fermentasi

 





Bioteknologi mengalami perkembangan yang pesat hingga saat ini. Peranan bioteknologi sangat luas 

dalam aspek pemenuhan kebutuhan manusia salah satunya yaitu dalam industri makanan. Beberapa 

proses bioteknologi baik konvensional maupun modern tidak terlepas dari peranan mikroorganisme. 

Sejumlah mikroorganisme tertentu digunakan dalam penyediaan makanan tradisional melalui 

fermentasi seperti pada pembuatan yoghurt, tape, keju, dan sayur asin. Mikroorganisme juga 

berperan dalam proses rekombinasi DNA sehingga menghasilkan produk makanan berkualitas 

seperti GMO (Genetically Modified Organism). Indonesia merupakan negara dengan mayoritas 

penduduk muslim sehingga dalam penyediaan pangan sangat memperhatikan aspek kehalalan. 

Termasuk pada makanan hasil bioteknologi yang banyak memanfaatkan peran mikroorganisme dan 

harus memperhatikan titik kritis kehalalan. Hal ini perlu diperhatikan agar setiap proses produksi 

dapat dipastikan terhindar dari kontaminasi bahan yang tidak halal.

 Perkembangan bioteknologi mengalami kemajuan pesat dengan diadakannya berbagai 

penelitian oleh para ilmuan 

. Meningkatnya permintaan masyarakat 

terhadap suatu produk serta ketersediaan makanan, kosmetik, dan obat secara berkelanjutan 

menjadikan bioteknologi sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan tersebut  Saat ini bioteknologi banyak diterapkan dalam berbagai aspek meliputi bidang pangan, 

pertanian, peternakan, kedokteran, maupun farmasi Bioteknologi pangan menjadi bahasan yang 

perlu dikaji lebih mendalam sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia akan bahan pangan 

Bioteknologi dibagi menjadi dua jenis yakni bioteknologi konvensional dan bioteknologi 

modern. Produk bioteknologi konvensional terdiri dari kecap, keju, yoghurt, kefir, nata, tape dan 

tempe. Sedangkan produk bioteknologi modern antara lain seperti enzim, glukosa hasil hidrolisis 

enzimatis, dan beberapa bahan tambahan pangan serta produk hasil rekayasa genetika ,

Di Indonesia banyak dijumpai berbagai produk makanan tradisional hasil olahan bioteknologi 

konvensional melalui fermentasi seperti tempe, tapai, dan oncom ,Pengolahan 

makanan tersebut tidak terlepas dari peranan mikroorganisme berupa bakteri, fungi, dan yeast . Pemanfaatan mikroorganisme ini berbeda-beda tergantung pada 

bahan dasar dan hasil akhir yang ingin diperoleh , Manfaat dari penerapan bioteknologi 

adalah untuk menghasilkan makanan yang bergizi tinggi, menghasilkan produk makanan dan 

minuman hasil fermentasi, serta menghasilkan produk bahan penyedap. Seiring perkembangan 

zaman, kebutuhan akan makanan terus meningkat sehingga perlu diadakannya peningkatan dan 

perbaikan kuantitas serta kualitas pangan. Penelitian dibidang bioteknologi ini diharapkan mampu 

meningkatkan nilai guna dan manfaat dari berbagai jenis bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan 

manusia ,

Bioteknologi yang sedang berkembang adalah bioteknologi modern dengan menggunakan 

teknologi rekombinasi DNA dengan teknik tertentu untuk memotong, menyisipkan, maupun 

menyusun kembali fragmen-fragmen DNA. Bioteknologi berperan dalam menghasilkan varietas 

tanaman yang unggul dan memiliki produktivitas tinggi. Peneliti menggunakan mikroorganisme 

bakteri sebagai agen pembawa gen. Gen tersebut dibawa melalui organel berupa plasmid dalam 

tubuh bakteri. Transfer gen dapat dilakukan dari binatang ke tanaman, ataupun dari tanaman ke 

mikroorganisme , Namun beberapa pihak mengkhawatirkan kehalalan produk pangan 

hasil bioteknologi sehingga perlu diamati dan ditetapkan titik kritis kehalalan produk. Kajian ini 

menjelaskan mengenai perkembangan bioteknologi, mikroorganisme yang berperan dalam proses 

bioteknologi, serta mengamati status kehalalan produk hasil bioteknologi.

