Penggunaan jahe yang paling umum yaitu untuk mengurangi
muntah dan mual yang terkait dengan kehamilan, kemoterapi,
dan pascaoperasi.
Data klinis tidak diragukan lagi menunjukkan bahwa jahe
setidaknya sama efektifnya. Bahkan mungkin lebih baik dari
vitamin B6 dalam mengobati gejala mual dan muntah. Jahe juga
dapat mengurangi kolesterol dan meningkatkan metabolisme lipid
sehingga membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular
dan diabetes. Tidak ada laporan yang menunjukkan jahe memiliki
efek samping yang merugikan atau dapat memperparah penyakit
pada wanita hamil atau pasien sehingga dinyatakan aman untuk
digunakan.Fungsi Cita Rasa, Aroma, dan Pengawet
Kandungan senyawa kimia pada tanaman rempah selain memiliki
fungsi kesehatan juga dapat memberi cita rasa, aroma, dan
memiliki aktivitas sebagai pengawet makanan. Misalnya, bunga
cengkeh kering banyak dimanfaatkan dalam pembuatan kue
seperti nastar.
Serbuk cengkeh, kayu manis, jahe, dan vanila banyak
digunakan dalam pembuatan makanan ringan seperti kue pie
dan biskuit. Pie banyak menggunakan serbuk kayu manis. Ginger
bread, biskuit jahe/speculas umumnya menggunakan jahe dan
vanili. Selain pemberi rasa, fungsi rempah juga sebagai pemberi
aroma sehingga meningkatkan daya tarik konsumen.
Lada hitam dan rempah-rempah lainnya selain mampu
membangkitkan cita rasa, juga memberi manfaat gizi dan
obat alami. Peran lada sebagai pembangkit cita rasa terutama
banyak dimanfaatkan pada pangan berbasis daging, ayam, ikan,
dan telur. Karena itu, peramalan tren konsumsi lada per kapita
dihitung berdasar konsumsi pangan ini . sedang
manfaat sebagai obat alami, kandungan piperin pada lada mampu
meningkatkan penyerapan makanan dengan menstimulasi rasa
yang mendorong lambung meningkatkan sekresi asam HCl.
Daging buah pala dapat diolah menjadi berbagai produk
pangan seperti manisan, sirup, jus, permen, selai, jeli, dan chutney
(Gambar 24). Oleoresin pala sering digunakan dalam penyedap
minuman ringan, makanan kalengan, dan kosmetik. Biji pala
banyak digunakan sebagai bumbu kuliner karena rasa dan
sifatnya sebagai pengawet makanan. Oleoresin pala digunakan
dalam pembuatan masakan daging dan sayur. Safrol juga banyak
digunakan sebagai perisa makanan dengan batas maksimum pada
produk berbumbu yaitu 10 mg/kg.
Minyak pala umumnya digunakan dalam industri makanan
dan minuman (sebagai penyedap, pewangi, dan pengawet), kosmetika, parfum, dan industri farmasi. Produk lain yang berasal
dari biji pala yaitu mentega pala, yaitu trimiristin yang dapat
digunakan sebagai minyak makan dan bahan industri kosmetik.
Gambar 24. Produk makanan dan minuman pala
Jahe telah digunakan sebagai penyedap makanan jauh sejak
berabad-abad lalu. Bahkan sampai kini masih menjadi komoditas
yang banyak dicari konsumen. Pemanfaatan jahe dalam berbagai
bentuk, baik segar, kering, asinan, diawetkan, dikristalkan,
manisan, bubuk, digiling, oleoresin, maupun minyak atsiri.
Rasanya agak pedas dan sedikit manis dengan aroma yang kuat
dan pedas.
Jahe segar juga banyak dimanfaatkan untuk bumbu
masakan atau pembuatan minuman penghangat dan umumnya
ditambahkan susu. Minuman berbasis jahe seperti susu jahe,
serbat, bandrek, serbuk instan, ataupun dalam bentuk sirup/cair
telah lama berkembang dan perkembangannya semakin pesat
seiring dengan meningkatkannya pengetahuan akan manfaat jahe.
Tanaman rempah juga berfungsi sebagai pengawet makanan.
Di antara tanaman rempah, cengkeh dan kayu manis terbukti sangat potensial sebagai pengawet makanan. Cengkeh juga
memiliki aktivitas antibakteri yang kuat yang diuji pada beberapa
bakteri dan strain jamur.
Ekstrak air cengkeh dengan konsentrasi 3% menunjukkan
efek bakterisida lengkap terhadap patogen yang mengontaminasi
makanan, yaitu Escherichia coli (E. coli), Staphylococcus aureus,
dan Bacillus cereus. Pada konsentrasi 1% ekstrak cengkeh juga
menunjukkan aksi penghambatan yang baik.
Eugenol sebagai komponen utama dari minyak cengkeh
memiliki fungsi sebagai bakterisida dan sangat efektif sebagai
pengawet makanan. Eugenol dan ekstrak bunga cengkeh juga
diuji terhadap dua bakteri patogen pemicu penyakit pada
manusia yang terbawa makanan, yaitu Salmonella enterica serovar
Typhimurium LT2 dan Listeria innocua [29]. Hasil ini menunjukkan
cengkeh memiliki potensi besar sebagai aditif/pengawet makanan
karena sangat efektif dan relatif aman.
Minyak kayu manis banyak dimanfaatkan dalam makanan,
kosmetika, perisa, industri pangan, dan farmasi. Ekstrak C.
burmanii memiliki aktivitas antibakteri pada lima bakteri
patogen manusia terbawa makanan seperti Bacillus cereus, Listeria
monocytogenes, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella
anatum. Hasil analisis menunjukkan bahwa (E)-cinnamaldehida dan
proanthocyanidins merupakan komponen minyak atsiri yang paling
dominan dan menunjukkan aktivitas antibakteri yang signifikan.
Fungsi Industri
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat,
berdampak pada peningkatan kebutuhan produk pangan yang
bebas dari aditif, pewarna, perisa, pewangi, maupun pengawet
sintetis. Karena itu, tren permintaan terhadap produk bahan alam
semakin meningkat. Kandungan senyawa kimia pada rempah
yang memiliki berbagai fungsi, secara langsung maupun tidaklangsung dapat mendorong tumbuhnya berbagai jenis industri
berbasis rempah.
Industri berbasis rempah dapat dikembangkan untuk
menghasilkan aneka produk, mulai dari produk primer seperti
cengkeh kering, biji lada hitam, biji pala kering, jahe kering, kayu
manis, ataupun produk olahan lainnya dengan nilai tambah tinggi.
Misalnya: industri makanan, minuman, minyak atsiri, oleoresin,
antioksidan, aditif, pengawet (preservatives), perisa (flavor), aroma/
fragrans (aromaterapi, parfum), pewarna alami (colourants),
kosmetika, ataupun industri farmasi.
Senyawa bioaktif dari tanaman rempah yang secara ilmiah
terbukti memiliki fungsi kesehatan, baik untuk antioksidan
maupun bahan baku farmasi, sehingga sangat potensial
dikembangkan menjadi industri fraksinasi yang menghasilkan
senyawa tunggal. sedang manfaat rempah sebagai pewangi
dan fungsi antimikroba sangat potensial dikembangkan untuk
menghasilkan bahan kebutuhan ru