Tampilkan postingan dengan label musik klasik 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label musik klasik 5. Tampilkan semua postingan

musik klasik 5




 ng bergerak 

sedemikian rupa untuk menandai berakhirnya suatu frase atau seksi. 

Kata cadence berasal dari kata latin cadere yang berarti “to fall” yang 

dalam musik berkaitan dengan  perasaan istirahat atau dalam bahasa 

latin caesura  yang implisit dengan bunyi nada rendah mengikuti nada 

tinggi yang hadir sebelumnya.  

 

Kadens memiliki dua fungsi yaitu menandai berakhirnya  suatu 

frase atau seksi dan memulai sesuatu yang lain. Jika memulai sesuatu 

maka kadens yang datang sebelumnya kurang empatis dan berperan 

sebagai jembatan atau figur perpindahan. 

 

Kelompok kadens 

 

Dalam musik tonal aktualitas kadens didasarkan atas asumsi 

bahwa kelompok kadens berisi dari sebuah formula yang secara esensial 

melibatkan antara dua atau tiga akor. Sehubungan dengan itu kadens 

dapat  dikelompokkan ke dalam 4 jenis yaitu: Autentik, plagal, deseptif, 

dan setengah.  

 

Kadens autentik 

 

Kadens autentik memiliki karakteristik yang tegas yang tidak 

hanya berfungsi untuk mengakhiri satu kalimat, bagian atau seksi, tapi 

juga mengakhiri keseluruhan komposisi. Dengan demikian kadens 

autentik memakai  susunan akor: V-I. Akor V dalam hal ini mewakili  

setiap formasi dominant (misalnya V7, vii7, dll.). 

 

Kadens autentik memiliki dua kategori. Kategori pertama disebut 

kadens autentik sempurna yaitu jika akar trinada tampil dikedua suara 

luar (sopran dan bass) dari akor tonik sebagaimana tampak pada contoh 

berikut ini. 

 

 

Ilustrasi 41: 

Kadens autentik sempurna 

 

Kategori kedua dari kadens autentik ialah kadens autentik tak 

sempurna. Jenis ini terjadi jika terts atau kwint dari tonika hadir pada 

suara luar (sopran dan bass), atau jika terts ada  pada suara bass. 

 

Ilustrasi 42: 

Kadens autentik tak sempurna 

 

. Kadens Plagal 

 

Pada musik yang memakai  sitem modal, yaitu musik Abad 

Pertengahan (misalnya komposisi motet ), pergerakan plagal sering 

dipakai  sebagai kadens final (menutup keseluruhan karya). Contoh 

pergerakan kadens plagal yaitu  sebagai berikut: 

 

Ilustrasi 43: 

Kadens Plagal 

 

 

 Kadens Deseptif 

  

Kadens deseptif ialah pergerakan akor apa saja yang menuju akor 

VI atau dari akor V ke harmoni apa saja yang tidak diduga kehadirannya. 

Dengan demikian jenis kadens ini memiliki kecenderungan menipu; 

pendengar mengharap akor berikutnya sebagai solusi yang tegas namun 

dalam kenyataannya menuju akor-akor lain yang berada diluar dugaan 

pendengar. Berikut ini ialah contoh kadens deseptif:  

 

 

Ilustrasi 44: 

Kadens Tipuan 

 

 

 

. Kadens Setengah 

 

Akor-akor pada kadens setengah biasanya bergerak dari akor apa 

saja menuju akor V. Walaupun demikian dalam musik abad ke-19 dan ke-

20, kadang-kadang kalimat musik berakhir pada akor II, III, atau IV, 

sehingga fenomena seperti ini perlu dipertimbangkan juga sebagai 

kadens setengah. Sebagai catatan tambahan, pergerakan akor dalam 

kunci minor yaitu IV(6)-V atau II (6/5)-V kadang-kadang diklasifikasikan 

sebagai kadens Phygrian. 

 

 

Iluistrasi 45: 

Kadens Setengah 

 

 . Akor kadens pada akhir frase atau kalimat 

 

Akor pada kadens yang berfungsi sebagai  titik istirahat 

sementara di pertengahan frase atau kalimat biasanya yaitu  trinada 

konsonan, atau kadang dominant tujuh. Pada ekstrak karya vocal 

kontrapungtis untuk tiga sopran dan satu alto yang telah ditranskrip untuk 

solo gitar di bawah ini kadens disamarkan dengan satu atau lebih alur 

suara secara tumpang tindih dengan maksud untuk menjaga 

kesinambungan. Pada contoh ini kadens ada  pada soprano pertama 

dengan susunan nada C-B-A-B.  

 

 

 

 

Ilustrasi 46: 

Penyamaran Kadens dalam musik vokal 

 

 

 

Contoh penyamaran serupa tampak lebih jelas pada karya 

renaisans Fantasia untuk lute dari John Dowland yang telah ditranskrip 

untuk solo gitar. Pertama kadens berada pada alur sopran, kemudian 

yang kedua dan ketiga pada alur tenor. 

 

  

Notasi 39 : 

Penyamaran Kadens dalam musik instrumental ( Dowland: Fantasie 7 ) 

 

 

. Akor akhir 

 

Akor akhir suatu komposisi selalu tonika apakah dalam nada 

dasar mayor atau minor. Pada musik abad ke-16, sebuah akor final, 

tanpa mempertimbangkan nada dasar yang dipakai , keseluruhannya 

mayor atau minor, selalu  dalam mayor.  

 

Kelaziman fenomena akor mayor sebagai penutup komposisi 

berkunci minor pada masa di antara abad ke-16 dan ke-18 dikenal 

dengan istilah Tierce de Picardy atau “Picardy Third”. Contoh berikut ini 

dikutip dari Aria con variazioni  untuk gitar yang diadaptasi dari musik 

Organ abad ke-16 dari komponis Italia, Girolamo Frescobaldi: 

 

 

 

 

Notas 40: 

Fenomena akor mayor pada karya berkunci minor (Frescobaldi: Aria con 

Variazioni) 

 Walaupun karya pada notasi di atas aslinya ditulis untuk solo 

Organ namun contoh yang diberikan ialah bukan notasi Organ melainkan 

notasi gitar. Karya ini menjadi terkenal sebagai karya standar girtar klasik 

sesudah  Andres Segovia, gitaris legendaris abad ke-20, membuat 

transkripsi gitar. Keunikan transkripsi ini ialah keberanian Segovia dalam 

mentrasfer sistem modus dorian ke dalam tonal mayor.  



GRAMATIKA MELODI DAN BENTUK-BENTUK DASAR 

Melodi ialah jiwa dari musik. Oleh karena itu dari perspektif musik 

pertunjukan jika pemain salah dalam mengiterpretasikan melodi maka 

permainannya seakan-akan tak berjiwa. Dalam bidang komposisi musik 

tonal yang bertekstur homofonik, peranan melodi sangat penting. Dalam 

musik populer misalnya, superioritas lirik bisa menjadi tak berarti tanpa 

dukungan melodi yang bagus. Secara teknis, melodi yaitu  sederetan 

nada yang tersusun sedemikian rupa sehingga menjadi rangkaian bunyi 

yang enak didengar. Walaupun musik tanpa melodi bisa saja terjadi 

namun secara umum akan terasa adanya kekurangan. Dengan melodi, 

musik akan terasa memiliki kehidupan.  

 

. Gramatika Kalimat Melodi  

 

sesudah  memahami unit-unit sub frase yang terdiri dari figure dan 

motif yang membentuk frase, dan unit pelengkap frase, kadens, 

sebagaimana yang ada  pada bab ketiga, dalam bab ini dibahas 

jenis-jenis frase yang merupakan unit-unit sub struktur yang lebih luas 

yaitu kalimat. Berdasarkan pengetahuan tentang frase untuk selanjutnya 

dalam bab ini juga akan dibahas bentuk-bentuk kalimat dan 

pengembangannya. 

 

  Frase 

 

Frase ialah suatu seksi dalam suatu alur musikal yang sepadan 

dengan “klausa” atau “kalimat” pada prosa. (Randel ) Kata “frase” dalam 

diktat ini diadobsi dari kata bahasa Inggris phrase, sedangkan “kalimat” 

dari kata sentence.  Frase memiliki fungsi dan tingkat kepanjangan yang 

berbeda dari kalimat, yaitu lebih pendek karena merupakan komponen 

pelengkap struktur kalimat. 

 

Guna memperoleh pemahaman tentang frase, Stein (1962:22) 

menawarkan empat asumsi. Yang pertama bahwa frase konvensional 

umumnya yaitu  sebuah unit yang terdiri dari empat birama; yang kedua 

bahwa frase yaitu  unit terpendek yang diakhiri oleh kadens; yang ketiga 

bahwa sebuah frase biasanya memiliki hubugan dengan frase-frase lain; 

dan yang keempat bahwa pada dasarnya frase yaitu  basis struktural 

bentuk-bentuk homofonis yang juga diterapkan pada struktur-struktur 

polifonis tertentu. 

 

 

Unit empat birama 

l

 

Sebagai sebuah unit tunggal yang terdiri dari empat birama, frase 

dapat dijumpai pada musik-musik tradisional Barat seperti himne 

Ambrosian, lagu-lagu Trubadour/Minnesinger, berbagai tipe tarian Eropa, 

dan sebagian karya-karya yang ditulis sejak tahun 1600. Umumnya frase 

merupakan unit tunggal yang tak terbagi lagi, seperti yang ada  pada 

Simfoni No. 5  karya Beethoven: 

 

 

Ilustrasi 47: 

Frase tunggal berbirama empat. 

 

 

 

Walaupun demikian tidak jarang pula ada  frase yang terdiri 

dari dua semi-frase dan masing-masing tersusun dari figur-figur:    

 

Ilustrasi 48: 

Contoh frase lengkap 

 

 

 

Unit terpendek yang berakhir dengan kadens 

 

Sebuah frase secara simetris tersusun dari dua semi frase yang 

dibatasi oleh kadens secara samar atau bukan merupakan kadens yang 

sebenarnya sebagaimana yang hadir pada akhir frase. 

 

 

 

Ilustrasi 49 

Kadens setengah di akhir frase 

 

 

 

Hubungan antar frase 

 

 

Hubungan  suatu frase dengan frase lain dapat terjadi dalam dua 

hal. Yang pertama ialah sebagai bagian dari pola struktural yang lebih 

besar dan yang kedua iala sebagai unit pendukung yang berdiri sendiri. 

Sebagai komponen dari pola yang lebih besar hubungan antara sebuah 

frase dengan frase lain dapat berupa sebuah kalimat standar dengan dua 

frase, sebuah kelompok berfrase tiga atau empat, dan sebuah periode 

ganda berfrase empat. 

 

Ekstrak yang dikutip dari bagian pertama Sonata in A major karya 

Mozart berikut ini merupakan contoh dua buah frase yang membentuk 

sebuah kalimat standar atau period: 

 

 

Ilustrasi 50 

Hubungan sebuah frase dalam kesatuan periode 

 

 

Sebagai unit yang berdiri sendiri sebuah frase berfungsi sebagai 

unit pendukung yang berdiri sendiri dan memiliki kelengkapan yang tidak 

berhubungan dengan frase-frase sebelum maupun sesudahnya, sebagai 

bagian dari kalimat atau kelompk frase. Fenomena seperti ini bisa terjadi 

dalam beberapa pemakaian  seperti introduksi yang berdiri sendiri, 

postlude, koda atau kodeta, bagian dari bentuk lagu atau tema yang 

berdiri sendiri, interlude, transisi atau retransisi. 

 

Perlu dicatat bahwa pengulangan frase pada dasarnya masih 

merupakan unit tunggal dan bukannya menjadi kalimat berfrase dua. 

Pengulangan dapat terjadi  dalam beberapa hal yaitu: 

x Secara identik 

x Dengan hiasan 

x Dengan perubahan harmoni 

x Dengan perubahan pola iringan 

x Dengan perubahan register 

x Dengan perubahan warna 

 

 

 

Frase sebagai basis struktural bentuk-bentuk homofoni 


  

Komposisi-komposisi homofoni yang memiliki melodi yang 

menonjol pada suara teratas umumnya terbagi ke dalam beberapa frase. 

Pada beberapa bentuk polifonik, khususnya pada suite-suite tarian barok 

tersusun dari frase-frase. Gerakan-gerakan seperti gavotte, bourree, dan 

minuet yang cenderung memiliki melodi yang menonjol pada alour suara 

teratas, jelas tersusun dari frase-frase. Sebagai contoh ialah Allemande  

dari French Suite in e minor  karya Bach yang terdiri dari 28 birama 

tersusun dari 7 buah frase berbirama empat. 

 

Frase ireguler  

  

Sebuah frase disebut ireguler jika ia memiliki lebih atau kurang dari 

empat birama. Keadaan ireguler sebuah frase dapat dimungkinkan oleh 

dua hal yaitu: (1) memang aslinya ireguler, (2) ireguler sebagai akibat dari 

proses komposisi yang umumnya melalui jalan perluasan dan kadang-

kadang juga kontraksi. 

 

Keadaan ireguler asli 

 

Frase ireguler bisa terjadi di antara dua dan delapan birama. 

Biasanya fenomena ini ada  pada karya-karya baru atau musik abad 

ke-20 (Modern).  Pada sebuah birama bermetrik 11/4 Sonata Op. 1  dari 

Harris tersirat tiga buah figure dengan perubahan tiga metric yaitu 4/4, 

3/4, dan 4/4. 

 

 

Ilustrasi 51: 

Frase yang terdiri dari satu birama 

 

Contoh lain dari jenis frase ireguler ialah ekstrak Minueto dari 

Simfoni No. 40 karya Mozart yang terdiri dari tiga birama: 

 

 

 

Ilustrasi 52: 

Frase berbirama tiga 

 

 Ireguler karena sebab perluasan 

 

 

Perluasan frase  dapat terjadi di tiga tempat yaitu di awal, di 

tengah dan di akhir suatu frase. 

 

 Perluasan di awal 

 

Perluasan di awal terjadi sebelum sebuah frase yang sebenarnya 

dimulai tetapi tidak berdiri sendiri melainkan merupakan bagian dari frase 

itu sendiri. Bagian perluasan ini terjadi dalam dua kemungkinan. Yang 

pertama merupakan antisipasi melodi dengan mengambil figur pertama 

dari frase atau perpanjangan nada pertama saja awal dan permainan 

pola iringan dengan tujuan untuk mengantisipasi melodi. Yang kedua 

permainan pola iringan sebanyak satu atau dua birama sebelum frase 

melodi mulai. Hal ini identik dengan introduksi sederhana.  

 

 Perluasan di dalam frase 

 

Perluasan dalam frase terjadi sebelum kehadiran kadens dengan 

berbagai kemungkinan pengolahan seperti repetisi atau sekuen sebuah 

birama atau sebuah figure, baik secara eksak atau dimodifikasi. 

Kemungkinan lain ialah perpanjangan sebuah nada atau akor, dan 

pengembangan ritmis sebuah figure. 

 

. Preluasan di akhir frase 

 

Perluasan di akhir frase umumnya merupakan salah satu dari 

fenomena berikut ini yaitu: pengulangan setengah birama terakhir, 

sekuen setengah birama terakhir, pengulangan motif terakhir, dan 

pengulangan kelompok kadens. Jenis pengulangan kelompok kadens 

yang terjadi pada jenis perluasan ini ialah pengulangan harmoni kadens 

pada dua birama terakhir tanpa mengulang melodi dan pengulangan 

kelompok kadens yang melibatkan dua harmoni. Di samping 

kemungkinan-kemingkinan itu  di atas perluasan di akhir frase bisa 

juga berupa penambahan kadens baru. 

 

Bentuk Kalimat (period)  

 

Kalimat melodi yang terbentuk dari kombinasi beberapa frase 

terdiri dari tiga bentuk yaitu bentuk period standar, period pararel, dan 

period kontras. 

 

 Period standar 

 

Sebuah period atau kalimat standar terdiri dari dua frase, yang 

pertama disebut anteseden dan yang kedua disebut konsekuen. Sifat 

anteseden ialah interogatif dan biasanya diakhiri oleh kadens non-final 

(setengah). Sedangkan konsekuen bersifat responsif dan diakhiri oleh 

kadens autentik: 

 

 

                                              Antiseden                         Konsekuen 

   

                                             Kadens Setengah                       Kadens 

Autentik 

 

 

Ilustrasi 53: 

Struktur dasar bentuk periode 

 

 

Sebagai contoh dari bentuk in ialah pada ekstrak bagian terakhir  

Simfoni No. 1 karya Brahms berikut ini: 

 

 

Ilustrasi 54: 

Bentuk kalimat/ periode 

 

 

Periode pararel 

 

Sebuah period dapat diidentifikasikan sebagai paralel atau 

kontras, tergantung dari hubungan melodis di antra frase anteseden dan 

konsekuen. Disebut paralel jika melodi pada frase kedua mirip dengan 

yang pertama yang kemiripannya biasanya ada  pada permulaan 

frase. Pada periode paralel setidaknya birama pertama dari konsekuen 

mirip dengan birama pertama anteseden. Umumnya keseluruhan dari 

kedua frase mirip hingga kadens namun tidak termasuk kadens, 

sebagaimana tampak pada ekstrak bagian terakhir Simfoni No. 9  karya 

Beethoven berikut ini: 

 

 

 

Ilustrasi 55: 

Periode parallel 

 

Penyerupaan kalimat konsekuen terhadap anteseden pada 

periode pararel dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu dengan identitas 

(kemiripan pada birama pertama), dengan transposisi, dengan hiasan, 

dan dengan kemiripan kontur. Melalui cara yang terakhir, melodi 

konsekuen merupakan sekuen yang dimodifikasi atau repetisi anteseden 

yang dimodifikasi. 

 

Periode kontras 

 

Periode kontras terjadi jika arah melodi pada konsekuen berbeda 

dengan arah  frase anteseden. Jadi walaupun ritme keduanya bisa mirip 

atau sama, namun jika arah melodi pada kedua frase berbeda maka 

disebut periode kontras.  

 

Ilustrasi 56: 

Contoh periode kontras 

 

 

Bentuk-Bentuk Lagu 

 

Pada bab kedua dan ketiga kita telah membahas unit-unit sub 

frase dan sub struktur yang berakhir dengan pembahasan sitem 

perkalimatan dalam musik tonal yang menjadi dasar bagi pengetahuan 

tentang bentuk lagu. Dalam bab ini dibahas bentuk-bentuk dasar lagu 

yang meliputi bentuk-bentuk lagu dua dan tiga bagian.  

 

Istilah bentuk lagu (song form ) dipakai  untuk mengidentifikasi 

baik pola-pola musik instrumental maupun vokal. Asal mula kata bentuk 

lagu diambil dari struktur yang dijumpai pada lagu-lagu pendek atau 

sedang seperti folksong dan himne. Bagian-bagian struktural pokok dari 

bentuk-bentuk ini disebut ‘bagian’ ( parts). Oleh karena itu istilah dua 

bagian (two-part ) atau tiga bagian (three-part ) bukan mengacu pada 

keterlibatan bagian suara (voices) atau instrumen tapi pada bagian-

bagian pokok pada sistem perkalimatan melodi. 

 

Elemen-elemen pendukung  

 

 Bentuk lagu berkisar dari yang paling sederhana yaitu dari bentuk 

satu hingga lima bagian. Di antara bagian-bagian (parts) ada  

132

beberapa kemungkinan elemen-elemen sisipan yang berfungsi sebagai 

pendukung yang memperhalus hubungan di antara bagian-bagian 

itu . Semakin besar suatu komposisi musik maka semakin besar 

pula keterlibatan elemen-elemen pendukungnya demikian pula 

sebaliknya. Komposisi yang sederhana yang hanya terbentuk dari bentuk 

lagu satu bagian umumnya dan tidak memerlukan elemen-elemen 

pendukung.  Di antara elemen-elemen itu  ialah: 

 

. Introduksi 

 

 Introduksi ialah suatu seksi instrumental di bagian permulaan 

suatu komposisi yang biasanya diikuti langsung oleh pernyataan tema 

atau bagian utama (principal part). ada  dua macam Introduksi yaitu 

“introduksi sederhana yang biasanya berisi suatu pola iringan atau akor-

akor pengantar dan yang kedua ialah introduksi yang berdiri sendiri 

(independent introduction). Tiga hal yang membedakannya dari jenis 

yang pertama ialah tentang panjang, karakter dan kadensnya. Pada 

karya pendek, introduksi terdiri dari empat birama sedangkan pada karya 

yang panjang bisa terdiri dari berberapa divisi. Di banding dengan 

introduksi sederhana yang hanya berisi pola ritmik iringan yang statis, 

introduksi ini memiliki melodi yang berdiri sendiri dengan pola ritme yang 

khas yang berbeda dari tubuh utama sebuah komposisi. Introduksi jenis 

ini biasanya diakhiri oleh sebuah kadens. 

 

Transisi 

 

Transisi yaitu  bagian penghubung yang bersifat sebagai 

pengantar di antara satu bagian ke bagian yang lain. Dua fungsi utama 

transisi ialah sebagai pemroses modulasi dan sebagai penghubung. 

Dalam proses modulasi berarti bagian ini membawa kunci dasar kepada 

kunci yang lain sedangkan pada fungsi yang kedua memberikan efek 

hubungan logis di antara perbedaan-perbedaan yang trerdapat pada dua 

bagian/ seksi/ tema. Dalam hal ini transisi diperlukan karena suatu bagian 

tidak bisa diikuti secara langsung oleh bagian yang lain. Kebutuhan ini 

tampak dengan jelas pada bagian rekapitulasi dari bentuk sonata, yaitu 

pada saat bagian transisi menghubungkan dua tema dalam kunci yang 

sama.  

 

Transisi yang singkat bisa terjadi dalam satu birama dan kadang-

kdang bisasa disebut sebagai potongan “jembatan” ( bridge passage ) 

sedangkan pada karya yang lebih panjang bahkan bisa terdiri dari dua 

seksi atau lebih. Jika material yang dipakai  berdiri sendiri biasanya 

disebut episode bertransisi (transitional episode). 

 

Retransisi 

 

 

Retransisi yaitu  bagian penghubung yang mengantarkan suatu 

bagian kepada  tema atau bagian yang sebelumnya pernah hadir. Jika 

memakai  figur-figur dan motif-motif dari bagian yang akan datang 

kembali maka elemen ini disebut sebagai retransisi antisipatif 

(anticipatory transition). 

 

.  Kodeta 

 

 Secara literal kodeta berarti “koda kecil” yang mengikuti sebuah 

bagian, seksi atau tema. Salah satu dari fungsinya ialah untuk 

menkonfirmasi  kadens. Sehubungan dengan itu ada dua macam kodeta. 

Yang pertama ialah “kodeta harmonis” yang memakai  harmoni-

harmoni yang dipakai  pada bagian akhir suatu frase yang 

mengikutinya. Jenis ini seringkali tersusun dari satu unit dua birama. 

Dalam hal ini melodi yang diambil dari frase sebelumnya memiliki 

peranan yang kurang penting. Yang kedua ialah “kodeta melodis” yaitu 

terdiri dari empat birama atau lebih dan dapat berisi figur-figur yang 

dipakai  pada frase sebelumnya atau sama sekali materi baru. Kodeta 

bisa muncul di tengah-tengah atau di akhir suatu komposisi, yaitu pada 

penutupan Koda atau postlude. Pada musik polifonis kodeta biasanya 

merupakan pernyataan tambahan dari subjek sesudah  kadens autentik 

atau kadang-kadang deseptif. 

 

 Interlude 

 

Interlude yaitu  potongan (passage ) yang berdiri sendiri di antara 

sebua tema dengan dan pengulangannya atau di antara dua bagian yang 

secara umum panjangnya berkisar di antara satu hingga delapan birama. 

Materi yang ada  dalam introduksi bisa juga dipakai  kembali pada 

bagian interlude. ada  juga kemungkinan kombinasi fungsi dari 

retransisi dan interlude. 

 

Seksi 

 

Seksi yaitu  suatu porsi komposisi yang memiliki ciri melodi yang 

jelas dan diakhiri oleh kadens yang jelas (definiti). Istilah ini diterapkan 

baik pada bentuk-bentuk homofoni dan polifoni. Pada bentuk polifoni 

misalnya, bagian pengembangan (development ) dari suatu bentuk sonata 

terdiri dari berbagai seksi. Sementara itu pada bentuk-bentuk polifoni 

seksi-seksi juga ada  pada invention dan fugue.  

 

 

 Episode 

 

Pada musik homofoni dan polifoni istilah episode dipakai  

secara berbeda. Suatu bagian yang agak panjang, seringkali diturunkan 

dari materi tematik sebelumnya dan bersifat meninggalkan subjek atau 

tema. Pada fuga dan invention, episode yaitu  suatu potongan yang 

hanya merupakan sebuah fragmen tematik atau yang menggunaan 

materi counter-thematic.  Pada musik homofoni episode yang agak 

panjang tersusun dari seksi-seksi sedangkan dalam polifoni episode 

yaitu  bagian atau seksi yang berdiri sendiri. Istilah episode juga 

kadang-kadang dipakai  untuk mengidentifikasi tema kedua pada 

bentuk rondo. 

 

Disolusi 

 

Disolusi ialah suatu tipe perluasan khusus yang di dalamnya 

ada  satu atau lebih figur-figur dari materi tematik yang langsung 

datang sebelumnya dan diolah secara repetisi, sekuen, dan modulasi. 

Disolusi mengikuti suatu tema atau bagian dan mengantar kepada 

sebuah transisi atau bagian baru. 

 

Koda 

 

Berasal dari bahasa Italia yang berarti ekor. yaitu  suatu 

potongan yang datang sesudah  bagian terakhir dari  tema atau bagian 

yang terakhir. Komposisi yang pendek tidak berisi koda tapi kodeta atau 

langsung bagian terakhir dengan kodeta yang pendek. Koda bisa terdiri 

dasri beberapa seksi, dengan materi yang diambil dari beberapa porsi 

komposisi yang muncul sebelumnya. Materi baru kadang juga dipakai . 

 

 Postlude 

 

Postlude ialah suatu seksi yang berdiri sendiri di akhir suatu karya 

yang dapat juga tampil sebagai bagian akhir dari suatu koda. Postlude 

berbeda dari koda karena materinya yang berbeda. Materi yang berdiri 

sendiri pada polude juga ada  pada introduksi. Dengan demikian 

tujuan  postlude yaitu  menyatukan (framing ) keutuhan komposisi. Kira-

kira sepadan dengan kesimpulan sebagai lawan dari introduksi.  

 

Bentuk lagu dua-bagian  

 

Bentuk lagu dua bagian yaitu  contoh struktur biner paling 

sederhana yang kedua divisi keseimbangannya secara struktural memiliki 

kemiripan dengan unit-unit yang dikombinasikan untuk membentuk pola-

pola yang lebih luas, dan dapat diilustrasikan sebagai berikut: 

 

 

x Figure + motif = motif 

x Motif + motif = semi frase 

x Semifrase + semi frase = frase 

 135

x Frase + frase = periode 

x Period + period = periode ganda 

 

Ilustrasi 57: 

Formula pembentukan periode 

 

 

 

Pada bentuk lagu dua bagian masing-masing bagian memiliki ciri 

sendiri-sendiri yang berbeda. Ada dua kategori bentuk lagu dua bagian: 

(1) sederhana, (2) yg diperluas. 

 

Bentuk lagu dua bagian yg sederhana: 

 

Panjang bagian pertama bisa terjadi dari satu frase hinga periode 

ganda. Kadens penutup bagian pertama dapat terjadi dalam empat 

kemungkinan: 

 

x Autentik, dalam tonik dari dominanya. 

x Autentik, dalam tonik kunci relatifnya 

x Kaden setengah dalam dominannya 

x Kadens autentik dalam tonik kunci aslinya 

 

Panjang bagian kedua juga berkisar dari sebuah frase hingga 

periode ganda. Ciri-cirinya bisa berada dalam kunci yang sama dengan 

bagian pertama atau dalam kunci relatif. Kadens akhirnya yaitu  autentik 

dalam kunci asli. Sering terjadi Bagian I dan II memiliki panjang yang 

sama. Jika tidak, bagian kedua umumnya lebih panjang.


Contoh bentuk ini dapat disimak pada lagu rakyat Irish, 

Londonderry Air  berikut ini: 

 

 


 

Notasi 41:  

Melodi yang tersusun dari bentuk lagu dua bagian 

 

 

 

Bentuk lagu dua bagian yang diperluas 

 

Bentuk lagu dua bagian yang diperluas dapat dibedakan dari tipe 

bentuk sedergana melalui empat hal. Yang pertama ialah ada nya 

potongan-potongan penghubung dan pendukung (auxiliary member)  

seperti introduksi, kodeta, koda atau postlude. Ciri yang kedua ialah 

bahwa panjang Part I tidak pernah kurang dari satu periode sedangkan 

ciri ketiga ialah Part II biasanya lebih panjang dari Part I. Ciri terakhir 

ialah bahwa kedua part dapat diulang. 

 

Bentuk lagu tiga bagian 

 

Kalau bentuk lagu dua bagian memiliki pola A-B, maka pola tiga 

bagian ialah A-B-A. Part ketiga tidak semata-mata pengulangan tapi 

merupakan pernyataan kembali dengan beberapa perubahan. Bentuk ini 

memiliki pola dalam berbagai ukuran yang meliputi: periode tiga bagian, 

bentuk lagu tiga bagian awal, bentuk lagu tiga bagian, bentuk lagu tiga 

bagian yang diperluas, bentuk lima bagian, bentuk lagu dengan trio, 

bentuk-bentuk rondo, sonatine dan sonata. 

 

 Bentuk lagu tiga bagian awal 

 

Bentuk lagu tiga bagian awal terdiri dari 16 birama dan 

merupakan bentuk lagu tiga bagian yang terkecil. Part I terdiri dari dua 

frase, yang membentuk apakah pararel atau kontras, yang terdiri dari 

empat birama. Part dua berisi sebuah frase empat birama. Part III yaitu  

pernyataan kembali salah satu atau lebih dari frase-frase dalam Part I, 

apakah secara eksak atau dengan modifikasi. 

 

Jika Part I adlah periode pararel maka Part III memakai  salah 

satu dari frase antiseden atau konsekuen. Kadens pada akhir Part I dan 

III umumnya ialah kadens autentik sedangkan pada  Part II bisa berupa 

kadens setengah maupun autentik. Pola dasarnya yaitu  sebagai 

berikut: 

 

Part I Part II Part III 

Frase 

Antiseden 

Frase 

Konsekuen 

Frase Dari Frase 1 

atau fraase 2 

 

Ilustrasi 58 

Bahan baku Part III pada bentuk lagu tiga bagian 

 

 

Ada dua kemungkinan pengulangan pada pola ini ini yaitu: 

 

    A    : B  A : 

dan 

:   A  : : B  A : 

 

Ilustrasi 59 

Pengulangan pada bentuk lagu tiga bagian 

 

7.2. 3. 2. Bentuk lagu tiga bagian reguler 

 

Bentuk lagu tiga bagian  ini banyak dijumpai pada karya-karya 

instrumental dan solo vokal yang tergolong  kecil. Introduksi dalam  

kedua jenis yang ada (sederhana maupun independen) pada karya-karya 

itu  umumnya dipakai . Introduksi independen lebih banyak 

dijumpai pada karya-karya solo piano daripada ensambel atau solo 

dengan iringan demikian pula sebaliknya. Walaupun demikian pada 

karya-karya yang besar bentuk lagu ini jarang didahului oleh introduksi. 

 

Panjang Part I secara umum terdiri/ berkisar dari satu period 

hingga hingga satu periode dobel atau kelompok frase dan diakhiri oleh 

kadens autentik. Part II dapat terdiri/ berkisar dari satu frase hingga 

periode ganda atau kelompok frase. Biasanya pada bagian ini ada  

berbagai kemungkinan perluasan. 

Melodi Part II bisa merupakan transposisi dari melodi Part I, yang 

seringkali dalam bentuk-bentuk tarian. Jika tidak, maka diambil dari Part I, 

apakah dari hanya sebuah figurnya atau motif yang ada  pada 

permulaan frase. Atau jika tidak keduanya maka Part II bisa berisi materi 

baru yang bersifat independen. 

 

Sementara Part I biasanya diakhiri oleh kadens autentik, Part II 

biasanya dlam kadens setengah. Dibandingkan dengan di antara Part I 

dan Part II, auxiliary mebers sering ada  di antara Part II dan Part III 

yang diantaranya bisa terdiri dari beberapa atau salah satu dari  kodeta, 

interlude, disolusi, dan retransisi. 

 

Perubahan pengulangan A pada Part III bisa terjadi  melalui salah 

satu cara pengolahan yaitu secara eksak atau dengan sedikit modifikasi, 

perluasan dan penambahan materi-materi baru sehingga menjadi lebih 

panjang dari Part I, benar-benar dimodifikasi tapi masih ciri-ciri Part I 

masih dapat dikenali, atau suatu transposisi dari part I. 


 

PENGEMBANGAN BENTUK-BENTUK DASAR 

 

 

Sebagaimana telah disinggung dalam bab ke-7, bentuk-bentuk dasar 

mneliputi bentuk biner atau dua bagian, dan bentuk ternair atau bentuk 

tiga bagian. Telah dijelaskan pula pengembangan bentuk-bentuk itu  

sedemikian rupa sehingga menjadi lebih rumit. Pada bab ini akan 

dijelaskan formulasi pengembangan bentuk-bentuk dasar itu  pada 

bentuk-bentuk gerakan tunggal yang telah mencapai kemapanan. 

Sehubungan dengan itu pemahaman tentang unit-unit struktur dan 

bentuk-bentuk lagu dasar yang telah dibahas terdahulu yaitu  prasyarat 

untuk memahami bentuk-bentuk musik standar. Bentuk-bentuk musik 

meliputi bentuk-bentuk bagian tunggal, bentuk-bentuk kontrapungtis, 

bentuk-bentuk multi bagian, dan bentuk-bentuk musik vokal. Dalam bab 

ini dibahas sebagian dari bentuk-bentuk bagian tunggal yang meliputi 

song form with trio, rondo, dan variasi. 

 

Song Form with Trio 

 

Sebuah komposisi yang terdiri dari satu pola dasar disebut bentuk 

tunggal atau sederhana sedangkan sebuah karya yang beberapa pola 

dasar, sebagai suatu komposisi terpisah atau sebagai sebuah bagian dari 

karya yang lebih luas disebut bentuk kompleks atau campuran 

(compound form ).  

 

Bentuk-bentuk homofonis standar seperti song form with trio , 

rondo, dan sonata-allegro  yang mengkombinasikan dua atau lebih pola-

pola dasar yaitu  struktur komposit. Di antara bentuk-bentuk itu  

song form with trio  yaitu  satu yang paling khas yang 

mengkombinasikan dua song form , yang pertama disebut bentuk lagu 

pokok dan yang kedua ialah bentuk lagu subordinat dengan kerangka 

sebagai berikut: 

 

Song form I – Song Form II (trio) – Song Form I 

 

Ilustrasi 60 

Pola dasar song form with trio 

 

 

Pola ini ada  pada gerakan-gerakan minuet dan scherzo dari 

karya-karya sonata Klasik, Romantik Awal, dan Simfoni. Sebelum masa 

Klasik, yaitu pada masa Renaisans dan Barok, pada mulanya bentuk ini 

berkembang dari tradisi tarian berpasangan. Dalam tradisi itu  

sebuah tarian lambat dalam irama duple diikuti oleh tarian cepat dalam 

irama triple. Tarian kedua itu  disebut nachtanz, proportz,  atau tripla. 

Jenis-jenis tarian berpasangan ini ialah pavane-galliard  (1500-1600), 

passamezzo-saltarello  (1550-1620) dan allemande-courante  (1600-

1650). Dalam tarian minuet Barok, pasangan itu  secara sederhana 

umumnya memakai  tarian-tarian berurutan, jadi tidak memakai  

hubungan-hubungan tempo dan irama khusus yang lazim pada pasangan 

tarian Renaisans. Dengan demikian maka Da Capo  atau kembali ke 

tarian pertama yaitu  sebuah perkembangan Barok. 

 

Penerapan instrumentasi dua Oboe dan satu Basoon untuk tarian 

kedua dari Minuet pada karya-karya Lully menunjukkan adanya gejala 

Trio. Skoring semacam ini juga dipraktikkan dalam tarian Minuet dari 

Brandenburg Concerto No. 1  karya Bach.  Perlu dicatat bahwa kecuali 

pemakaian  tekstur tiga-bagian yang nyata, Bach tidak pernah 

memakai  istilah Trio untuk bentuk kedua, tapi dengan memberi judul 

Minuet II atau Bouree II, tergantung tarian tertentu. Walaupun 

pemakaian  harmoni three-part  untuk tarian kedua kemudian 

menghilang, nama Trio tetap bertahan sebagai suatu identifikasi bentuk 

lagu sub ordinat dalam minuet-minuet, scherzo, dan march. 

  

Simfoni tiga bagian pra Klasik seringkali diakhiri oleh sebuah 

minuet. Komposer-komposer Stamitz dan Manheim yaitu  pencetus 

perluasan simfoni menjadi empat bagian, yaitu dengan menambahkan 

gerakan penutup yang hidup, Finale, sesudah  Minuet. Pada beberapa 

karya Beethoven, Scherzo menggantikan Minuet. Perbedaan di antara 

keduanya ialah dalam tempo dan sifat. Keduanya dalam jenis birama 

triple tapi Minuet bertempo sedang dengan hitungan tiga ketukan per 

birama sedangkan Scherzo bertempo cepat dengan satu ketukan per 

birama. Sementara itu sifat dan gaya minuet-minuet Haydn memiliki 

kemiripan yang dekat dengan musik tradisi rakyat sedangkan minuet-

minuet Mozart lebih lincah dan sopan. Scherzo-scherzo Beethoven 

yaitu  suatu bagian dinamis yang memiliki ciri-ciri yang memberikan 

kesan nakal, humor, kontras tajam, dan seakan-akan tanpa istirahat. 

 

Walaupun Beethoven yaitu  pencetus gaya Scherzo untuk 

bagian ketiga sebuah sonata, pemakaian  judul ini pertama kali ada  

dalam String Quartet Op. 33, No. 3  hingga 6 . Walaupun demikian 

temponya sedang, dalam tiga ketukan per birama, yang menunjukkan 

sifat-sifat minuet yang sebenarnya. Sebaliknya, bagian ketiga Simfoni No. 

1  karya Beethoven berjudul minuet dan dalam kenyataannya yaitu  

Scherzo. pemakaian  judul Scherzo yang lebih awal lagi juga ada  

dalam Partita A Minor  karya Bach. 


Berikut ini ialah contoh penerapan bentuk song form with trio pada 

genre Scherzo dari bagian ke-3 Sonata in A Major karya Anton Diabelli, 

seorang komponis dan pemain piano yang sekaligus juga sebagai 

seorang komponis dan pemain gitar.  

 

 

Notasi 42  :  

Minuetto dari Sonata in A major untuk gitar karya Anton Diabeli  

 

 

Walaupun tidak diberi judul Scherzo, namun petunjuk ekspresi 

menuntut pemain untuk bermain dengan gaya Scherzo, yaitu dengan 

tempo yang cepat. Julian Bream, gitaris Inggris, memainkan bagian ini 

dengan sangat cepat, yaitu satu birama dihitung dengan satu ketukan, 

sehingga kesan tarian minuetnya hilang. Satu hal yang menarik dari 

minuetto ini ialah memiliki bagian Coda , suatu hal yang tidak 

konvensional. 

 

 

 

Notasi 43: 

Bagian Coda Minuetto dari Sonata in A major karya Anton Diabelli 

 

 

Jika tidak memakai  Coda maka Minuetto karya Diabelli di 

atas memiliki bentuk yang sama dengan minuet dan scerzo pada 

umumnya, yaitu kombinasi tiga buah pola ternari. Kerangka umum song 

form with trio yaitu  sebagaia berikut: 

 

 

Song Form I Song Form II Song Form I 

:   A  : : B  A : :    C  : : D  C:       A B A 

 

Ilustrasi 61 

Pola Song Form with trio pada gerakan Scherzo. 

 

 

 

Introduksi yaitu  perkecualian. Setiap song form  yaitu  

perluasan pola three-part . Untuk karya-karya Barok dan Klasik bagian 

kedua setidaknya yaitu  transposisi dari permulaan bagian pertama. Jadi 

B diambil dari A dan D dari C. 

 

Perbedaan Trio dengan bentuk lagu pokoknya yaitu  perubahan 

karakter yang kontras yang seringkali berkaitan dengan perubahan kunci 

dan gaya. Di samping istilah Trio, judul lain seperti Musette atau 

Alternativo dipakai  sebagai bentuk lagu sub ordinat. Pada suite Barok 

yang gerakan-gerakannya ditulis dalam kunci yang sama, dua tarian yang 

dipasangkan ditulis dalam kunci yang sama. Walau begitu pada Sonata 

No. 4 untuk Fluit dan Klavir  karya Bach, gejala antisipasi terhadap 

pemakaian  kontras kunci yang lazim dalam Klasik telah mulai tampak, 

yaitu Minuet I berada dalam C mayor dan Minuet II dalam A minor. 

Umumnya trio bersifat lebih sunyi atau sedikit lebih lambat dari bentuk 

lagu pertama dan biasanya memiliki tanda birama yang sama kecuali 

dalam Simfoni No. 6  karya Beethoven, yaitu dari  3/4  ke 2/4   dan dalam 

Nocturne  No. 14, Op. 48 No. 2   karya Chopin, dari 4/4 ke 3/4. 

 

Trio diakhiri oleh: (1) Kadens autentik, (2) Kadens setengah, dan 

(3) Retransisi yang mengantar ke bentuk lagu pertama. 

 

Pengulangan kembali bentuk lagu pertama umumnya dilakukan 

secara persis dengan tanda Minuet D.C.  atau D C al Fine  di akhir bagian 

trio, atau kadang berbeda (modifikasi) tanpa pengulangan sedangkan 

pemakaian  Koda yaitu  perkecualian sebagaimana ada  dalam 

Sonata Op. 2 No. 3  karya Beethoven pada birama 106-128, dan Italian 

Symphony  karya Mendelssohn pada birama 203-233. 

 

pemakaian  bentuk lagu dua bagian sangat jarang. Di antara 

yang pemakaian  bentuk ini ialah Gavotte  karya Gossec. Pasangan dua 

minuet dari Rameau berikut ini mungkin dapat dipertimbangkan sebagai 

contoh: 

 


 

Notasi 44 

Minuet I, II karya J. P. Rameau 

 

 

Secara umum pola song form with trio yang memakai  

kombinasi bentuk dua bagian yaitu  sbb:  

 

Song Form I Song Form II Song Form I 

:   A  : :  B  : :    C  : : D :       A B A 

 

Ilustrasi 62 

Penerapan bentuk lagu dua bagian pada song form with trio 

 

Kalau minuet dirancang dalam three-part  maka Trio juga dalam 

three-part  seperti pada Minuet in G  karya Beethoven. Perkecualian 

ada  pada karya Grieg, Aus Holbergs  Zeit.  Bagian pertama dalam 

two-part  dan yang kedua dalam three-part  

 

 

 

Bentuk-bentuk Rondo  

 

Kata rondo berasal dari bahasa Perancis, rondeau, keduanya 

berkaitan dengan bentuk-bentuk yang memiliki suatu tema reguler 

(refrain). Rondeau berasal dari bentuk puisi yang baru diterapkan dalam 

musik sejak abad ke-12. Walaupun dapat dijumpai pada karya-karya 

vokal, Rondo pada dasarnya yaitu  bentuk musik instrumental.  

 

 Rondo sebagai sebuah bentuk harus dibedakan dari rondo 

sebagai suatu tipe-karakter bagian. Yang pertama ialah pola musikal 

yang menampilkan kembali sebuah refren secara berseling dengan tema 

sub ordinat, baik dalam gerakan bertempo sepat maupun lambat. Yang 

kedua yaitu  sebuah bagian berjudul rondo yang diIlustrasikan sebagai 

karya sifat yang umumnya bertempo cepat atau allegro .  

 

Ada tiga macam rondo yg sering dipakai yaitu: tipe pertama 

berpola A-B-A, tipe kedua berpola A-B-A-C-A, dan tipe ketiga berpola A-

B-A-C-A-B-A. Huruf A, B, dan C merepresentasikan tema-tema. Pada 

bentuk homofoni yg lebih luas, seperti rondo, kita tidak mengacu 

pembagian-pembagian utama pada istilah Part I atau II seperti dalam 

dalam pembahasan bentuk-bentuk lagu, tapi pada pembagian di antara 

tema pokok dan tema sub ordinat. Tema dapat berupa bentuk lagu dua 

atau tiga bagian sehingga sebuah tema terdiri dari sejumlah bagian-

bagian yang panjang minimalnya yaitu  satu period.  

 

 

 

  Bentuk rondo pertama 

 

Panjang tema A dapat tersusun dari sebuah period. Perbedaan 

bentuk rondo pertama dengan bentuk lagu tiga bagian yaitu  bahwa 

setidaknya salah satu temanya merupakan sebuah bentuk lagu– 

biasanya tema pokok. Sebuah transisi atau episode dapat terjadi di 

antara dua tema pokok dan sub ordinat, atau kehadiran tema sub ordinat 

segera sesudah  kadens menutup tema pokok. 

 

Tema sub ordinat biasanya disusun dalam kunci relatif. Di 

samping berbeda kunci dan karakternya, tema sub ordinat juga beda dari 

tema pokok. Perbedaan yang  menyolok ada  pada ritme melodi dan 

iringan. Panjang struktur tema sub ordinat berkisar di antara sebuah frase 

hingga sebuah bentuk lagu. Pada beberapa karya, tema sub ordinat 

diikuti oleh kodeta, retransisi, atau dislousi, yang lebih sering dipakai  

dibandingkan dengan sesudah  tema pokok. Kembalinya tema pokok 

sesudah  diselingi dapat terjadi secara eksak dan hampir taka a perubahan 

atau bis juga dengan pembubuhan hiasan baik pada melodi atau iringan 

atau keduanya.  

 

Ada tiga perbedaan yang mendasar di antara bentuk rondo 

pertama dengan bentuk lagu tiga bagian, yang pertama ialah tema 

pertama dari rondo setidaknya merupakan salah satu dari bentuk lagu 

Yang kedua terletak pada perbedaan isi melodi dan ritme di antara tema 

pokok dan tema sub ordinat, yaitu  lebih besar daripada di antara 

bagian-bagian bentuk lagu. Yang ketiga, pola iringan atau tekstur yang 

sama umumnya dipakai  pada keseluruhan bentuk lagu tiga bagian. 

Pada rondo hal itu  tidak ada  dan jika ada maka merupakan 

perkecualian. 

 

Bentuk Rondo kedua 

 

Umumnya panjang setiap tema setidaknya satu period; 

setidaknya satu dari tema-tema yaitu  sebuah song form , kecuali dalam 

Adagio, Sonata Op. 13  (Pathetic) karya Beethoven, walau tidak satupun 

dari lima bagian pokok berupa bentuk sebuah song form , kita 

mengklasifikasikannya sebagai rondo daripada sebagai five-part song 

form  karena individualitas bagian-bagiannya yang dapat dipertimbangkan 

sebagai tema-tema. 

 

A B A C A 

Kunci I Kunci II Kunci I Kunci III Kunci I 

 

Ilustrasi 63: 

Hubungan perubahan kunci pada bentuk rondo kedua 

 

 

Notasi 45: 

Contoh bentuk Rondo yang sederhana dari Musette karya Rameau 

(dikutip dari Rameau 1967, ex. 102) 

 

 

Untuk menghindari kebosanan, kembalinya tema A yang pertama 

kali biasanya disajikan lebih pendek dibandingkan dengan penjajian 

pertama dan yg ketiga.Tema sub ordinat (C) biasanya lebih panjang dari 

tema B. Dalam kaitannya dengan A, perubahan kunci juga lebih jauh dan 

karakternya lebih kontras dari B. 

 

Potongan-potongan sisipan yang biasanya ada  dalam jenis 

rondo ini di antaranya ialah introduksi, kodeta dengan disolusi atau 

transisi sesudah  tema A, disolusi atau retransisi set B atau set C, dan koda 

sesudah  pemunculan A yg terakhir. 

 

 

Bentuk rondo ketiga 

 

Bentuk rondo ketiga merupakan perluasan pola ternary yang 

terbesar. Distribusi hubungan kuncinya yaitu  sbb: 

 

Pernyataan  Pernyataan kembali  

A B A C A B’ A Koda 

Kunci I Kunci 

Kunci 

II 

Kunci 

Kunci 

III 

Kunci 

I Bertansposisi

Kunci I 

 

Ilustrasi 64: 

Susunan perubahan kunci pada bentuk rondo ketiga 

 

 

Sebagaimana halnya rondo pertama dan kedua, panjang setiap 

tema dapat berkisar dari sebuah period hingga song form. Tema 

subordinat kedua (C), biasanya lebih panjang dan hanya muncul sekali 

dibanding A atau B; atau seringkali dalam bentuk lagu dua atau tiga 

bagian. 

 

Kembalinya tema pokok yang terakhir kalinya (sesudah  B’) dapat 

terjadi dalam berbagai kemungkinan keadaan: 

 

x Lebih ringkas dari kehadirannya yang pertama. 

x Hadir sebagaia seksi pertama dari koda 

x Identik atau mendekati pernyataan pertama tema A. 

x Dielaborasi atau diperluas. 

x Hilang sama sekali (langsung koda sesudah  B) 

 

Dalam musik barok rondeau yang refrain atau tema pokoknya 

diselingi oleh couplet, tersusun dari 8 birama refrain yang diselingi oleh 8 

birama couplets, masing-masing merupakan melodi baru dalam berbagai 

kunci. Sebagai contoh ialah gavotte en rondeau  dari Suite No. IV untuk 

Lute yang memiliki susunan putaran tema sebagai berikut: A - B - A - C - 

A - D - A - E - A. 

 

Pada  sonata-sonata dengan tiga hingga empat gerakan (sonata, 

ensemble/ musik kamar, konserto, dan simfoni), pemakaian  bentuk 

rondo ada  dalam gerakan-gerakan sbb: 

 

Jenis rondo pemakaian  dalam gerakan 

Bentuk Rondo pertama Gerakan lambat 

Bentuk rondo kedua Gerakan lambat atau gerakan 

terakhir 

Bentuk rondo ketiga Gerakan terakhir 

 

Ilustrasi 65: 

Tabel pemakaian  bentuk-bentuk rondo pada karya multi gerakan. 

 

 

. Bentuk Variasi  

 

Variasi yaitu  di antara bentuk-bentuk tertua dan merupakan cara 

yang paling mendasar dalam sejarah pengolahan musik. Cara 

Pengolahan musikal seperti ini berasal dari adanya kecenderungan untuk 

memodifikasi pengulangan atau identitas tema utama. Dalam 

perkembangannya di kemudian hari, prosedur pengolahan bentuk variasi 

menjadi lebih mapan sebagaimana yang ada  pada karya-karya 

Finale Simfoni No. 6  karya Beethoven (birama 116-131), dan Variations 

on A Theme by haydn  Op56a karya Brahms (birama 98-107). 

 

. Teknik awal pengolahan variasi  

 

Bentuk variasi yang menampilkan penahanan pola ritmis-melodis 

pada alur suara terbawah, telah mulai dilakukan pada motet sejak abad 

ke-13 dan ke-14, yang menunjukkan gejala awal pengolahan variasi yang 

mengantisipasi bentuk ostinato. 

 

Model bentuk variasi yg berkembang semasa Barok ialah: 

 

Variasi Strophic , yaitu bentuk Aria yang popular pada masa awal 

Barok. Pada bentuk ini kembalinya melodi pokok divariasi oleh 

pemakaian  ornamentasi vokal yang sering dilakukan secara 

improvisasi. 

 

Tarian berbeda yang berpasangan . Yaitu dua tarian yang 

biasanya dalam irama duple dan triple seprti kombinasi di antara tarian 

passamezzo dan saltarello, atau pasangan pavan dan galliard. Kedua 

tarian yang ditampilkan atau dimainkan secara berurutan itu  

memiliki garis melodi yang sama namun ritem melodinya berbeda 

menurut peraturan meter dan pola yang berlaku. Pada masa Barok akhir 

bentuk tarian pasangan yang diterapkan yaitu  double , yang merupakan 

salah satu tarian dari komposisi multi gerakan, Suite. Double mengambil 

melodi dengan hiasan figurasi atau variasi yang diambil dari tarian yang 

mendahuluinya. 

 

Bentuk-bentuk variasi ground bass, dipakai  pada jenis-jenis 

komposisi  passamezzo, basso ostinato, passacaglia, dan Chaconne. 

Pada tipe variasi ini, pengolahan variasi tidak banyak dilakukan atas 

dasar tema melainkan atas dasar bass. 

 

Tipe paraphrase (penyaduran) yang secara progresif merupakan 

pengolahan dengan penghiasan dan figurasi melodi yang lebih kompleks, 

merupakan pengertian pokok variasi. Contoh dari tipe ini ialah Harmonius 

Blacksmith karya Handel. 

 

Prosedur standar bentuk variasi 

 

Sumber Tema 

 

Tema dari variasi bisa  didasarkan atas karya aslinya ( Caprice No. 

24 , Paganini), atau pinjam dari komposer lain (Beeethoven: Variations on 

a Theme by Diabelli ), atau folk song. 

 

Struktur dan sifat tema 

 

Kecuali bentuk ostinato, tema biasanya dari 16 hingga 32 birama. 

Umumny A  two atau three-part songform  yang ditampilkan sesederhana 

mungkin; karena penyajian tema secara kompleks akan menghasilkan 

anti klimaks. 

 

Prosedur variasi 

 

Setiap variasi merupakan kombinasi dari semua permukaan yang 

diambil dari tema dan beberapa tritmen baru. Dalam banyak kasus (etude 

mis) pola ritme atau ide melodi tertentu dipelihara pada setiap variasi.  

 

Beberapa kemungkinan variasi atas dasar Variations on a Theme 

by Haydn  Op. 56a  dari Brahms meliputi: pemakaian  harmoni yang sama 

dengan melodi baru (bir 40-43), melodi yang sama dengan harmoni baru, 

penghiasan melodi, figurasi harmoni, pengunaan figur melodis yang 

diambil dari tema, pemakaian  figure ritmik dari tema, perubahan mode, 

perubahan kunci dan meter, eksploitasi dinamik, pengolahan register, 

imitasi, canon, gerak berlawanan, kontrapung ganda, augmentasi motif 

tema, diminusi, motif tema, perubaharuan warna, pengambilan materi 

dari variasi yg mendahuluinya, memakai  tipe khusus (waltz, minuet, 

march ), pemakaian  pola struktural yg identik dengan tema, 

perpanjangan variasi: pengulangan frase ataui seksi, penyisipan kodeta, 

dan penambahan bagian baru.  

 

Pada musik periode Modern atau abad ke-20 karakteristik bentuk 

variasi berbeda dibandingkan dengan periode-periode Romantik dan 

Klasik. Di antara beberapa perbedaan yang signifikan ialah bahwa 

panjang setiap variasi lebih bebas, harmoni berdiri sendiri (tidak 

mengikuti tema), dan pengambilan variasi tidak secara langsung dari 

tema. Di samping itu ada  suatu kebebasan dalam cara pengolahan 

yang cenderung kepada pengembangan daripada pengolahan varisi. 

Satu hal lagi ialah bahwa pada bentuk variasi di abad ke-20 pengolahan 

warna dan ritmiknya memegang peranan yang lebih besar daripada 

periode-periode sebelumnya. 

 

 

Variasi Mozart “Ah vous dirai-je, Maman” KV 265: 

 

Guna memperoleh pemahaman mengenai bentuk variasi maka 

berikut ini ialah contoh analisis variasi untuk piano dari Mozart yang 

dilakukan oleh Prier (1996, 38-43). Tema karya ini tersusun dari bentuk 

lagu tiga bagian yaitu A B A yang secara keseluruhan jika tanda ulangnya 

diikuti maka menjadi A A B A B A).  

 

Variasi 1:   

 

Variasi ini dapat disebut sebagai variasi melodi. Pada bagian ini 

melodi pokok dikitari oleh nada-nada tetangganya (nada atas dan 

bawahnya) dengan nada-nada seperenambelasan yang empat kali lebih 

cepat sehingga meninbulkan kesan agak ramai. Sementara itu alur 

melodi bas pada tangan kiri memainkan  iringan dalam nilai satu ketukan 

seperti temanya. Dalam hal ini melodi pokok terselubung dalam 

permainan tangan kanan. 

 

Variasi 2:   

 

Variasi ini disebut variasi dengan  melodi tetap dengan hiasan 

pada iringan. Lagu pokok secara utuh dipertahankan pada tangan kanan 

namun disertai dengan suara dua dan tiga (tidak tentu). Sebagai kontras 

untuk variasi 1, kini suara bawah ditonjolkan: nada-nada bas dari tema 

dilingkari dengan nada atas / bawah. Perhatikanlah bahwa harmoni asli 

tidak dipertahankan. 

 

 

Variasi 3:   

Variasi ini terjadi dengan harmoni yang tetap. Melodi kini sama sekali 

kabur: nada c2 – g2 diganti dengan permainan arpeggio  yang melampaui 

154

dua oktaf; irama pun mengalami perubahan dengan adanya nada-nada 

triplet dalam nada-nada seperdelapan. Sementara itu harmoni aslinya 

tetap dipertahankan.  

 

Variasi 4:  

 

Variasi keempat dilakukan dengan mempertahankan melodi 

pokok, namun diberi motif iringan yang berbeda. Sebagai kontras 

terhadap variasi ke-3 tadi, tangan kiri yang kini memainkan pola arpeggio , 

dalam hal ini melodi dipertahankan sambil didampingi oleh nada-nada 

pelengkap. Yang menarik yaitu  bahwa akor-akornya juga mengalami 

perubahan. 

 

 

Notasi 46 

Tema “Ah vous dirai-je, Maman” 

 

 

Notasi 47 

Variasi “Ah vous dirai-je, Maman”  

 

 

 

Variasi 5:   

 

Pada variasi kelima irama irama diolah sedemikian rupa. 

Sementara melodi dan harmoni kini tetap, namun iramanya berubah. 

Pada saat yang sama melodi pada tangan kiri pun mengalami 

perubahan. 

 

 


Variasi 6:   

 

Pada bagian berikutnya variasi dilakukan dengan melodi yang 

tidak berubah, namun iringannya diolah secara berlainan. Keistimewaan 

dari variasi 6 yaitu , bahwa cantus firmus  yang disertai dengan akor-

akor, pindah dari tangan kanan di bagian A, ke tangan kiri di bagian B. 

Saat ini tangan yang tidak memainkan cantus firmus  memainkan iringan 

dengan nada pokok serta nada tetangga (diminusi). Nada-nada 

seperenambelas ini memang diperlukan untuk mencapai crescendo 

sampai tiga kali.  

 

 

Variasi 7:   

 

Pada variasi ketujuh, nada-nada pokok diolah ke dalam 

permaianan tangga nada. Dengan demikian melodi-melodi dasar dikitari 

oleh permaina skala dan beberapa diantaranya diganti dengan nada lain 

secara bebas, Walaupun demikian  di dalam variasi ini ada  variasi 

irama sebagai unsur yang baru.  

 


 

Variasi 8:   

 

Variasi ini mengutamakan pengolahan harmoni dan polifoni. Dari 

satu pihak variasi ini memakai cantus firmus  dalam tangga nada c-minor 

di lain pihak variasi ini menarik, karena suara bawahnya menirukan suara 

atas dalam jarak kuart atas (bagian A) dan dalam jarak oktaf bawah 

sampai ada  tiga suara (bagian B). Sehubugan dengan itu variasiini 

bergaya polifon. Harmoni dalam hal ini mengalami perubahan-perubahan 

yang cukup mendalam (perhatikanlah nada-nada kromatis). 

 

Variasi 9:   

 

B a gian ini merupa k a n variasi cantus firmus polifon ini sebagai 

kontra s terhad a p variasi sebelu mn y a  sebagaimana tampak dalam tangga 

158

n a d a Mayor dan dalam ulangan gaya imitasi sbelumnya yang kini tidak 

memakai   nada jembatan. Perhatikanlah, bahwa bagian dua (B) pun 

memakai imitasi dalam jarak oktaf bawah namun seharusnya berpindah-

pindah.

 

Variasi 10:   

 

Variasi berikutnya mengolah karakter. Meskipun motif awal dari A 

masih cukup terlihat, namun kemudian akhirnya tenggelam dalam iringan 

dan harmoni yang sama sekali baru. Perhatikanlah pula polifoni dalam 

bagian B: suara bas menirukan suara Sopran dalam jarak dua oktaf 

bawah. 

 

Variasi 11:   

 

Variasi kesebelas merupakan kombinasi pengolahan irama dan 

gaya polifon. Yang paling menonjol pada variasi ini yaitu  perubahan 

tempo menjadi Adagio atau lambat, dan juga itama sinkop. Perhatikanlah 

pula tanda-tanda fermata . Melodi pokoknya nyaris tidak bisa dikenal 

kembali walaupun harmoni tetap sama.  

 

Variasi 12:  

 

Variasi terakhir yaitu  variasi bebas. Yang paling menonjol di sini  

yaitu  perubahan hitungan menjadi irama tiga per empat. Nada-nada 

pokok melodi masih dapat dirasakan namun diolah dengan hiasan. 

Karena variasi ini sekaligus berfungsi sebagai penutup atau Finale, maka 

durasinya diperpanjang sebanyak  11 birama sebagai Coda. 

 

 

Secara umum ada  kesan bahwa komposisi ini cukup 

sederhana. Deretan variasi tampaknya disusun sedemikian rupa hingga 

setiap dua variasi seringkali merupakan pasangan yang berkontras: 

  

x tangan kanan – kiri: variasi 1 dan 2, 3 dan 4; 

x minor – mayor: variasi 8 dan 9; 

x lambat – cepat: variasi 11 dan 12. 

Di samping itu ada  suatu peningkatan suara yaitu dari dua 

suara pada tema menjadi tiga suara, bahkan dalam pengolahan teknik 

polifon (variasi 8, 9, 11). 

Notasi 48: 

Beethoven: Sechs Leichte Variationen Uber ein Schweizerlied 

Bentuk variasi yaitu  komposisi yang berdiri sendiri sebagai 

suatu deretan variasi (misalnya pada lagu ‘ Sechs leichte Variationen Ħ ber 

ein Schweizerlied’  / ‘Enam variasi sederhana tentang sebuah lagu Swiss’ 

karangan L.v.Beethoven) atau sebagai sebagian ( ‘Tema con variazione’ ) 

dari sebuah komposisi yang lebih besar seperti Sinfoni, Sonata, konserto, 

yang terdiri dari 3 atau 4 bagian; biasanya bagian ke-2 atau ke-3 berupa 

tema dan variasi – lihat (B). 

 

Deretan variasi yang termasuk ke dalam bentuk variasi ialah 

C horal vorspiel  /, yaitu variasi tentang sebuah koral (lagu rohani) – lihat di 

bawah (C). Permainan melodi bas sebagai tema dengan variasi suara-

suara atas disebut ‘ Ground’, ‘Passacagia’, ‘Ciaconne’, ‘Folia’  – lihat di 

bawah (D). Variasi dapat juga berupa deretan tarian. Dalam hal ini 

disebut Suita bervariasi : dengan lagu yang lebih kurang sama namun 

diolah menurut pola tarian tertentu. 

Variasi bass ground pada musik Barok biasanya ada  

pada karya-karya ensambel yang terdiri dari paling tidak dua 

instrumen melodis dan satu keyboard. Walaupun demikian 

ada  juga karya-karya untuk solo instrumen, misalnya untuk 

harpsichord, seperti C hacone in G karya G.F. Handel. Satu 

contoh lagi ialah C hacone in D minor dari Sonata untuk biola solo 

karya J.S. Bach yang kini banyak ditranskrip dan menjadi terkenal 

sebagai masterpiece gitgar klasik modern. Walaupun penerapan 

variasi ini merupakan suatu hal yang tidak lazim pada masa 

Barok, namun tentu saja merupakan inovasi yang revolusioner 

untuk indtrumrn biola