Pada masa lalu bioteknologi banyak dilakukan dengan proses yang sangat sederhana. 

Perkembangan yang pesat dalam bidang bioteknologi baru dimulai ketika Louis Pasteur berhasil 

menemukan bahwa mikroorganisme dapat melakukan fermentasi. Konsep fermentasi ini kemudian 

banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memproduksi berbagai macam makanan baru secara 

konvensional dengan memanfaatkan mikroorganisme. 

Sedangkan perkembangan bioteknologi modern baru dimulai ketika terdapat penemuan 

struktur DNA sekitar tahun 1950. Kemudian diikuti pula oleh penemuan-penemuan lainnya dibidang 

genetika molekuler seperti enzim pemotong DNA, penemuan ekspresi gen, dan DNA rekombinan. 

Bioteknologi modern lebih menitikberatkan pada proses manipulasi dan rekayasa genetika dengan 

didukung oleh peralatan yang modern sehingga dapat menghasilkan produk dalam skala industri 

yang lebih efektif dan efisien.

MIKROORGANISME PADA PENGOLAHAN MAKANAN

Aplikasi bioteknologi sangat beragam yang meliputi berbagai aspek yaitu pada bidang pangan, 

pertanian, peternakan, kesehatan, dan pengobatan. Aplikasi bioteknologi banyak menggunakan 

bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang memiliki ukuran yang 

sangat kecil. Mikroorganisme ada yang hanya terdiri dari sel tunggal (uniseluler) maupun bersel 

banyak (multiseluler). Setiap sel memiliki kemampuan untuk mengalami pertumbuhan, 

memperbanyak diri, dan menghasilkan energi (Kumar 2012). 

Mikroorganisme berinteraksi dengan sesama mikroorganisme maupun dengan organisme lain 

yang kemudian akan memberikan efek yang beraneka ragam, baik menguntungkan maupun 

merugikan. Dalam pembahasan mikrobiologi kedokteran maupun fitopatologi, beberapa 

mikroorganisme dapat menjadi penyebab adanya suatu penyakit dan menjadi patogen dalam 

kehidupan. Namun, mayoritas mikroorganisme dapat memberikan manfaat yang sangat beragam 

dalam dunia bioteknologi.

Mikroorganisme yang digunakan untuk proses pengolahan makanan bisa berasal dari 

kelompok bakteri maupun fungi. Bakteri yang digunakan bisa berasal dari kelompok 

Actinobacteriaceae seperti Bifidobacterium thermophilum Firmicutes seperti 

Bacillus , dan Proteobacteriaceae seperti Acetobacter

dan Gluconacetobacter . Sedangkan dari fungi bisa berasal dari yeast 

maupun filamentous fungi ,

BIOTEKNOLOGI TRADISIONAL BERBASIS FERMENTASI

Fermentasi dikenal sebagai salah satu cara pengawetan makanan tertua di dunia. Pengawetan 

makanan melalui fermentasi pada bahan mentah telah digunakan sejak sekitar zaman Neolitik 

(sekitar 1000 tahun SM) ,Pada tahun 1665, Van Leeuwenhoek dan Hooke 

mulai mengetahui bahwa fermentasi terjadi akibat aktivitas mikroorganisme alkohol,

Pengawetan makanan dengan fermentasi terjadi karena adanya pembentukan metabolit penghambat 

seperti etanol, asam organik (asam laktat, asam asetat, asam format, dan asam propionat), dan 

bakteriosin ,Selain untuk mengawetkan, fermentasi juga dapat 

menjadikan perubahan aroma, tekstur, dan rasa pada makanan.

Jika ditinjau dari segi kesehatan, produk fermentasi mampu meningkatkan daya cerna dan 

kualitas nutrisi makanan meningkatkan nilai gizi makanan meningkatkan keamanan makanan melalui penghambatan patogen  serta juga dapat meningkatkan kualitas organoleptik 

makanan ,

Makanan fermentasi di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan 

prosesnya seperti yang terdapat pada Tabel 1. Fermentasi asam laktat (buah, sayur, susu, singkong, 

dan daging), fermentasi jamur (kedelai, kacang), fermentasi alkohol (beras, singkong), dan fermentasi 

kadar garam tinggi (ikan, kecap, dan tauco) ,

TITIK KRITIS PRODUK PANGAN BIOTEKNOLOGI

Yoghurt

Yoghurt terbuat dari susu sapi segar, bakteri starter, pemberi citarasa dan penambahan susu 

skim sebagai pengental. Bakteri yang digunakan dalam pembuatan yoghurt adalah kelompok bakteri 

asam laktat (BAL) Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus

merupakan bakteri asam laktat yang paling banyak digunakan dalam industri makanan, terutama 

dalam budaya starter untuk industri susu, dicampur dengan mikroba lainnya,

Pada era modern ini, yoghurt dapat dibuat dengan memanfaatkan kombinasi Lactobacillus 

acidophilus dengan starter yoghurt Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus , Seringkali dalam pembuatannya juga ditambahkan bakteri probiotik lain yang 

menguntungkan dan berguna untuk membantu proses metabolisme ,

Pembuatan yoghurt dimulai dengan pertumbuhan bakteri Streptococcus thermophillus yang 

memfermentasi laktosa menjadi CO2 dan asam laktat sehingga menyebabkan suasana menjadi asam 

Kondisi ini dapat merangsang pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus dan 

Lactobacillus acidophilus serta menghambat pertumbuhan bakteri patogen yang 

tidak tahan hidup di lingkungan asam. Lactobacillus acidophilus ini dapat memanfaatkan laktosa dan 

sukrosa untuk aktivitas metabolisme ,Lactobacillus bulgaricus berperan untuk 

menghasilkan aroma yang khas sedangkan Streptococcus thermophilus berperan untuk 

menghasilkan rasa yoghurt ,

Secara umum, proses pembuatan yoghurt diawali dengan penentuan total padatan susu, 

kemudian pasteurisasi (pemanasan) agar susu steril dari bakteri lain, pendinginan, dan kemudian 

ditambahkan starter bakteri . Untuk menetapkan kehalalan makanan, perlu 

dicermati titik kritis pada semua tahapan proses mulai dari pemilihan bahan baku (input), proses 

pengolahan, sampai hasil akhir siap dikonsumsi ,

Pertama, pemilihan bahan baku. Ketika bahan baku (susu) berasal dari hewan yang halal 

dikonsumsi seperti sapi atau kambing, maka produk susu dari hewan tersebut juga halal. Sedangkan 

jika susu berasal dari hewan yang tidak halal, maka produk susunya juga menjadi tidak halal. 

Belakangan ini, terdapat yoghurt yang dibuat dari bahan nabati. Seperti dari kacang kedelai yang 

biasa disebut dengan “soyghurt”, atau dari santan kelapa yang disebut “miyoghurt”, Ketika bahan utama berasal dari nabati, maka yoghurt tersebut bisa dikategorikan 

halal.

Kedua, penetapan total padatan susu dilakukan dengan menambahkan bubuk skim, kasein, 

dan whey. Bahan tambahan tersebut bisa jadi berasal dari hewan yang tidak halal sehingga dapat 

menyebabkan yoghurt menjadi tidak halal pula (Atma et al. 2018). Ketiga, penambahan starter 

bakteri. Pada dasarnya, mikroba merupakan sesuatu yang halal selama tidak membahayakan dan 

tidak tercampur dengan barang yang najis dan haram. Ketika bakteri ditumbuhkan pada media yang 

suci, maka bakteri hasil perbanyakan juga suci. Apabila bakteri ditumbuhkan pada media yang najis, 

misalnya media Blood Agar Plate (BAP) yang berasal dari darah, maka bakteri tersebut bisa tetap 

halal asalkan dapat dipisahkan antara bakteri dan media yang tercampur benda najis tersebut. 

Kemudian bakteri harus disucikan. Namun ketika bakteri ditumbuhkan pada media yang tercampur 

benda haram, misalnya babi, maka hukumnya haram (Fatwa MUI No. 01 Tahun 2010 tentang 

penggunaan mikroba produk mikrobial dalam produk pangan).

Keempat, penambahan bahan aditif seperti bahan pengemulsi, perasa, penstabil, dan 

pewarna. Bahan aditif bisa saja berasal dari bahan yang tidak halal (Atma et al. 2018). Kelima, dalam 

proses penggumpalan. Ketika yoghurt mengendap dan memisah dari air, seringkali perlu 

ditambahkan zat penstabil seperti gelatin agar meningkatkan daya ikat air sehingga mencegah 

pemisahan dan menjadikan kualitas tampilan yoghurt semakin baik. Pemilihan bahan gelatin ini perlu 

diwaspadai karena terdapat gelatin yang berasal dari hewan tidak halal seperti babi ,Namun ketika zat penstabilnya berasal dari bahan nabati seperti pektin yang berasal 

dari ekstrak tumbuhan maka tidak akan merubah kehalalan produk.

Tape

Produksi tape dilakukan melalui proses fermentasi dengan bantuan beberapa jenis 

mikroorganisme seperti kapang dan khamir (yeast). Kapang menghasilkan enzim amilolitik yang 

berfungsi memecah amilum menjadi gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). 

Kemudian dilanjutkan oleh khamir yang berfungsi merombak sebagian gula sederhana tadi menjadi 

alkohol (Berlian dan Ulandari 2016). Proses fermentasi tape memanfaatkan respirasi anaerob.  

Aspergillus sp. memecah amilum menjadi glukosa kemudian diteruskan oleh Saccharomyces 

cereviceae yang mengubah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida (Rahmawati 2010). Selain 

itu juga dipengaruhi oleh bakteri Acetobacter aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat 

sehingga tape terkadang terasa masam. Berikut persamaan reaksinya

 

Hasil akhir dari fermentasi tape menghasilkan karbondioksida (CO2) dan alkohol (C2H5OH) dengan 

kadar tertentu tergantung jumlah khamir yang digunakan, lama waktu fermentasi dan jumlah glukosa 

yang terdapat pada bahan ,

Menurut komisi fatwa MUI, alkohol ada yang haram dan ada juga yang halal. Alkohol yang 

haram yaitu alkohol yang terdapat dalam minuman khamr yang memabukkan seperti anggur, tuak, 

dan sake. Kandungan alkohol dalam minuman keras seperti ini termasuk haram karena mulai awal 

pengolahan, proses fermentasi, sampai menjadi suatu produk memang dimaksudkan untuk 

menghasilkan minuman yang memabukkan. Berbeda halnya dengan kandungan alkohol yang 

terdapat dalam tape. Menurut Fatwa MUI tahun 2003, tape dan air tape tidak termasuk dalam 

kategori khamr, kecuali apabila memabukkan (Fatwa MUI Nomor 4 tahun 2003 tentang Standardisasi 

Fatwa Halal).

Dalam islam, yang haram dikonsumsi adalah khamr. Khamr merupakan istilah untuk setiap zat 

yang memabukkan. Contohnya adalah minuman keras. Minuman dengan kandungan etanol minimal 

1 persen termasuk dalam kategori khamr. Khamr mengandung alkohol namun, alkohol belum tentu 

khamr. Termasuk didalamnya adalah tape, walaupun tape mengandung alkohol namun, alkohol 

tersebut tidak memabukkan orang yang mengkonsumsinya.

Keju

Keju merupakan salah satu produk bioteknologi yang berasal dari penggumpalan protein susu. 

Produk keju dibuat melalui fermentasi dengan bantuan mikroorganisme Streptococcus thermophilus, 

Lactococcus lactis dan Leuconostoc mesenteroides (Geantaresa et al., 2010). Titik kritis kehalalan 

keju berasal dari bahan baku. Susu bisa berasal dari sumber hewani maupun nabati. Ketika susu 

bersumber dari nabati seperti kedelai yang halal, maka bisa dipastikan bahwa keju tersebut halal. 

Namun ketika susu berasal dari sumber hewani, maka perlu diperiksa terlebih dahulu. Jika berasal 

dari hewan yang halal dikonsumsi seperti susu sapi, kambing, kerbau, unta, atau domba, maka 

produk susu hewan tersebut halal. Keju menjadi tidak halal ketika diproduksi dari susu hewan yang 

tidak halal.

Kedua, dalam proses koagulasi (pengendapan) ditambahkan agen pengental seperti rennet, 

asam laktat, atau ekstrak tanaman. Terdapat dua metode koagulasi yaitu secara enzimatis dan 

mikrobiologi. Secara enzimatis dilakukan dengan penambahan enzim renin yang berasal dari rennet 

hewan ruminansia. Rennet adalah ekstrak abomasum anak sapi yang belum disapih atau juga bisa 

berasal dari mamalia lainnya. Rennet mengandung enzim renin yang berperan menggumpalkan 

susu. Rennet dikategorikan halal, jika rennet berasal dari hewan halal dan proses penyembelihan 

sesuai dengan syariat islam. Namun jika tidak memenuhi dua syarat tersebut, maka belum bisa 

dikategorikan halal. Metode kedua yaitu mikrobiologi dengan menggunakan bakteri asam laktat 

Penggunaan metode secara mikrobiologi ini halal, namun produk keju 

menjadi tidak halal apabila bakteri asam laktat yang digunakan untuk produksi keju ditumbuhkan 

pada media yang tercampur bahan haram.

Sayur Asin

Sayur asin merupakan makanan yang cukup terkenal di Indonesia khususnya di Jawa Tengah 

Bahan untuk membuat sayur asin umumnya berasal dari sawi, kubis, dan 

genjer. Sayur asin dihasilkan melalui proses fermentasi asam laktat yang sebagian besar prosesnya 

memanfaatkan bakteri asam laktat (BAL) yang secara alami ada pada tumbuhan tanpa penambahan 

kultur starter ,proses pembuatan dilakukan dengan 

perendaman sayuran di dalam larutan garam dengan penambahan air tajin sebagai sumber 

karbohidrat bagi bakteri yang berperan ,

Penambahan garam berfungsi untuk menyeleksi bakteri yang dikehendaki sehingga 

memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme tertentu dan mengeluarkan kandungan air yang 

terdapat dalam jaringan sayuran secara osmosis , Sedangkan 

penambahan air tajin digunakan sebagai substrat tambahan untuk pertumbuhan bakteri asam laktat 

yang akan melakukan proses fermentasi. Bakteri tersebut menggunakan komponen karbohidrat 

sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya dan memanfaatkan komponen vitamin dan 

mineralnya sebagai koenzim dan kofaktor ,Garam dan asam laktat hasil dari 

fermentasi akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme kontaminan serta memperlambat 

pelunakan jaringan sayuran . Fermentasi ini menghasilkan 

perubahan karakteristik asam pada sayuran ,

Fermentasi pada sayur asin memanfaatkan beberapa mikroorganisme diantaranya 

Leuconostoc mesenteroides, Lactobacillus brevis, Pediococcus cerevisiae, dan Lactobacillus 

plantarum. Pada awal proses fermentasi Leuconostoc mesenteroides akan tumbuh dengan cepat dan 

menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain serta meningkatkan produksi asam dan CO2 yang 

menjadikan pH semakin rendah ,Selanjutnya 

bakteri Lactobacillus brevis, Pediococcus cerevisiae, dan Lactobacillus plantarum yang memiliki 

kemampuan hidup di lingkungan asam akan memproduksi asam laktat, CO2, dan asam asetat.

Genetically Modified Organism (GMO)

Sejak 5000 sampai 10000 tahun yang lalu, manusia sudah memiliki naluri untuk memilih dan 

menggunakan benih yang unggul dalam bidang pertanian Sehingga 

dikembangkan teknologi rekayasa genetika (modifikasi genetik) yang mampu mengubah sistem 

produksi tanaman, ternak, dan ikan menjadi lebih adaptif terhadap lingkungan. Teknologi genetika ini 

memicu terjadinya revolusi hijau yang dapat melipatgandakan hasil produksi sehingga mampu 

mencukupi kebutuhan bahan pokok pada abad ini ,

Rekayasa genetika merupakan sebuah proses pengubahan DNA suatu organisme yang 

dilakukan dengan menggabungkan DNA dari dua spesies yang berbeda. Penggabungan antara gen 

bakteri dengan gen hewan, gen bakteri dengan gen tumbuhan, atau gen hewan dengan gen hewan 

lain untuk menghasilkan sifat unggul yang tidak bisa didapatkan melalui persilangan secara 

tradisional. Teknologi ini juga banyak diterapkan dalam berbagai bidang, salah satunya pertanian. 

Teknologi telah memiliki dampak besar dalam bidang pertanian. Pada tahun 1998, 28 ha tanah 

ditanami tanaman transgenik di seluruh dunia dimana 74% berada di Amerika,15% lainnya berada di 

Argentina, utamanya oleh petani kedelai, dimana sekitar setengah dari kedelai yang ditanam 

merupakan tanaman transgenik (tahan terhadap glifosat). Kanada memiliki area signifikan yang 

ditanami tanaman transgenik (10% dari panen dunia), dan di Australia, proporsi terbesar dari 

tanaman kapas adalah transgenik (Skerritt 2000). Indonesia juga telah mengembangkan produk 

GMO seperti yang terdapat pada Tabel 2. 

Penggunaan isolat mikroba berguna untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. 

Pada tanaman pangan biasanya digunakan Mikoriza, Rhizobium, dan Aspergillus yang dapat 

meningkatkan efisiensi pupuk serta meningkatkan hasil produksi padi, kedelai, dan kacang tanah 

Ada tiga kondisi yang cukup mengkhawatirkan produk rekayasa genetika yakni reaksi alergi 

(alergisitas), transfer gen, dan outcrossing. Peraturan perundang-undangan tentang keamanan hayati 

telah dikeluarkan untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Sebelum 

dipasarkan, produk bioteknologi pertanian hasil rekayasa genetik (PBPHRG) diuji terlebih dahulu. 

Pengujian dilakukan secara bertahan di fasilitas uji terbatas (biosafety containment) mulai dari tingkat 

laboratorium, rumah kaca hingga lapangan terbatas ,

Menurut islam, melakukan rekayasa genetika terhadap hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme 

diperbolehkan (mubah) asalkan terdapat aspek kebermanfaatan, tidak membahayakan terhadap 

manusia maupun lingkungan, serta tidak menggunakan gen atau bagian dari tubuh manusia. 

Sedangkan pada produk hasil rekayasa genetika, yang biasa disebut Genetically Modified Food

(GMF), maka berstatus halal asalkan bermanfaat, tidak membahayakan, dan jika berasal dari hewan 

maka hewan tersebut harus dalam kategori ma’kul al-lahm (jenis hewan yang dagingnya halal 

dikonsumsi). Media pertumbuhan bakteri juga perlu diperhatikan kehalalannya, tidak tercampur oleh 

bahan yang haram. Begitu pula gen yang disisipkan harus berasal dari yang halal (Fatwa MUI No. 35 

Tahun 2013 tentang Rekayasa Genetika dan Produknya).

Pemanfaatan bioteknologi sudah sangat luas dan mencakup berbagai bidang salah satunya 

dalam pemenuhan kebutuhan primer terhadap makanan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat 

juga harus diimbangi dengan peningkatan pangan baik secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu 

cara yang dilakukan yaitu dengan mengaplikasikan bioteknologi baik pada makanan maupun 

pertanian yang dilakukan secara konvensional dan modern. Bioteknologi memadukan teknologi 

dengan bantuan makhluk hidup misalnya mikroorganisme. Bakteri dan jamur banyak digunakan 

dalam pengolahan makanan melalui proses fermentasi seperti fermentasi asam laktat, fermentasi 

jamur, fermentasi alkohol, dan fermentasi kadar garam tinggi. Sedangkan bioteknologi yang 

menggunakan teknik rekayasa genetika memanfaatkan plasmid bakteri untuk menyisipkan gen yang 

diinginkan. Untuk menjamin kehalalan produk makanan hasil bioteknologi harus memperhatikan 

keseluruhan proses produksi baik bahan baku, proses pengolahan, maupun penyimpanan yang 

harus terbebas dari bahan tidak halal. Lebih ringkasnya yaitu dengan memperhatikan titik kritis 

kehalalan produk. Hal ini perlu dilakukan terutama oleh para produsen makanan untuk menjamin 

halal nya produk yang beredar. Selain itu juga sebagai upaya untuk merealisasikan Undang-Undang 

Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH).