Bioteknologi mengalami perkembangan yang pesat hingga saat ini. Peranan bioteknologi sangat luas
dalam aspek pemenuhan kebutuhan manusia salah satunya yaitu dalam industri makanan. Beberapa
proses bioteknologi baik konvensional maupun modern tidak terlepas dari peranan mikroorganisme.
Sejumlah mikroorganisme tertentu digunakan dalam penyediaan makanan tradisional melalui
fermentasi seperti pada pembuatan yoghurt, tape, keju, dan sayur asin. Mikroorganisme juga
berperan dalam proses rekombinasi DNA sehingga menghasilkan produk makanan berkualitas
seperti GMO (Genetically Modified Organism). Indonesia merupakan negara dengan mayoritas
penduduk muslim sehingga dalam penyediaan pangan sangat memperhatikan aspek kehalalan.
Termasuk pada makanan hasil bioteknologi yang banyak memanfaatkan peran mikroorganisme dan
harus memperhatikan titik kritis kehalalan. Hal ini perlu diperhatikan agar setiap proses produksi
dapat dipastikan terhindar dari kontaminasi bahan yang tidak halal.
Perkembangan bioteknologi mengalami kemajuan pesat dengan diadakannya berbagai
penelitian oleh para ilmuan
. Meningkatnya permintaan masyarakat
terhadap suatu produk serta ketersediaan makanan, kosmetik, dan obat secara berkelanjutan
menjadikan bioteknologi sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan tersebut Saat ini bioteknologi banyak diterapkan dalam berbagai aspek meliputi bidang pangan,
pertanian, peternakan, kedokteran, maupun farmasi Bioteknologi pangan menjadi bahasan yang
perlu dikaji lebih mendalam sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia akan bahan pangan
Bioteknologi dibagi menjadi dua jenis yakni bioteknologi konvensional dan bioteknologi
modern. Produk bioteknologi konvensional terdiri dari kecap, keju, yoghurt, kefir, nata, tape dan
tempe. Sedangkan produk bioteknologi modern antara lain seperti enzim, glukosa hasil hidrolisis
enzimatis, dan beberapa bahan tambahan pangan serta produk hasil rekayasa genetika ,
Di Indonesia banyak dijumpai berbagai produk makanan tradisional hasil olahan bioteknologi
konvensional melalui fermentasi seperti tempe, tapai, dan oncom ,Pengolahan
makanan tersebut tidak terlepas dari peranan mikroorganisme berupa bakteri, fungi, dan yeast . Pemanfaatan mikroorganisme ini berbeda-beda tergantung pada
bahan dasar dan hasil akhir yang ingin diperoleh , Manfaat dari penerapan bioteknologi
adalah untuk menghasilkan makanan yang bergizi tinggi, menghasilkan produk makanan dan
minuman hasil fermentasi, serta menghasilkan produk bahan penyedap. Seiring perkembangan
zaman, kebutuhan akan makanan terus meningkat sehingga perlu diadakannya peningkatan dan
perbaikan kuantitas serta kualitas pangan. Penelitian dibidang bioteknologi ini diharapkan mampu
meningkatkan nilai guna dan manfaat dari berbagai jenis bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan
manusia ,
Bioteknologi yang sedang berkembang adalah bioteknologi modern dengan menggunakan
teknologi rekombinasi DNA dengan teknik tertentu untuk memotong, menyisipkan, maupun
menyusun kembali fragmen-fragmen DNA. Bioteknologi berperan dalam menghasilkan varietas
tanaman yang unggul dan memiliki produktivitas tinggi. Peneliti menggunakan mikroorganisme
bakteri sebagai agen pembawa gen. Gen tersebut dibawa melalui organel berupa plasmid dalam
tubuh bakteri. Transfer gen dapat dilakukan dari binatang ke tanaman, ataupun dari tanaman ke
mikroorganisme , Namun beberapa pihak mengkhawatirkan kehalalan produk pangan
hasil bioteknologi sehingga perlu diamati dan ditetapkan titik kritis kehalalan produk. Kajian ini
menjelaskan mengenai perkembangan bioteknologi, mikroorganisme yang berperan dalam proses
bioteknologi, serta mengamati status kehalalan produk hasil bioteknologi.
