Tampilkan postingan dengan label dukun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dukun. Tampilkan semua postingan
dukun
Mei 10, 2023
dukun
Dukun atau Shaman1 merupakan fenomena besar dan selalu
mengiringi kita dalam setiap sendi kehidupan baik disadari maupun tidak,
mereka mampu menolong, mengobati dengan cara memberi jampi atau
ramuan tertentu bahkan dengan sedikit mantra yang diucapkan ketika proses
menyembuhkan si pasien.
Dalam pembagian kerjanya Dukun ternyata memiliki spesialisasi
tertentu, seperti: Dukun Bayi, Dukun Pijet, Dukun Prewangan, Dukun
Calak(orang yang memiliki ilmu untuk mengkhitan), Dukun Wiwit, Dukun
Temanten, Dukun Petungan, Dukun Sihir, Dukun Susuk, Dukun Jampi,
Dukun Siwer dan Dukun Tiban.2 Geertz juga menjelaskan bahwa dukun
juga sekaligus merangkap berbagai jenis dukun yang lain, kecuali dukun
bearanank atau bayi. Karena spesialisasi ini dianggap hanya milik seorang
perempuan saja dengan segala jenis kesabaran dan ke tlatenan yang
diberikan kepada si bayi, mulai dari menemani sang ibu bayi dalam proses
persalinan sampai pada merawat bayi setelah keluar dari rahim ibunya.
Geertz dalam bukunya Agama Jawa. Pemilahan dukun dalam setiap
kelompok memiliki tradisi sendiri. Dalam tradisi dukun priyayi, sosok
dukun akan sering di sebut sebagai paranormal untuk membantu tokoh-
tokoh priyayi dalam menjalankan roda pemerintahan, menggunakan tehnik
jimat yang harus dibawa atau ditaruh ditempat yang dikehendaki oleh
pelakunya. Dukun santri atau yang lebih femiliar disebut kyai menggunakan
kalimat-kalimat bahkan huruf dari al-Qur’an karena memiliki kekuatan
yang dipercaya dapat membantu orang yang menggunakannya, sehingga
dalam setiap tata cara yang di lontarkan pasti tidak akan berseberangan
dengan akidah Islam. Sedang yang terakhir dukun abangan, bagi sebagian
orang dukun abanganlah yang memang pantas di sebut sebagai dukun, sebab
sosok ini yang menggunakan prewangan sebagai alat bantu, menggunakan
media puasa untuk mensucikan diri supaya ilmu dapat turun kepadanya dan
masih banyak lagi hal yang dianggap sepatutnya gelar itu tersandar olehnya.
Sedang dalam tradisi modern saat ini banyak orang tidak suka
dipanggil dukun dengan berbagai alasannya, namun kata ganti yang lebih
populerpun muncul untuk menggantikannya. sebut saja guru spiritual,
biasanya digunakan seseorang untuk memberikan wejangan dan pertahanan
spiritual kepada sosok yang memiliki panggkat tinggi atau public figur.
Lalu ada lagi yang bernama orang tua, mereka yang disebut dengan nama
itu bisanya sebagai tokoh sentral dalam warga, dalam setiap laku sosial
warga pasti terus dilibatkan karena mereka dianggap mampu dalam
segala hal, apalagi kaitannya dengan dunia spiritual.
Ada sebuah ungkapan yang menjadi tren dalam warga kita kala
ini, “Cinta Ditolak, Dukun Bertindak”. Bukan hanya sekedar kata-kata
namun kalimat ini memang benar adanya. Dalam setiap laku spiritual
seorang dukun, banyak dari mereka yang menggunakan berbagai jenis
mantra3 dan jimat4. Dalam berbagai hal, warga kita pasti mengenal
bahkan memiliki barang ini. Baik untuk sekedar membantu menjaga
keselamatan, memperlancar proses perekonomian bahakan yang lebih tren
saat ini adalah masukknya proses spiritual ini pada pola perpolitikan
kita.
Menarik untuk dikaji memang berkaitan dengan hal ini,
bagaimana pola berpikir warga kita yang sudah modern seperti ini
masih menggunakan tradisi yang tidak dapat di rasionalkan. Apalagi sisi ini
sudah menjadi rahasia umum untuk mendapatkan posisi formal pasti ada
unsur non-formal yang selalu mengirinya.
Pasti kita sering mendengar pengobatan alternatif dimanapun itu,
bagaimana cara kerja mereka. Menurut Dimyati Huda dalam bukunya
“Varian warga Islam Jawa Dalam Perdukunan” yang mengutip dari
Hozmanto yang mengatakan “lahirnya cara medis, batinnya cara
alternatif”.5 Garis besarnya ada suatu hal yang tidak bisa dijangkau oleh
kemampuan medis, yaitu perkara batin. Dalam dunia warga jawa
istilah dalam pengobatannya untuk wilayah medis pasti akan menyebutnya
dengan fisik atau lahir, sedang untuk wilayah ghaib akan disebut
menggunakan batin.
mampuan spiritual atau yang biasa disebut ilmu ini setiap orang
memiliki perbedaan, karena memang dalam memperolehnya berbeda-beda.
Dukun dalam menyelesaikan masalah sosial dan ekonomi memiliki
perbedaan dalam menyelesaikannya, apalagi dengan masalah politik yang
syarat akan tumpang tindihnya pola pikir seseorang.
Dunia ekonomi dan praktik perdukunan saat ini menampakkan
keterkaitan yang kuat, sebut saja tradisi memukul-mukulkan uang pada
waktu membuka jualan di pagi hari. Ritual ini di maksudkan untuk menarik
rezeki datang kepadanya. Selanjutnya tengok juga dlam tradisi komunitas
cina yang memasang boneka kucing berwarna keemasan yang Maneki
Neko.6 Lihat juga dalam setiap toko, kebanyakan ada suatu jimat-jimat
tertentu yang dipasang atau ditaruh dalam toko ini. Misalnya ada jimat
yang dimasukkan dalam bambu berwarna kuning yang dipakukan diatas
pintu masuk toko, ada lagi yang ditaruh di laci bersama uang guna
melindungi uang ini dan masih banyak jimat atau apapun yang
digunakan oleh dukun sebagai perantara membantu pasiennya.
Masih dari sisi ekonomi, praktik perdukunan selain memberikan
bantuan berupa jimat-jimat yang bisa ditemukan ditoko, atau yang selalu
dibawa oleh pemiliknya ternyata dukun juga memberikan stimulus lain
berupa sebuah mantra yang harus dibaca oleh orang yang meminta
pertolongan ini. Misal, mantra penglaris, mantra ini dibaca oleh orang
yang ingin dagangannya laris guna memperbanyak penghasilan yang dia
dapatkan, biasanya pembeli secara tidak sadar seperti mendapat intuisi atau
bisikan ghaib guna membeli sesuatu di toko orang ini. Jadi sama
halnya dengan mempengaruhi alam bawah sadarnya dengan hal-hal ghaib.
Sifat ilmu yang diberikan oleh dukun biasanya besifat pribadi dan
harus mendapatkan legalitas atau ijazah dari sang dukun ini. Mungkin
kita pernah tahu bagaimana seseorang karena hanya alasan tidak suka dan
mempunyai dendam, orang ini pergi ke dukun guna memberikan
pelajaran kepada orang ini. “Ilmu Hitam”, dengan tujuan untuk
mencelakai seseorang ataupun ingin mendapatkan sesuatu hal yang
sejatinya memang taidak pantas untuk dirinya. Dengan perantara dukun
yang meminta tolong kepada sosok dewi durga yang di identikkan sebagai
simbol dari seluruh kejahatan untuk menyelakai orang ini.
Pada laku spiritual ini, sang dukun kenapa harus meminta
bantuan kepada sosok dewi durga. Dikarenakan bisa dimungkinkan orang
yang akan dikenai juga memiliki kekuatan ghaib sendiri guna melindungi
dirinya. Lalu tinggal bagaimana kekuatan baik dan buruk itu bertarung,
siapa yang menang dan siapa yang kalah. Atau bahkan orang yang ingin
mencelakai ini melakukan laku spiritual ini setelah mendapat
restu dari dukun ini, jadi seperti halnya dukun ini memberikan
kunci untuk meminta bantuan sosok durga itu.
Menengok pada tradisi seperti ini, sudah menjadi kewajaran tentang
praktik spiritul zaman dahulu, banyak anak-anak, dewasa, laki-laki atupun
perempuan untuk mendapatkan sebuah ilmu, mereka merelakan waktunya
untuk bersemedi atau bermeditasi untuk mendapatkan suatu kemampuan
khusus dari sosok yang dia mintai. Kekuatan yang dia dapat selain dapa
mencelakakan orang lain juga dapat membantu orang.8 Geertz, dalam
bukunya Abangan Santri Priyayi, memaparkan bahwa hampir pada
umumnya orang jawa tidak mau jika dikatakan pernah melakukan semedi
karena diangap akan mencelakai orang lain.9
Pola pikir untuk menyalahgunakan kekuatan ghaib ini
sejatinya muncul dari pikiran manusia yang sudah dipenuhi dengan niatan
buruk, bentuk penggunaan kekuatan ilmu hitam ini diasosiasiakan oleh
orang jawa sebagai perilaku jahat. seorang dukun yang menggunakan ilmu
hitam ini hanya dapat di netralkan efeknya jika ada dukun yang
memiliki kemampuan sama atau lebih tinggi. Karenanya praktik ilmu hitam
seperti ini dikutuk keras oleh warga.
Mulder memaparkan, ada dua usaha mistik; pertama, kebatinan
sebagai mendalami batin, diri sendiri serta mengetahui kekuatan yang
paling utama guna memperoleh ilmu mistik demi tercapainya perbuatan
baik atau buruk. Kedua, klenik. Menurut Sosrosudigjo dalam Etika Jawa,
klenik merupakan “praktik jahat yang didorong oleh kekuatan nafsu rendah
demi benda-benda duniawi serta kemampuan jahat.10
Menurut Heru S.P. Saputra yang mengutip dari Suryadipura
menjelaskan, dalam aspek tubuh manusia memliki empat nafsu. Aluamah,
Amarah, Supiyah, Mutmainnah.nafsu-nafsu ini ternyata merefleksi dari
berbagai kekuatan yang ada di alam semesta, tanah, api, angin dan air.
Aluamah refleksi tanah yang di identikkan berwarna hitam dan bersifat
jahat, malas, mencarikenikmatan dan suka akan kemaksiatan. Amarah
adalah refleksi api yang bersifat keras, otoriter namun memiliki banyak
inspirasi, nafsu ini di identikkan berwarna merah. Supiyah merupakan
refleksi dari angin dapat dimaknai sebagai keindahan atau seni yang di
identikkan berwarna kuning. Sedang Nafsu Mutmainnah refleksi air yang
menyimbolkan pengetahuan, keadilan dan biasanya berwarna putih. Dan
ketika semua sifat itu sudah dapat dikendalikan dengan kesadaran total
dirinya, orang ini akan mulai masuk pada bgian inti dimana hal ini
menunjukkan kesejatian diri atau aku. Dengan sepenuhnya menggunakan
“rasa” dalam merasakan segala
Seseorang yang sudah dapat melakukan berbagai hal ini,
sejatinya sudah memiliki kunci untuk membuka potensi diri layaknya
seorang dukun, namun ternyata masih sangat jarang orang yang ingin
melakukannya. Selain hal yang sudah terpaparkan kaitannya dengan
kehidupan sosial, kita masih sering mendengar tradisi slametan. Biasanya
di pimpin tokoh adat atau tokoh agama. Sebagai suatu kesepakatan yang
telah menjadikannya khas.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dukun berarti orang yang
mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi (mantra, guna-
guna).13 Menurut Heru S.P. Saputra dalam Glosari buku Memuja
Mantra Dukun merupakan Orang yang memiliki ngelmu ghaib yang
diperoleh dengan cara laku mistik dan memanfaatkannya untuk
membantu atau menolong orang yang membutuhkannya.
Sedang Geertz, membagi dukun dalam beberapa jenis keahliannya,
seperti: Dukun Bayi, Dukun Pijet, Dukun Prewangan, Dukun
Calak(orang yang memiliki ilmu untuk mengkhitan), Dukun Wiwit,
Dukun Temanten, Dukun Petungan, Dukun Sihir, Dukun Susuk, Dukun
Jampi, Dukun Siwer dan Dukun Tiban.enurut Heru S. P. Saputra, Dukun merupakan Orang yang
memiliki ngelmu ghaib yang diperoleh dengan cara laku mistik dan
memanfaatkannya untuk membantu atau menolong orang yang
membutuhkannya.16 Dukun yang merupakan sosok penolong dan
pembantu akhirnya mendapatkan porsi yang selalu menjadi pusat dikala
individu mengalami kebuntuan dalam menyelesaikan sebuah masalah.
2. warga
warga adalah sekelompok orang yang membentuk suatu sistem
menjaga interaksi terus berlanjut antara individu dengan individu yang
menjadi bagian dari warga ini. menurut akar katanya,
warga diambil dari bahasa Arab musyaraka yang berarti saling
bergaul.Dalam bahasa inggris warga disebut society yang
bermakna kumpulan orang yang membuat sistem baru dan terjalin
komunikasi. Peter L Berger beranggapan bahwa warga merupakan
bagian yang membentuk hubungan yang bersifat luas.
Dari anggapan ini warga adalah individu yang menempati
suatu wilayah yang nyata, dan yang berinteraksi menurut suatu istem
adat-istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas. Sehingga dari
hal ini warga merupakan apa yang ia berikan untuk individunya
atau dua namun hampir semuanya kecuali Dukun bayi yang hanya akan di miliki oleh perempuan
saja.
dan pemberian apa yang diberikan oleh individu terhadap sebuah
warga.
3. Konstruk Kesadaran
Sebagai sebuah fenomena yang ada di warga kita yang
memiliki beragam model keagamaan tidak bisa dipandang sebelah mata
saja kalau dukun ini merupakan sosok yang jahat yang mampu
untuk menyakiti lawannya dengan berbagai cara yang diinginkan oleh
pasiennya.
warga dan individu memerankan proses konstruk ini,
salingnya keterkaitan keduanya semakin memperkuat konstruk yang
ada didalamnya. Individu melakukan proses internalisasi dalam tubuh
warga tentang dukun, setelah konsep dasar yang dimiliki
warga telah selesai untuk mendeskripsikan tentang dukun maka
proses eksternalisasi warga kembali kepada individu secara umum
dam mengakibatkan pandangan masyrakat secara utuh dan tuntas akan
mendeskripsikan dukun. antara dukun dan warga tampil pada porsi
yang sama karena konstruk dalam warga ini memang
meyakini kekuatan yang yang besar diluar mereka dan kekuatan ini
ada untuk dimanfaakan.
4. Mistisisme
Menurut Geertz, mistisisme dibagi menjadi delapan postulat, yakni:
a. Dalam kehidupan sehari-hari manusia, perasaan tentang “baik” dan
“buruk”, “kebahagiaan” dan “kesengsaraan”, secara inheren serta
tidak bisa di pisahkan. Variasi seperti ini sama saja untuk semua
perasaan (cinta, benci, takut dan lain sebagainya), sehingga yang
menjadi tujuannya adalah meminimalkan semua nafsu, menahannya
untuk dapat sepenuhnya mengerti “perasaan”yang lebih besar dan
benar karena yang menjadi tujuannya adalah tentrem ing manah
“kebahagiaan di hatinya”.
b. Di “balik” perasaan manusiawi yang kasar, ada sebuah perasaan
yang murni dan damai yang merupakan diri sejati sebagai
manifestasi Tuhan.
c. Tujuan manusia hanyalah untuk mengetahui atau merasakan rasa
tertinggi dalam dirinya.
d. Untuk memperoleh pengetahun tentang rasa tertinggi ini, orang
harus memiliki kemurnian kehendak, harus memusatkan kehidupan
batin sepenuhnya untuk mencapai tujuan tunggal ini,
mengintensifkan dan memusatkan semua sumber-sumber spiritual
pada satu titik kecil, seperti kalau orang memusatkan sinar matahari
melalui kaca pembesar untuk menghasilkan panas yang maksimum
pada satu titik.
e. Selain disiplin spiritual dan meditasi, studi empiris terhadap
kehidupan emosional, sebuah psikologi metafisik, juga
memunculkan pengertian serta pengalaman mengenai rasa.
f. Karena orang berbeda-beda dalam kesanggupannya melaksanakan
disiplin spiritual untuk waktu yang lama, sehingga menimbulkan
sistem hierarki guru dan murid, dimana seorang guru yang maju
mengajar kepada murid yang kurang maju, sedang ia sendiri
merupakan murid dari guru yang lebih maju lagi.
g. Pada tingkat pengalaman dan eksistensi tertinggi, semua orang
adalah satu dan sama. Tidak ada individualitas, karena rasa, aku dan
Gusti adalah “objek abadi” yang sama dalam semua orang.
h. Karena tujuan semua manusia seharusnya adalah mengalami rasa,
maka sistem religi, kepercayaan dan praktik-praktiknya hanyalah
alat untukmencapai tujuan itu dan hanya baik sepanjang semua itu
bisa membawa kesana.
Dalam hal ini dukun memerankan posisnya sebagai sosok yang
berada posisi yang guru yang akan terus membimbing muridnya dan
memberikan pertolongan kepada pasiennya dalam menyelesaikan
berbagai masalah.
Sedang menurut Mulder mistisisme yang berasalah dari kata batin
karena dalam dunia modern disebut kebatinan yang berarti “dalam”,
didalam hati, tersembunyi dan penuh rahasia.22 Pada praktiknya
kebatinan adalah sebuah upaya untuk berkomunikasi dengan realitas
tertinggi.23 Sehingga sosok dukun atau kyai yang melakukan meditasi
maupun mujahadah untuk mendapatkan pengetahuan baru dlam
mengatasi masalah ia akan melakukan proses ini untuk
berkomunikasi dengan Tuhan.
D. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini berusaha mendeskripsikan bagaimana warga
memandang dan peran dukun dalam struktur sosial politik dan ekonomi
warga. Harapan penelitian “Dukun dalam Struktur Sosial, Politik,
Ekonomi warga” dapat memberikan kontribusi, diantaranya:
1. Kontribusi Akademik
Memahami bagaimana pola pikir warga terhadap sosok dukun
yang oleh warga sendiri dikonotasikan jelek, secara rinci akan ada
pemaknaan ulang tentang dukun dan bagimana seharusnya memandang
dukun. Beragam makna dan istilah tentang dukun akan dihadirkan oleh
peneliti sebagai wujud menjernihkan pandangan dan menata ulang
kesadaran warga. Bagaimana dukun yang selalu berkaitan dengan
hal-hal mistis dan selalu diidentikkan dengan hal yang jahat.
Tanpa kita sadari, nyatanya dukun memiliki andil yang tak ternilai
juga dalam setiap aspek hidup manusia, warga yang menganggap
dirinya benar-benar rasionalis maupun positivis24 nyatanya masih
sangat kebergantugan dengan episteme mistik yang dihadirkan oleh
leluhur kita dari lahir sampai kita mati. Dengan begini penelitian ini
dapat membuka cakrawala mistik dalam dunia akademik sehingga dapat
saling mengisi dan tanpa saling menuding satu sama lain karena ketidak
berhasilannya.
2. Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk umum serta
lingkup akademik. Karena dalam penelitian ini, peneliti akan banyak
menghadirkan sesuatu yang sangat tidak logis untuk dapat dianalisa oleh
sistem akademik, namun bukan berarti penelitian ini tidak terstruktur
secara akademik. Semoga hasil riset ini dapat membongkar cara
berpikir warga pada umumnya yang selalu tidak percaya dan
menyepelekan hal-hal ini.
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai alat penunjang untuk melihat
literatu-literatur lama ataupun baru yang berkaitan langsung akan
perubahan sosial, politik dan ekonomi dalam warga kita yang di
tata oleh dukun. Serta diharapkan warga kita baik akademik dan
non akademik dapat menelaah ulang cara pandang mereka terhadap
dukun.
E. Penegasan Istilah
Dalam upaya untuk meminimalisir kekeliruan sekaligus
memperoleh pemahaman yang jelas terhadap kajian dalam skripsi ini,
penegasan istilah sangat diperlukan untuk membatasi ruang lingkup yang
berkaitan dengan judul skripsi ini. Terutama yang berkaitan dengan istilah,
warga dalam struktur sosial, politik dan ekonomi serta dukun. Istilah-
istilah ini akan sering diulang dan dipergunakan dalam pembahasan
skripsi ini.
1. warga dalam struktur warga sosial, politik dan
ekonomi
Sekelompok orang yang membentuk suatu sistem dengan
menjaga interaksi terus berlanjut antara individu dengan
individu yang menjadi bagian dari warga ini.
Berasal dari akar kata arab musyaraka yang berarti saling bergul
dan dalam bahasa inggris yaitu society yang bermakna kumpulan
orang yang membuat sistem baru untuk saling terjaganya
komunikasi.
Struktur yang hadir dalam sebuah warga adalah sosial,
politik dan ekonomi. Mempunyai keterkaitan yang pas antara
satu dengan yang lain. Manusia dalam struktur sosialnya sebagai
individu yang akan terus menjalin komunikasi dengan yang lain,
manusia akan selalu ingin berada dalam posisi yang
menguntungkan, kebutuhan yang semakin meningkat karena
statusnya, menuntut adanya penguat dalam hal ekonomi.
tujuannya hanya ingin menjaga eksistensi dirinya tetap ada. Lalu
keterkitan sosial dan dan ekonomi membawa manusia sebagai
makhluk sosial berhubungan dengan politik, baik praksis
maupun personalnya. Secara personal, politik berguna
mewujudkan usahanya untuk dapat terealisasi, baik berupa
keinginan yang berimplikasi kepada dirinya sendiri maupun
warga umum. Berbeda jika politik mengarah pada struktur
kepemerintahan, ini digunakan untuk pembagian wilayah
kekuasaan guna proses membuat sebuah kebijakan.
2. Dukun
Dalam makna yang lebih dalam KBBI, sebagai penolong
atau pemberi obat. Menurut Heru S. P. Saputra, Dukun
merupakan Orang yang memiliki ngelmu ghaib yang diperoleh
dengan cara laku mistik dan memanfaatkannya untuk membantu
atau menolong orang yang membutuhkannya.26 Sedang Geertz
yang memandang dukun dari sebuah fenomena keagamaan
(Abangan, Santri dan Priyayi), sebagian besar ada di kalangan
abangan dan dukun santri serta priyayi menjadi variasi
sekunder.
Kyai yang menempati posisi varian sekunder dalam
identifikasi dukun yang dalam fenomenanya kyai adalah seorang
yang berada pada wilayah keagamaan santri. Akhirnya nama
dukun menjadi faktor general dalam ketiga varian keagamaan
ini sampai saat ini. Hal ini yang harus diluruskan dalam
pola pikir warga.
Menurutnya
dari fenomena yang ada diwarga Mojokuto, dukun terbagi menjadi berbagai jenis, seperti:
Dukun Bayi, Dukun Pijet, Dukun Prewangan, Dukun Calak (orang yang memiliki ilmu untuk
mengkhitan), Dukun Wiwit, Dukun Temanten, Dukun Petungan, Dukun Sihir, Dukun Susuk, Dukun
Jampi, Dukun Siwer dan Dukun Tiban. Namun dalam praktiknya hanya dukun bayi yang tidak bisa
dirangkap oleh satu orang, biasanya satu dukun bisa menjadi dukun sihir, susuk, wiwit, jampi dan
yang lainnya, sedang dukun bayi hanya bisa dilakukan oleh perempuan selain sebagai penolong
ketika melahirkan, sosok perempuan memiliki jiwa yang tlaten dalam mengurus bayi dari pada
seorang lakilaki.
F. Prior Research
Ada beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pijakan dasar
penelitian ini untuk selanjutnya dikembangkan kearah yang lebih spesifik
yaitu representasi dukun dalam struktur sosial politik dan ekonomi.
Penelitian yang pertama yaitu penelitian yang menghasilkan karya
The Religion of Java oleh Clifford Geertz (copyright 1960 by The Free
Press of Glencoe, London ). Ia melihat warga Jawa yakni tepatnya di
Mojokuto Kediri sebagai suatu sistem sosial dengan kebudayaannya yang
akulturatif dan agamanya yang menurutnya sinkretik, yaitu terdiri atas sub-
kebudayaan Jawa yang masing-masing memiliki struktur sosial yang
berlainan. Dalam karyanya ini dia memaparkan tiga struktur sosial yaitu
abangan (struktur sosial yang berpusat di pedesaan dan menekankan aspek
spiritualnya), kemudian santri (struktur sosial yang berpusat di tempat
perdagangan atau pasar, yang menekankan aspek-aspek Islam), dan
selanjutnya priyayi (struktur sosial yang berpusat di kantor pemerintahan
atau di kota, yang berbasis pada aristokrat hindu jawa). Perwujudan ekspresi
keagamaan dari ketiga struktur sosial ini adalah ritual-riual yang
berkaitan dengan usaha-usaha untuk menghindarkan berbagai gangguan
makhluk halus yang dianggap jahat yang menyebabkan ketidakaturan dan
kesengsaraan warga. Ritual-ritual yang di maksud khususnya adalah
slametan.
Penelitian berikutnya adalah karya Andrew Beaty dengan judul
Variasi Agama di Jawa Suatu Pendekatan Antropologi yang diterbitkan
tahun 2001 dengan judul asli Varieties Of Javanense Religion. Dalam karya
ini yang menjadi titik perhatian adalah konsep kegiatan selametan. Dalam
penemuan penelitian di daerah Banyuwangi (di daerah Cungking), Beaty
memaparkan bahwa selametan adalah peristiwa komunal, akan tetapi tidak
mendefinisikan komunitas secara tegas. Di dalam ritual selametan
berlangsung melalui ungkapan verbal yang panjang di mana semua orang
setuju denganya. Akan tetapi peserta selametan secara perseorangan belum
tentu sepakat akan maknanya. Selametan merupakan media untuk
menyatukan semua orang dalam perspektif bersama, seperti halnya
manusia, Tuhan, dan dunia. Beaty menemukan suatu kompromi dan sintesa
sementara dalam ritual selametan yakni kesepakatan sementara di antara
orang-orang yang berbeda orientasinya.
Sedang penelitian yang terakhir adalah hasil penelitian dari Mahony
Inez berjudul The Role of Dukun in Contemporary East Java: a case study
of Banyuwangi yang dilakukan di desa Gintangan Kecamatan Blimbingsari
Kabupaten Bayuwangi. Dalam penelitian ini, Mahony Menujukkan
keseriusannya dalam upaya untuk melihat peran dukun yang ada di masa
lampau dan masa modern ini serta melihat seberapa besar pengaruh yang
diberikan oleh dukun terhadap warga.
G. Metode
1. Pendekatan dan Rancangan Penulisan
Metode penelitian yang tepat dan tajam berguna agar penelitian ini
dapat memunculkan pandangan asli dari seorang dukun. Penelitian ini
akan lebih banyak terpusat ke lapangan sehinga secara langsung peneliti
dapat merasakan apa yang dirasakan oleh dukun dengan segala aspek
kehidupannya. Bagaimana seorang dukun ketika menerima seorang
tamu bahkan bagaimana seorang dukun sedang dalam proses
memberikan pertolongan ke orang yang membutuhkan.. Penelitian ini
masuk dalam jenis penelitian deskriptif yaitu berusaha mendeskripsikan
seluruh aspek dalam diri seorang dukun. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui bagimana cara pandang seorang dukun dalam sebuah
warga dan mengetahui keluh kesah dukun dari kacamata
masyaraka umum, sebab anggapan dukun yang sudah menjadi barang
lazim bahwa dukun merupakan orang yang menggunakan kemampuan
spiritualnya untuk hal-hal yang tercela.
Deskriptif merupakan teknik penulisan yang memaparan
peristiwa atau situasi. Penelitian deskriptif ditunjukkan untuk:
1. Mengumpulkan informasi secara rinci yang menggambarkan
gejala yang ada.
2. Mengidentifikasi masalah dan praktik-praktik yang dilakukan
berkenaan dengan proses pengobatan maupun memberi
bantuan.
3. Mengetahui cara pandang warga tentang dukun dengan
segala kemampuan seorang dukun, muali dari sisi yang positif
maupun negatif.
Karena penelitian ini menggunakan metode kualitatif, maka
masih akan ada kemungkinan terjadinya perubahan dalam teori yang
digunakan oleh peneliti karena sifatnya yang masih sementara sebab
data yang didapat oleh peneliti masih memiliki kemungkinan yang jauh
berbeda dari asumsi awal peneliti pada hipotesisnya.28
Penelitian kualitatif menghindari penggunaan angka dalam
perhitungan yang sudah terukur sebelumnya.kepadatan data adalah apa
yang dicari untuk menemukan nilai-nilai baru yang belum terekspos
sebab seluruh frame penelitian ini menggunakan cara pandang dukun
sehingga secara tuntas mengangkat maksud dan tujuan mereka untuk
dipahami oleh kalangan umum.
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif
adalah penelitian dengan prosedur tertentu yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati, sehingga hasil yang diperoleh mengenai
subyek penelitian bersifat holistik (utuh). Maka dari itu, penelitian
kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-
orang dan situasi penelitian yang ada, agar penelitian memperoleh
pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.
Penelitian menggunakan metode kualitatif, didasari atas beberapa
alasan. Pertama, yang dikaji adalah makna dari suatu tindakan atau apa
yang berada dibalik tindakan seseorang. Kedua, di dalam menghadapi
lingkungan sosial, individu memiliki strategi bertindak yang tepat bagi
dirinya sendiri, sehingga memerlukan pengkajian yang mendalam.
Dalam penelitian kualitatif memberikan peluang bagi pengkajian
mendalam terhadap suatu fenomena. Ketiga, penelitian tentang
keyakinan, kesadaran dan tindakan individu di dalam warga
sangat memungkinan untuk menggunakan penelitian kualitatif karena
yang dikaji ialah fenomena yang tidak bersifat eksternal dan berada
didalam diri masing-masing individu. Keempat, penelitian kualitatif
memberikan peluang untuk meneliti fenomena secara holistik.
Fenomena yang dikaji merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan
karena tindakan yang terjadi di kalangan warga bukanlah tindakan
yang diakibatkan oleh satu dua faktor akan tetapi melibatkan banyak
faktor yang saling terikat. Kelima, penelitian kualitatif memberikan
peluang untuk memahami fenomena menurut emicview atau pandangan
aktor setempat.
Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi,
Etnografi merupakan karangan antropolgi terpenting yang mengandung
bahan pokok dari analisis antropologi.30 Istilah etnografi berasal dari
kata ethno (bangsa) dan graphy (menguraikan). Pada dasarnya,
Antropologi tergolong dalam disiplin ilmu yang menerapkan kerangaka
evolusi warga dan budaya yang disusun oleh para ahli. seorang
Antropolog harus terjun langsung guna melihat dan merasakan sendiri
apa yang menjadi subyek kajiannya. Dan ini identik dinamakan
etnografi. Dengan demikian etnografi berarti studi yang mempelajari
tentang kehidupan manusia dalam suatu kebudayaan tertentu secara
natural. Sehingga etnografi bertujuan untuk menjelaskan suatu budaya
tertentu yang menjadi subyek penelitian.
Metode etnografi ini mengajak para peneliti untuk hadir dan ada
dalam aktivitas warga yang dikaji,31 ciri khas dari metode
penelitian lapangan etnografi ini adalah menerapkan metode kualitatif
dalam rangka mendapatakan native’s point of view (memunculkan
pandangan suatu kebudayaan dari penduduk aslinya sendiri) Yang
bertujuan untuk mendapatkan data yang alami.
Menurut Frey et al., etnografi digunakan untuk meneliti perilaku
manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Etnografer berusaha
menangkap sebanyak mungkin, dan berdasarkan perspektif orang yang
diteliti, cara orang menggunakan simbol dalam konteks spesifik.
Etnografi sering dikaitkan dengan “hidup secara intim dan untuk waktu
yang lama dengan suatu komunitas pribumi yang diteliti yang
bahasanya dikuasai peneliti”. Beberapa antropolog terkenal dengan
etnografi adalah Bronislaw Malinowski, A. R. Radcliffe-Brown, Franz
Boas, dan Clifford Geertz. Akhirnya sang etnografer akan
memanfaatkan metode apa pun yang dapat membantu untuk mencapai
tujuan etnografi yang baik.
2. Lokasi penelitian
Penelitian berkenaan dengan dukun berlokasi di berbagai tempat di
kabupaten Tulungagung yaitu Desa Kedungwilut, Desa Sambi, Desa
Gamping yang masuk dalam kecamtan Bandung dan kecamatan
Campurdarat. Dari ketiga tempat sebenarnya menurut sejarah babat
tulungagung daerah ini sebagai wilayah ngrowo.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh peneliti diperoleh dari beberapa
narasumber yang merupakam sesepuh dari sebuah warga di
daerahnya. Mereka antara lain mbah Samiran Dari desa Gamping, bapak
Kyai Cholik dari desa Sambitan dan bapak Kyai Sakrim dari Desa
Kedungwilut.
Narasumber ini merupakan tokoh kyai dan dukun yang sering
di mintai bantuan oleh banyak orang. Salah satu dukun bernama mbah
samiran merupakan dukun yang fasih dalam ilmu penanggalan, Geertz
menyebutnya dukun pétungan, atau dongke istilah dalam warga
jawa. Ia juga sering melakukan perjalan jauh karena diminta untuk
sekedar memberikan restunya untuk berbagai hal, mulai dari
penempatan bangunan rumah baru, acara memberikan tanggal yang baik
untuk suatu acara baik pernikahan ataupun yang lain. Selain itu pula
mbah samiran kadang diwilayahnya sendiri juga memberikan arahan
kepada orang-orang yang membutuhkan bantuannya bukan hanya hal-
hal besar namun hal kecil seperti memberikan pengobatan kepada yang
sakit.
Dari informan ini, peneliti juga ikut langsung dalam proses-
proses dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Sehingga ada waktu
khusus dimana peneliti juga sempat berbincang dengan mereka yang
menjadi pasiennya. Karena salah satu narasumber merupakan ayah dari
peneliti, sehingga dapat mengenal lebih jauh dan paham betul apa yang
menjadi kegundahannya. Proses pengamatan tidak serta merta dapat
langsung terjalin dengan baik, karena memang dalam struktur keluarga,
antara anak laki-laki dan ayahnya selalu memiliki jarak yang terlihat
jelas antara keduanya, sehinga harus ada proses penyelarasan ulang agar
semua berjalan lebih baik. Selain itu diwaktu senggang peneliti juga
mendapatkan pelajaran langsung dari sang ayah ketika harus
menyelesaikan suatu masalah dan apa yang harus dilakukan. Pemberian
bacaan-bacaan khusus untuk hal-hal tertentu kadang diberikan secara
tidak sengaja oleh narasumber.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses untuk memperoleh data
baik primer maupun sekunder dalam keperluan penelitian.
Pengumpulan data dalam penelitian sangatlah penting, karena data yang
dikumpulkan ini digunakan untuk menguji hipotesa yang telah
dirumuskan sedari awal pembuatan desain penelitian. Teknik yang
dipilih dalam penelitian ini meliputi metode observasi partisipan,
wawancara, catatan lapangan dan analisis dokumen. Adapun teknik-
teknik ini dijabarkan sebagai berikut :
a. Observasi Partisipan
Alasan secara metodologis bagi penggunaan
pengamatan ialah pengamatan mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak
sadar, kebiasaan.dan sebagainya.35 Metode ini dilakukan oleh
peneliti ketika berada di lapangan. Berdasar pada kepekaan
terhadap pengamatan ini, peneliti dapat mengamati jenis
peristiwa yang dilakukan subyek penelitian, kehidupan
subyek, kegiatan-kegiatan subyek, cara berfikir subyek,
perilaku-perilaku tertentu subyek, dan lain-lain.
Peneliti melakukan secara langsung untuk
mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan dengan
mengamati obyek penelitian. Yaitu suatu kegiatan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena yang ada, diteliti atau diselidiki, dengan
menggunakan alat indra secara langsung. Pada observasi
tidak hanya sekedar mencatat tetapi juga mengadakan suatu
penilaian kedalam suatu skala bertingkat. Observasi adalah
metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung.
b. Wawancara Mendalam (Deep Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu. Pedoman wawancara disini digunakan untuk
mengingatkan pewawancara mengenai tentang apa saja yang
harus dibahas. Dengan pedoman, pewawancara harus
memikirkan bagaimana pertanyaan ini akan dijabarkan
secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan
pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara
berlangsung. Metode wawancara mencakup cara yang
digunakan seseorang ketika mencoba mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang
responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan
orang ini.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang
akurat dari informan, tanpa membuat jarak antara si
pewawancara dan orang yang diwawancarai. Dengan maksud
seolah-olah peneliti tidak melakukan wawancara, tetapi justru
terlihat seperti obrolan biasa dan santai dengan subyek
penelitian. Sehingga ketika melakukan penelitian sudah tidak
ada ketertutupan yang berguna untuk mendapatkan data dari
kedalaman seorang informan.
c. Dokumentasi
Tidak kalah penting dari teknik-teknik pengumpulan
atau penggalian data lain, adalah metode dokumentasi, yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.38 Dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita,
biografi, peraturan atau kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni, patung,
film, dan sebagainya. Studi dokumen ini merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian ini,
5. Menguji Keabsahan Data
Dalam penelitian, setiap hal data harus dicek keabsahannya agar
hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan
dapat dibuktikan keabsahannya. Untuk pengecekan keabsahan data ini
teknik yang dipakai oleh peneliti adalah trianggulasi. Trianggulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu40. Cara pemeriksaan yang dilakukan
penelii sebagaimana berikut.
a. Trianggulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data
hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil
wawancara dengan dokumentasi dan data hasil pengamatan
dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan
dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.
b. Trianggulasi metode, yaitu dengan cara mencari data lain
tentang sebuah fenomena yang diperoleh dengan
menggunakan metode yang berbeda yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi. Kemudian hasil yang diperoleh
dengan menggunakan metode ini dibandingkan dan
disimpulkan sehingga memperoleh data yang bisa dipercaya.
c. Trianggulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan
kebenaran suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh
oleh peneliti, baik dilihat dari dimensi waktu maupun sumber
yang lain.