Pada masa lalu bioteknologi banyak dilakukan dengan proses yang sangat sederhana.
Perkembangan yang pesat dalam bidang bioteknologi baru dimulai ketika Louis Pasteur berhasil
menemukan bahwa mikroorganisme dapat melakukan fermentasi. Konsep fermentasi ini kemudian
banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memproduksi berbagai macam makanan baru secara
konvensional dengan memanfaatkan mikroorganisme.
Sedangkan perkembangan bioteknologi modern baru dimulai ketika terdapat penemuan
struktur DNA sekitar tahun 1950. Kemudian diikuti pula oleh penemuan-penemuan lainnya dibidang
genetika molekuler seperti enzim pemotong DNA, penemuan ekspresi gen, dan DNA rekombinan.
Bioteknologi modern lebih menitikberatkan pada proses manipulasi dan rekayasa genetika dengan
didukung oleh peralatan yang modern sehingga dapat menghasilkan produk dalam skala industri
yang lebih efektif dan efisien.
MIKROORGANISME PADA PENGOLAHAN MAKANAN
Aplikasi bioteknologi sangat beragam yang meliputi berbagai aspek yaitu pada bidang pangan,
pertanian, peternakan, kesehatan, dan pengobatan. Aplikasi bioteknologi banyak menggunakan
bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang memiliki ukuran yang
sangat kecil. Mikroorganisme ada yang hanya terdiri dari sel tunggal (uniseluler) maupun bersel
banyak (multiseluler). Setiap sel memiliki kemampuan untuk mengalami pertumbuhan,
memperbanyak diri, dan menghasilkan energi (Kumar 2012).
Mikroorganisme berinteraksi dengan sesama mikroorganisme maupun dengan organisme lain
yang kemudian akan memberikan efek yang beraneka ragam, baik menguntungkan maupun
merugikan. Dalam pembahasan mikrobiologi kedokteran maupun fitopatologi, beberapa
mikroorganisme dapat menjadi penyebab adanya suatu penyakit dan menjadi patogen dalam
kehidupan. Namun, mayoritas mikroorganisme dapat memberikan manfaat yang sangat beragam
dalam dunia bioteknologi.
Mikroorganisme yang digunakan untuk proses pengolahan makanan bisa berasal dari
kelompok bakteri maupun fungi. Bakteri yang digunakan bisa berasal dari kelompok
Actinobacteriaceae seperti Bifidobacterium thermophilum Firmicutes seperti
Bacillus , dan Proteobacteriaceae seperti Acetobacter
dan Gluconacetobacter . Sedangkan dari fungi bisa berasal dari yeast
maupun filamentous fungi ,
BIOTEKNOLOGI TRADISIONAL BERBASIS FERMENTASI
Fermentasi dikenal sebagai salah satu cara pengawetan makanan tertua di dunia. Pengawetan
makanan melalui fermentasi pada bahan mentah telah digunakan sejak sekitar zaman Neolitik
(sekitar 1000 tahun SM) ,Pada tahun 1665, Van Leeuwenhoek dan Hooke
mulai mengetahui bahwa fermentasi terjadi akibat aktivitas mikroorganisme alkohol,
Pengawetan makanan dengan fermentasi terjadi karena adanya pembentukan metabolit penghambat
seperti etanol, asam organik (asam laktat, asam asetat, asam format, dan asam propionat), dan
bakteriosin ,Selain untuk mengawetkan, fermentasi juga dapat
menjadikan perubahan aroma, tekstur, dan rasa pada makanan.
Jika ditinjau dari segi kesehatan, produk fermentasi mampu meningkatkan daya cerna dan
kualitas nutrisi makanan meningkatkan nilai gizi makanan meningkatkan keamanan makanan melalui penghambatan patogen serta juga dapat meningkatkan kualitas organoleptik
makanan ,
Makanan fermentasi di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan
prosesnya seperti yang terdapat pada Tabel 1. Fermentasi asam laktat (buah, sayur, susu, singkong,
dan daging), fermentasi jamur (kedelai, kacang), fermentasi alkohol (beras, singkong), dan fermentasi
kadar garam tinggi (ikan, kecap, dan tauco) ,
TITIK KRITIS PRODUK PANGAN BIOTEKNOLOGI
Yoghurt
Yoghurt terbuat dari susu sapi segar, bakteri starter, pemberi citarasa dan penambahan susu
skim sebagai pengental. Bakteri yang digunakan dalam pembuatan yoghurt adalah kelompok bakteri
asam laktat (BAL) Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
merupakan bakteri asam laktat yang paling banyak digunakan dalam industri makanan, terutama
dalam budaya starter untuk industri susu, dicampur dengan mikroba lainnya,
Pada era modern ini, yoghurt dapat dibuat dengan memanfaatkan kombinasi Lactobacillus
acidophilus dengan starter yoghurt Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus , Seringkali dalam pembuatannya juga ditambahkan bakteri probiotik lain yang
menguntungkan dan berguna untuk membantu proses metabolisme ,
Pembuatan yoghurt dimulai dengan pertumbuhan bakteri Streptococcus thermophillus yang
memfermentasi laktosa menjadi CO2 dan asam laktat sehingga menyebabkan suasana menjadi asam
Kondisi ini dapat merangsang pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus dan
Lactobacillus acidophilus serta menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang
tidak tahan hidup di lingkungan asam. Lactobacillus acidophilus ini dapat memanfaatkan laktosa dan
sukrosa untuk aktivitas metabolisme ,Lactobacillus bulgaricus berperan untuk
menghasilkan aroma yang khas sedangkan Streptococcus thermophilus berperan untuk
menghasilkan rasa yoghurt ,
Secara umum, proses pembuatan yoghurt diawali dengan penentuan total padatan susu,
kemudian pasteurisasi (pemanasan) agar susu steril dari bakteri lain, pendinginan, dan kemudian
ditambahkan starter bakteri . Untuk menetapkan kehalalan makanan, perlu
dicermati titik kritis pada semua tahapan proses mulai dari pemilihan bahan baku (input), proses
pengolahan, sampai hasil akhir siap dikonsumsi ,
Pertama, pemilihan bahan baku. Ketika bahan baku (susu) berasal dari hewan yang halal
dikonsumsi seperti sapi atau kambing, maka produk susu dari hewan tersebut juga halal. Sedangkan
jika susu berasal dari hewan yang tidak halal, maka produk susunya juga menjadi tidak halal.
Belakangan ini, terdapat yoghurt yang dibuat dari bahan nabati. Seperti dari kacang kedelai yang
biasa disebut dengan “soyghurt”, atau dari santan kelapa yang disebut “miyoghurt”, Ketika bahan utama berasal dari nabati, maka yoghurt tersebut bisa dikategorikan
halal.
Kedua, penetapan total padatan susu dilakukan dengan menambahkan bubuk skim, kasein,
dan whey. Bahan tambahan tersebut bisa jadi berasal dari hewan yang tidak halal sehingga dapat
menyebabkan yoghurt menjadi tidak halal pula (Atma et al. 2018). Ketiga, penambahan starter
bakteri. Pada dasarnya, mikroba merupakan sesuatu yang halal selama tidak membahayakan dan
tidak tercampur dengan barang yang najis dan haram. Ketika bakteri ditumbuhkan pada media yang
suci, maka bakteri hasil perbanyakan juga suci. Apabila bakteri ditumbuhkan pada media yang najis,
misalnya media Blood Agar Plate (BAP) yang berasal dari darah, maka bakteri tersebut bisa tetap
halal asalkan dapat dipisahkan antara bakteri dan media yang tercampur benda najis tersebut.
Kemudian bakteri harus disucikan. Namun ketika bakteri ditumbuhkan pada media yang tercampur
benda haram, misalnya babi, maka hukumnya haram (Fatwa MUI No. 01 Tahun 2010 tentang
penggunaan mikroba produk mikrobial dalam produk pangan).
Keempat, penambahan bahan aditif seperti bahan pengemulsi, perasa, penstabil, dan
pewarna. Bahan aditif bisa saja berasal dari bahan yang tidak halal (Atma et al. 2018). Kelima, dalam
proses penggumpalan. Ketika yoghurt mengendap dan memisah dari air, seringkali perlu
ditambahkan zat penstabil seperti gelatin agar meningkatkan daya ikat air sehingga mencegah
pemisahan dan menjadikan kualitas tampilan yoghurt semakin baik. Pemilihan bahan gelatin ini perlu
diwaspadai karena terdapat gelatin yang berasal dari hewan tidak halal seperti babi ,Namun ketika zat penstabilnya berasal dari bahan nabati seperti pektin yang berasal
dari ekstrak tumbuhan maka tidak akan merubah kehalalan produk.
Tape
Produksi tape dilakukan melalui proses fermentasi dengan bantuan beberapa jenis
mikroorganisme seperti kapang dan khamir (yeast). Kapang menghasilkan enzim amilolitik yang
berfungsi memecah amilum menjadi gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida).
Kemudian dilanjutkan oleh khamir yang berfungsi merombak sebagian gula sederhana tadi menjadi
alkohol (Berlian dan Ulandari 2016). Proses fermentasi tape memanfaatkan respirasi anaerob.
Aspergillus sp. memecah amilum menjadi glukosa kemudian diteruskan oleh Saccharomyces
cereviceae yang mengubah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida (Rahmawati 2010). Selain
itu juga dipengaruhi oleh bakteri Acetobacter aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat
sehingga tape terkadang terasa masam. Berikut persamaan reaksinya
Hasil akhir dari fermentasi tape menghasilkan karbondioksida (CO2) dan alkohol (C2H5OH) dengan
kadar tertentu tergantung jumlah khamir yang digunakan, lama waktu fermentasi dan jumlah glukosa
yang terdapat pada bahan ,
Menurut komisi fatwa MUI, alkohol ada yang haram dan ada juga yang halal. Alkohol yang
haram yaitu alkohol yang terdapat dalam minuman khamr yang memabukkan seperti anggur, tuak,
dan sake. Kandungan alkohol dalam minuman keras seperti ini termasuk haram karena mulai awal
pengolahan, proses fermentasi, sampai menjadi suatu produk memang dimaksudkan untuk
menghasilkan minuman yang memabukkan. Berbeda halnya dengan kandungan alkohol yang
terdapat dalam tape. Menurut Fatwa MUI tahun 2003, tape dan air tape tidak termasuk dalam
kategori khamr, kecuali apabila memabukkan (Fatwa MUI Nomor 4 tahun 2003 tentang Standardisasi
Fatwa Halal).
Dalam islam, yang haram dikonsumsi adalah khamr. Khamr merupakan istilah untuk setiap zat
yang memabukkan. Contohnya adalah minuman keras. Minuman dengan kandungan etanol minimal
1 persen termasuk dalam kategori khamr. Khamr mengandung alkohol namun, alkohol belum tentu
khamr. Termasuk didalamnya adalah tape, walaupun tape mengandung alkohol namun, alkohol
tersebut tidak memabukkan orang yang mengkonsumsinya.
Keju
Keju merupakan salah satu produk bioteknologi yang berasal dari penggumpalan protein susu.
Produk keju dibuat melalui fermentasi dengan bantuan mikroorganisme Streptococcus thermophilus,
Lactococcus lactis dan Leuconostoc mesenteroides (Geantaresa et al., 2010). Titik kritis kehalalan
keju berasal dari bahan baku. Susu bisa berasal dari sumber hewani maupun nabati. Ketika susu
bersumber dari nabati seperti kedelai yang halal, maka bisa dipastikan bahwa keju tersebut halal.
Namun ketika susu berasal dari sumber hewani, maka perlu diperiksa terlebih dahulu. Jika berasal
dari hewan yang halal dikonsumsi seperti susu sapi, kambing, kerbau, unta, atau domba, maka
produk susu hewan tersebut halal. Keju menjadi tidak halal ketika diproduksi dari susu hewan yang
tidak halal.
Kedua, dalam proses koagulasi (pengendapan) ditambahkan agen pengental seperti rennet,
asam laktat, atau ekstrak tanaman. Terdapat dua metode koagulasi yaitu secara enzimatis dan
mikrobiologi. Secara enzimatis dilakukan dengan penambahan enzim renin yang berasal dari rennet
hewan ruminansia. Rennet adalah ekstrak abomasum anak sapi yang belum disapih atau juga bisa
berasal dari mamalia lainnya. Rennet mengandung enzim renin yang berperan menggumpalkan
susu. Rennet dikategorikan halal, jika rennet berasal dari hewan halal dan proses penyembelihan
sesuai dengan syariat islam. Namun jika tidak memenuhi dua syarat tersebut, maka belum bisa
dikategorikan halal. Metode kedua yaitu mikrobiologi dengan menggunakan bakteri asam laktat
Penggunaan metode secara mikrobiologi ini halal, namun produk keju
menjadi tidak halal apabila bakteri asam laktat yang digunakan untuk produksi keju ditumbuhkan
pada media yang tercampur bahan haram.
Sayur Asin
Sayur asin merupakan makanan yang cukup terkenal di Indonesia khususnya di Jawa Tengah
Bahan untuk membuat sayur asin umumnya berasal dari sawi, kubis, dan
genjer. Sayur asin dihasilkan melalui proses fermentasi asam laktat yang sebagian besar prosesnya
memanfaatkan bakteri asam laktat (BAL) yang secara alami ada pada tumbuhan tanpa penambahan
kultur starter ,proses pembuatan dilakukan dengan
perendaman sayuran di dalam larutan garam dengan penambahan air tajin sebagai sumber
karbohidrat bagi bakteri yang berperan ,
Penambahan garam berfungsi untuk menyeleksi bakteri yang dikehendaki sehingga
memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme tertentu dan mengeluarkan kandungan air yang
terdapat dalam jaringan sayuran secara osmosis , Sedangkan
penambahan air tajin digunakan sebagai substrat tambahan untuk pertumbuhan bakteri asam laktat
yang akan melakukan proses fermentasi. Bakteri tersebut menggunakan komponen karbohidrat
sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya dan memanfaatkan komponen vitamin dan
mineralnya sebagai koenzim dan kofaktor ,Garam dan asam laktat hasil dari
fermentasi akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme kontaminan serta memperlambat
pelunakan jaringan sayuran . Fermentasi ini menghasilkan
perubahan karakteristik asam pada sayuran ,
Fermentasi pada sayur asin memanfaatkan beberapa mikroorganisme diantaranya
Leuconostoc mesenteroides, Lactobacillus brevis, Pediococcus cerevisiae, dan Lactobacillus
plantarum. Pada awal proses fermentasi Leuconostoc mesenteroides akan tumbuh dengan cepat dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain serta meningkatkan produksi asam dan CO2 yang
menjadikan pH semakin rendah ,Selanjutnya
bakteri Lactobacillus brevis, Pediococcus cerevisiae, dan Lactobacillus plantarum yang memiliki
kemampuan hidup di lingkungan asam akan memproduksi asam laktat, CO2, dan asam asetat.
Genetically Modified Organism (GMO)
Sejak 5000 sampai 10000 tahun yang lalu, manusia sudah memiliki naluri untuk memilih dan
menggunakan benih yang unggul dalam bidang pertanian Sehingga
dikembangkan teknologi rekayasa genetika (modifikasi genetik) yang mampu mengubah sistem
produksi tanaman, ternak, dan ikan menjadi lebih adaptif terhadap lingkungan. Teknologi genetika ini
memicu terjadinya revolusi hijau yang dapat melipatgandakan hasil produksi sehingga mampu
mencukupi kebutuhan bahan pokok pada abad ini ,
Rekayasa genetika merupakan sebuah proses pengubahan DNA suatu organisme yang
dilakukan dengan menggabungkan DNA dari dua spesies yang berbeda. Penggabungan antara gen
bakteri dengan gen hewan, gen bakteri dengan gen tumbuhan, atau gen hewan dengan gen hewan
lain untuk menghasilkan sifat unggul yang tidak bisa didapatkan melalui persilangan secara
tradisional. Teknologi ini juga banyak diterapkan dalam berbagai bidang, salah satunya pertanian.
Teknologi telah memiliki dampak besar dalam bidang pertanian. Pada tahun 1998, 28 ha tanah
ditanami tanaman transgenik di seluruh dunia dimana 74% berada di Amerika,15% lainnya berada di
Argentina, utamanya oleh petani kedelai, dimana sekitar setengah dari kedelai yang ditanam
merupakan tanaman transgenik (tahan terhadap glifosat). Kanada memiliki area signifikan yang
ditanami tanaman transgenik (10% dari panen dunia), dan di Australia, proporsi terbesar dari
tanaman kapas adalah transgenik (Skerritt 2000). Indonesia juga telah mengembangkan produk
GMO seperti yang terdapat pada Tabel 2.
Penggunaan isolat mikroba berguna untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Pada tanaman pangan biasanya digunakan Mikoriza, Rhizobium, dan Aspergillus yang dapat
meningkatkan efisiensi pupuk serta meningkatkan hasil produksi padi, kedelai, dan kacang tanah
Ada tiga kondisi yang cukup mengkhawatirkan produk rekayasa genetika yakni reaksi alergi
(alergisitas), transfer gen, dan outcrossing. Peraturan perundang-undangan tentang keamanan hayati
telah dikeluarkan untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Sebelum
dipasarkan, produk bioteknologi pertanian hasil rekayasa genetik (PBPHRG) diuji terlebih dahulu.
Pengujian dilakukan secara bertahan di fasilitas uji terbatas (biosafety containment) mulai dari tingkat
laboratorium, rumah kaca hingga lapangan terbatas ,
Menurut islam, melakukan rekayasa genetika terhadap hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme
diperbolehkan (mubah) asalkan terdapat aspek kebermanfaatan, tidak membahayakan terhadap
manusia maupun lingkungan, serta tidak menggunakan gen atau bagian dari tubuh manusia.
Sedangkan pada produk hasil rekayasa genetika, yang biasa disebut Genetically Modified Food
(GMF), maka berstatus halal asalkan bermanfaat, tidak membahayakan, dan jika berasal dari hewan
maka hewan tersebut harus dalam kategori ma’kul al-lahm (jenis hewan yang dagingnya halal
dikonsumsi). Media pertumbuhan bakteri juga perlu diperhatikan kehalalannya, tidak tercampur oleh
bahan yang haram. Begitu pula gen yang disisipkan harus berasal dari yang halal (Fatwa MUI No. 35
Tahun 2013 tentang Rekayasa Genetika dan Produknya).
Pemanfaatan bioteknologi sudah sangat luas dan mencakup berbagai bidang salah satunya
dalam pemenuhan kebutuhan primer terhadap makanan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat
juga harus diimbangi dengan peningkatan pangan baik secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu
cara yang dilakukan yaitu dengan mengaplikasikan bioteknologi baik pada makanan maupun
pertanian yang dilakukan secara konvensional dan modern. Bioteknologi memadukan teknologi
dengan bantuan makhluk hidup misalnya mikroorganisme. Bakteri dan jamur banyak digunakan
dalam pengolahan makanan melalui proses fermentasi seperti fermentasi asam laktat, fermentasi
jamur, fermentasi alkohol, dan fermentasi kadar garam tinggi. Sedangkan bioteknologi yang
menggunakan teknik rekayasa genetika memanfaatkan plasmid bakteri untuk menyisipkan gen yang
diinginkan. Untuk menjamin kehalalan produk makanan hasil bioteknologi harus memperhatikan
keseluruhan proses produksi baik bahan baku, proses pengolahan, maupun penyimpanan yang
harus terbebas dari bahan tidak halal. Lebih ringkasnya yaitu dengan memperhatikan titik kritis
kehalalan produk. Hal ini perlu dilakukan terutama oleh para produsen makanan untuk menjamin
halal nya produk yang beredar. Selain itu juga sebagai upaya untuk merealisasikan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH).