ng bergerak
sedemikian rupa untuk menandai berakhirnya suatu frase atau seksi.
Kata cadence berasal dari kata latin cadere yang berarti “to fall” yang
dalam musik berkaitan dengan perasaan istirahat atau dalam bahasa
latin caesura yang implisit dengan bunyi nada rendah mengikuti nada
tinggi yang hadir sebelumnya.
Kadens memiliki dua fungsi yaitu menandai berakhirnya suatu
frase atau seksi dan memulai sesuatu yang lain. Jika memulai sesuatu
maka kadens yang datang sebelumnya kurang empatis dan berperan
sebagai jembatan atau figur perpindahan.
Kelompok kadens
Dalam musik tonal aktualitas kadens didasarkan atas asumsi
bahwa kelompok kadens berisi dari sebuah formula yang secara esensial
melibatkan antara dua atau tiga akor. Sehubungan dengan itu kadens
dapat dikelompokkan ke dalam 4 jenis yaitu: Autentik, plagal, deseptif,
dan setengah.
Kadens autentik
Kadens autentik memiliki karakteristik yang tegas yang tidak
hanya berfungsi untuk mengakhiri satu kalimat, bagian atau seksi, tapi
juga mengakhiri keseluruhan komposisi. Dengan demikian kadens
autentik memakai susunan akor: V-I. Akor V dalam hal ini mewakili
setiap formasi dominant (misalnya V7, vii7, dll.).
Kadens autentik memiliki dua kategori. Kategori pertama disebut
kadens autentik sempurna yaitu jika akar trinada tampil dikedua suara
luar (sopran dan bass) dari akor tonik sebagaimana tampak pada contoh
berikut ini.
Ilustrasi 41:
Kadens autentik sempurna
Kategori kedua dari kadens autentik ialah kadens autentik tak
sempurna. Jenis ini terjadi jika terts atau kwint dari tonika hadir pada
suara luar (sopran dan bass), atau jika terts ada pada suara bass.
Ilustrasi 42:
Kadens autentik tak sempurna
. Kadens Plagal
Pada musik yang memakai sitem modal, yaitu musik Abad
Pertengahan (misalnya komposisi motet ), pergerakan plagal sering
dipakai sebagai kadens final (menutup keseluruhan karya). Contoh
pergerakan kadens plagal yaitu sebagai berikut:
Ilustrasi 43:
Kadens Plagal
Kadens Deseptif
Kadens deseptif ialah pergerakan akor apa saja yang menuju akor
VI atau dari akor V ke harmoni apa saja yang tidak diduga kehadirannya.
Dengan demikian jenis kadens ini memiliki kecenderungan menipu;
pendengar mengharap akor berikutnya sebagai solusi yang tegas namun
dalam kenyataannya menuju akor-akor lain yang berada diluar dugaan
pendengar. Berikut ini ialah contoh kadens deseptif:
Ilustrasi 44:
Kadens Tipuan
. Kadens Setengah
Akor-akor pada kadens setengah biasanya bergerak dari akor apa
saja menuju akor V. Walaupun demikian dalam musik abad ke-19 dan ke-
20, kadang-kadang kalimat musik berakhir pada akor II, III, atau IV,
sehingga fenomena seperti ini perlu dipertimbangkan juga sebagai
kadens setengah. Sebagai catatan tambahan, pergerakan akor dalam
kunci minor yaitu IV(6)-V atau II (6/5)-V kadang-kadang diklasifikasikan
sebagai kadens Phygrian.
Iluistrasi 45:
Kadens Setengah
. Akor kadens pada akhir frase atau kalimat
Akor pada kadens yang berfungsi sebagai titik istirahat
sementara di pertengahan frase atau kalimat biasanya yaitu trinada
konsonan, atau kadang dominant tujuh. Pada ekstrak karya vocal
kontrapungtis untuk tiga sopran dan satu alto yang telah ditranskrip untuk
solo gitar di bawah ini kadens disamarkan dengan satu atau lebih alur
suara secara tumpang tindih dengan maksud untuk menjaga
kesinambungan. Pada contoh ini kadens ada pada soprano pertama
dengan susunan nada C-B-A-B.
Ilustrasi 46:
Penyamaran Kadens dalam musik vokal
Contoh penyamaran serupa tampak lebih jelas pada karya
renaisans Fantasia untuk lute dari John Dowland yang telah ditranskrip
untuk solo gitar. Pertama kadens berada pada alur sopran, kemudian
yang kedua dan ketiga pada alur tenor.
Notasi 39 :
Penyamaran Kadens dalam musik instrumental ( Dowland: Fantasie 7 )
. Akor akhir
Akor akhir suatu komposisi selalu tonika apakah dalam nada
dasar mayor atau minor. Pada musik abad ke-16, sebuah akor final,
tanpa mempertimbangkan nada dasar yang dipakai , keseluruhannya
mayor atau minor, selalu dalam mayor.
Kelaziman fenomena akor mayor sebagai penutup komposisi
berkunci minor pada masa di antara abad ke-16 dan ke-18 dikenal
dengan istilah Tierce de Picardy atau “Picardy Third”. Contoh berikut ini
dikutip dari Aria con variazioni untuk gitar yang diadaptasi dari musik
Organ abad ke-16 dari komponis Italia, Girolamo Frescobaldi:
Notas 40:
Fenomena akor mayor pada karya berkunci minor (Frescobaldi: Aria con
Variazioni)
Walaupun karya pada notasi di atas aslinya ditulis untuk solo
Organ namun contoh yang diberikan ialah bukan notasi Organ melainkan
notasi gitar. Karya ini menjadi terkenal sebagai karya standar girtar klasik
sesudah Andres Segovia, gitaris legendaris abad ke-20, membuat
transkripsi gitar. Keunikan transkripsi ini ialah keberanian Segovia dalam
mentrasfer sistem modus dorian ke dalam tonal mayor.
GRAMATIKA MELODI DAN BENTUK-BENTUK DASAR
Melodi ialah jiwa dari musik. Oleh karena itu dari perspektif musik
pertunjukan jika pemain salah dalam mengiterpretasikan melodi maka
permainannya seakan-akan tak berjiwa. Dalam bidang komposisi musik
tonal yang bertekstur homofonik, peranan melodi sangat penting. Dalam
musik populer misalnya, superioritas lirik bisa menjadi tak berarti tanpa
dukungan melodi yang bagus. Secara teknis, melodi yaitu sederetan
nada yang tersusun sedemikian rupa sehingga menjadi rangkaian bunyi
yang enak didengar. Walaupun musik tanpa melodi bisa saja terjadi
namun secara umum akan terasa adanya kekurangan. Dengan melodi,
musik akan terasa memiliki kehidupan.
. Gramatika Kalimat Melodi
sesudah memahami unit-unit sub frase yang terdiri dari figure dan
motif yang membentuk frase, dan unit pelengkap frase, kadens,
sebagaimana yang ada pada bab ketiga, dalam bab ini dibahas
jenis-jenis frase yang merupakan unit-unit sub struktur yang lebih luas
yaitu kalimat. Berdasarkan pengetahuan tentang frase untuk selanjutnya
dalam bab ini juga akan dibahas bentuk-bentuk kalimat dan
pengembangannya.
Frase
Frase ialah suatu seksi dalam suatu alur musikal yang sepadan
dengan “klausa” atau “kalimat” pada prosa. (Randel ) Kata “frase” dalam
diktat ini diadobsi dari kata bahasa Inggris phrase, sedangkan “kalimat”
dari kata sentence. Frase memiliki fungsi dan tingkat kepanjangan yang
berbeda dari kalimat, yaitu lebih pendek karena merupakan komponen
pelengkap struktur kalimat.
Guna memperoleh pemahaman tentang frase, Stein (1962:22)
menawarkan empat asumsi. Yang pertama bahwa frase konvensional
umumnya yaitu sebuah unit yang terdiri dari empat birama; yang kedua
bahwa frase yaitu unit terpendek yang diakhiri oleh kadens; yang ketiga
bahwa sebuah frase biasanya memiliki hubugan dengan frase-frase lain;
dan yang keempat bahwa pada dasarnya frase yaitu basis struktural
bentuk-bentuk homofonis yang juga diterapkan pada struktur-struktur
polifonis tertentu.
Unit empat birama
l
Sebagai sebuah unit tunggal yang terdiri dari empat birama, frase
dapat dijumpai pada musik-musik tradisional Barat seperti himne
Ambrosian, lagu-lagu Trubadour/Minnesinger, berbagai tipe tarian Eropa,
dan sebagian karya-karya yang ditulis sejak tahun 1600. Umumnya frase
merupakan unit tunggal yang tak terbagi lagi, seperti yang ada pada
Simfoni No. 5 karya Beethoven:
Ilustrasi 47:
Frase tunggal berbirama empat.
Walaupun demikian tidak jarang pula ada frase yang terdiri
dari dua semi-frase dan masing-masing tersusun dari figur-figur:
Ilustrasi 48:
Contoh frase lengkap
Unit terpendek yang berakhir dengan kadens
Sebuah frase secara simetris tersusun dari dua semi frase yang
dibatasi oleh kadens secara samar atau bukan merupakan kadens yang
sebenarnya sebagaimana yang hadir pada akhir frase.
Ilustrasi 49
Kadens setengah di akhir frase
Hubungan antar frase
Hubungan suatu frase dengan frase lain dapat terjadi dalam dua
hal. Yang pertama ialah sebagai bagian dari pola struktural yang lebih
besar dan yang kedua iala sebagai unit pendukung yang berdiri sendiri.
Sebagai komponen dari pola yang lebih besar hubungan antara sebuah
frase dengan frase lain dapat berupa sebuah kalimat standar dengan dua
frase, sebuah kelompok berfrase tiga atau empat, dan sebuah periode
ganda berfrase empat.
Ekstrak yang dikutip dari bagian pertama Sonata in A major karya
Mozart berikut ini merupakan contoh dua buah frase yang membentuk
sebuah kalimat standar atau period:
Ilustrasi 50
Hubungan sebuah frase dalam kesatuan periode
Sebagai unit yang berdiri sendiri sebuah frase berfungsi sebagai
unit pendukung yang berdiri sendiri dan memiliki kelengkapan yang tidak
berhubungan dengan frase-frase sebelum maupun sesudahnya, sebagai
bagian dari kalimat atau kelompk frase. Fenomena seperti ini bisa terjadi
dalam beberapa pemakaian seperti introduksi yang berdiri sendiri,
postlude, koda atau kodeta, bagian dari bentuk lagu atau tema yang
berdiri sendiri, interlude, transisi atau retransisi.
Perlu dicatat bahwa pengulangan frase pada dasarnya masih
merupakan unit tunggal dan bukannya menjadi kalimat berfrase dua.
Pengulangan dapat terjadi dalam beberapa hal yaitu:
x Secara identik
x Dengan hiasan
x Dengan perubahan harmoni
x Dengan perubahan pola iringan
x Dengan perubahan register
x Dengan perubahan warna
Frase sebagai basis struktural bentuk-bentuk homofoni
Komposisi-komposisi homofoni yang memiliki melodi yang
menonjol pada suara teratas umumnya terbagi ke dalam beberapa frase.
Pada beberapa bentuk polifonik, khususnya pada suite-suite tarian barok
tersusun dari frase-frase. Gerakan-gerakan seperti gavotte, bourree, dan
minuet yang cenderung memiliki melodi yang menonjol pada alour suara
teratas, jelas tersusun dari frase-frase. Sebagai contoh ialah Allemande
dari French Suite in e minor karya Bach yang terdiri dari 28 birama
tersusun dari 7 buah frase berbirama empat.
Frase ireguler
Sebuah frase disebut ireguler jika ia memiliki lebih atau kurang dari
empat birama. Keadaan ireguler sebuah frase dapat dimungkinkan oleh
dua hal yaitu: (1) memang aslinya ireguler, (2) ireguler sebagai akibat dari
proses komposisi yang umumnya melalui jalan perluasan dan kadang-
kadang juga kontraksi.
Keadaan ireguler asli
Frase ireguler bisa terjadi di antara dua dan delapan birama.
Biasanya fenomena ini ada pada karya-karya baru atau musik abad
ke-20 (Modern). Pada sebuah birama bermetrik 11/4 Sonata Op. 1 dari
Harris tersirat tiga buah figure dengan perubahan tiga metric yaitu 4/4,
3/4, dan 4/4.
Ilustrasi 51:
Frase yang terdiri dari satu birama
Contoh lain dari jenis frase ireguler ialah ekstrak Minueto dari
Simfoni No. 40 karya Mozart yang terdiri dari tiga birama:
Ilustrasi 52:
Frase berbirama tiga
Ireguler karena sebab perluasan
Perluasan frase dapat terjadi di tiga tempat yaitu di awal, di
tengah dan di akhir suatu frase.
Perluasan di awal
Perluasan di awal terjadi sebelum sebuah frase yang sebenarnya
dimulai tetapi tidak berdiri sendiri melainkan merupakan bagian dari frase
itu sendiri. Bagian perluasan ini terjadi dalam dua kemungkinan. Yang
pertama merupakan antisipasi melodi dengan mengambil figur pertama
dari frase atau perpanjangan nada pertama saja awal dan permainan
pola iringan dengan tujuan untuk mengantisipasi melodi. Yang kedua
permainan pola iringan sebanyak satu atau dua birama sebelum frase
melodi mulai. Hal ini identik dengan introduksi sederhana.
Perluasan di dalam frase
Perluasan dalam frase terjadi sebelum kehadiran kadens dengan
berbagai kemungkinan pengolahan seperti repetisi atau sekuen sebuah
birama atau sebuah figure, baik secara eksak atau dimodifikasi.
Kemungkinan lain ialah perpanjangan sebuah nada atau akor, dan
pengembangan ritmis sebuah figure.
. Preluasan di akhir frase
Perluasan di akhir frase umumnya merupakan salah satu dari
fenomena berikut ini yaitu: pengulangan setengah birama terakhir,
sekuen setengah birama terakhir, pengulangan motif terakhir, dan
pengulangan kelompok kadens. Jenis pengulangan kelompok kadens
yang terjadi pada jenis perluasan ini ialah pengulangan harmoni kadens
pada dua birama terakhir tanpa mengulang melodi dan pengulangan
kelompok kadens yang melibatkan dua harmoni. Di samping
kemungkinan-kemingkinan itu di atas perluasan di akhir frase bisa
juga berupa penambahan kadens baru.
Bentuk Kalimat (period)
Kalimat melodi yang terbentuk dari kombinasi beberapa frase
terdiri dari tiga bentuk yaitu bentuk period standar, period pararel, dan
period kontras.
Period standar
Sebuah period atau kalimat standar terdiri dari dua frase, yang
pertama disebut anteseden dan yang kedua disebut konsekuen. Sifat
anteseden ialah interogatif dan biasanya diakhiri oleh kadens non-final
(setengah). Sedangkan konsekuen bersifat responsif dan diakhiri oleh
kadens autentik:
Antiseden Konsekuen
Kadens Setengah Kadens
Autentik
Ilustrasi 53:
Struktur dasar bentuk periode
Sebagai contoh dari bentuk in ialah pada ekstrak bagian terakhir
Simfoni No. 1 karya Brahms berikut ini:
Ilustrasi 54:
Bentuk kalimat/ periode
Periode pararel
Sebuah period dapat diidentifikasikan sebagai paralel atau
kontras, tergantung dari hubungan melodis di antra frase anteseden dan
konsekuen. Disebut paralel jika melodi pada frase kedua mirip dengan
yang pertama yang kemiripannya biasanya ada pada permulaan
frase. Pada periode paralel setidaknya birama pertama dari konsekuen
mirip dengan birama pertama anteseden. Umumnya keseluruhan dari
kedua frase mirip hingga kadens namun tidak termasuk kadens,
sebagaimana tampak pada ekstrak bagian terakhir Simfoni No. 9 karya
Beethoven berikut ini:
Ilustrasi 55:
Periode parallel
Penyerupaan kalimat konsekuen terhadap anteseden pada
periode pararel dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu dengan identitas
(kemiripan pada birama pertama), dengan transposisi, dengan hiasan,
dan dengan kemiripan kontur. Melalui cara yang terakhir, melodi
konsekuen merupakan sekuen yang dimodifikasi atau repetisi anteseden
yang dimodifikasi.
Periode kontras
Periode kontras terjadi jika arah melodi pada konsekuen berbeda
dengan arah frase anteseden. Jadi walaupun ritme keduanya bisa mirip
atau sama, namun jika arah melodi pada kedua frase berbeda maka
disebut periode kontras.
Ilustrasi 56:
Contoh periode kontras
Bentuk-Bentuk Lagu
Pada bab kedua dan ketiga kita telah membahas unit-unit sub
frase dan sub struktur yang berakhir dengan pembahasan sitem
perkalimatan dalam musik tonal yang menjadi dasar bagi pengetahuan
tentang bentuk lagu. Dalam bab ini dibahas bentuk-bentuk dasar lagu
yang meliputi bentuk-bentuk lagu dua dan tiga bagian.
Istilah bentuk lagu (song form ) dipakai untuk mengidentifikasi
baik pola-pola musik instrumental maupun vokal. Asal mula kata bentuk
lagu diambil dari struktur yang dijumpai pada lagu-lagu pendek atau
sedang seperti folksong dan himne. Bagian-bagian struktural pokok dari
bentuk-bentuk ini disebut ‘bagian’ ( parts). Oleh karena itu istilah dua
bagian (two-part ) atau tiga bagian (three-part ) bukan mengacu pada
keterlibatan bagian suara (voices) atau instrumen tapi pada bagian-
bagian pokok pada sistem perkalimatan melodi.
Elemen-elemen pendukung
Bentuk lagu berkisar dari yang paling sederhana yaitu dari bentuk
satu hingga lima bagian. Di antara bagian-bagian (parts) ada
132
beberapa kemungkinan elemen-elemen sisipan yang berfungsi sebagai
pendukung yang memperhalus hubungan di antara bagian-bagian
itu . Semakin besar suatu komposisi musik maka semakin besar
pula keterlibatan elemen-elemen pendukungnya demikian pula
sebaliknya. Komposisi yang sederhana yang hanya terbentuk dari bentuk
lagu satu bagian umumnya dan tidak memerlukan elemen-elemen
pendukung. Di antara elemen-elemen itu ialah:
. Introduksi
Introduksi ialah suatu seksi instrumental di bagian permulaan
suatu komposisi yang biasanya diikuti langsung oleh pernyataan tema
atau bagian utama (principal part). ada dua macam Introduksi yaitu
“introduksi sederhana yang biasanya berisi suatu pola iringan atau akor-
akor pengantar dan yang kedua ialah introduksi yang berdiri sendiri
(independent introduction). Tiga hal yang membedakannya dari jenis
yang pertama ialah tentang panjang, karakter dan kadensnya. Pada
karya pendek, introduksi terdiri dari empat birama sedangkan pada karya
yang panjang bisa terdiri dari berberapa divisi. Di banding dengan
introduksi sederhana yang hanya berisi pola ritmik iringan yang statis,
introduksi ini memiliki melodi yang berdiri sendiri dengan pola ritme yang
khas yang berbeda dari tubuh utama sebuah komposisi. Introduksi jenis
ini biasanya diakhiri oleh sebuah kadens.
Transisi
Transisi yaitu bagian penghubung yang bersifat sebagai
pengantar di antara satu bagian ke bagian yang lain. Dua fungsi utama
transisi ialah sebagai pemroses modulasi dan sebagai penghubung.
Dalam proses modulasi berarti bagian ini membawa kunci dasar kepada
kunci yang lain sedangkan pada fungsi yang kedua memberikan efek
hubungan logis di antara perbedaan-perbedaan yang trerdapat pada dua
bagian/ seksi/ tema. Dalam hal ini transisi diperlukan karena suatu bagian
tidak bisa diikuti secara langsung oleh bagian yang lain. Kebutuhan ini
tampak dengan jelas pada bagian rekapitulasi dari bentuk sonata, yaitu
pada saat bagian transisi menghubungkan dua tema dalam kunci yang
sama.
Transisi yang singkat bisa terjadi dalam satu birama dan kadang-
kdang bisasa disebut sebagai potongan “jembatan” ( bridge passage )
sedangkan pada karya yang lebih panjang bahkan bisa terdiri dari dua
seksi atau lebih. Jika material yang dipakai berdiri sendiri biasanya
disebut episode bertransisi (transitional episode).
Retransisi
Retransisi yaitu bagian penghubung yang mengantarkan suatu
bagian kepada tema atau bagian yang sebelumnya pernah hadir. Jika
memakai figur-figur dan motif-motif dari bagian yang akan datang
kembali maka elemen ini disebut sebagai retransisi antisipatif
(anticipatory transition).
. Kodeta
Secara literal kodeta berarti “koda kecil” yang mengikuti sebuah
bagian, seksi atau tema. Salah satu dari fungsinya ialah untuk
menkonfirmasi kadens. Sehubungan dengan itu ada dua macam kodeta.
Yang pertama ialah “kodeta harmonis” yang memakai harmoni-
harmoni yang dipakai pada bagian akhir suatu frase yang
mengikutinya. Jenis ini seringkali tersusun dari satu unit dua birama.
Dalam hal ini melodi yang diambil dari frase sebelumnya memiliki
peranan yang kurang penting. Yang kedua ialah “kodeta melodis” yaitu
terdiri dari empat birama atau lebih dan dapat berisi figur-figur yang
dipakai pada frase sebelumnya atau sama sekali materi baru. Kodeta
bisa muncul di tengah-tengah atau di akhir suatu komposisi, yaitu pada
penutupan Koda atau postlude. Pada musik polifonis kodeta biasanya
merupakan pernyataan tambahan dari subjek sesudah kadens autentik
atau kadang-kadang deseptif.
Interlude
Interlude yaitu potongan (passage ) yang berdiri sendiri di antara
sebua tema dengan dan pengulangannya atau di antara dua bagian yang
secara umum panjangnya berkisar di antara satu hingga delapan birama.
Materi yang ada dalam introduksi bisa juga dipakai kembali pada
bagian interlude. ada juga kemungkinan kombinasi fungsi dari
retransisi dan interlude.
Seksi
Seksi yaitu suatu porsi komposisi yang memiliki ciri melodi yang
jelas dan diakhiri oleh kadens yang jelas (definiti). Istilah ini diterapkan
baik pada bentuk-bentuk homofoni dan polifoni. Pada bentuk polifoni
misalnya, bagian pengembangan (development ) dari suatu bentuk sonata
terdiri dari berbagai seksi. Sementara itu pada bentuk-bentuk polifoni
seksi-seksi juga ada pada invention dan fugue.
Episode
Pada musik homofoni dan polifoni istilah episode dipakai
secara berbeda. Suatu bagian yang agak panjang, seringkali diturunkan
dari materi tematik sebelumnya dan bersifat meninggalkan subjek atau
tema. Pada fuga dan invention, episode yaitu suatu potongan yang
hanya merupakan sebuah fragmen tematik atau yang menggunaan
materi counter-thematic. Pada musik homofoni episode yang agak
panjang tersusun dari seksi-seksi sedangkan dalam polifoni episode
yaitu bagian atau seksi yang berdiri sendiri. Istilah episode juga
kadang-kadang dipakai untuk mengidentifikasi tema kedua pada
bentuk rondo.
Disolusi
Disolusi ialah suatu tipe perluasan khusus yang di dalamnya
ada satu atau lebih figur-figur dari materi tematik yang langsung
datang sebelumnya dan diolah secara repetisi, sekuen, dan modulasi.
Disolusi mengikuti suatu tema atau bagian dan mengantar kepada
sebuah transisi atau bagian baru.
Koda
Berasal dari bahasa Italia yang berarti ekor. yaitu suatu
potongan yang datang sesudah bagian terakhir dari tema atau bagian
yang terakhir. Komposisi yang pendek tidak berisi koda tapi kodeta atau
langsung bagian terakhir dengan kodeta yang pendek. Koda bisa terdiri
dasri beberapa seksi, dengan materi yang diambil dari beberapa porsi
komposisi yang muncul sebelumnya. Materi baru kadang juga dipakai .
Postlude
Postlude ialah suatu seksi yang berdiri sendiri di akhir suatu karya
yang dapat juga tampil sebagai bagian akhir dari suatu koda. Postlude
berbeda dari koda karena materinya yang berbeda. Materi yang berdiri
sendiri pada polude juga ada pada introduksi. Dengan demikian
tujuan postlude yaitu menyatukan (framing ) keutuhan komposisi. Kira-
kira sepadan dengan kesimpulan sebagai lawan dari introduksi.
Bentuk lagu dua-bagian
Bentuk lagu dua bagian yaitu contoh struktur biner paling
sederhana yang kedua divisi keseimbangannya secara struktural memiliki
kemiripan dengan unit-unit yang dikombinasikan untuk membentuk pola-
pola yang lebih luas, dan dapat diilustrasikan sebagai berikut:
x Figure + motif = motif
x Motif + motif = semi frase
x Semifrase + semi frase = frase
135
x Frase + frase = periode
x Period + period = periode ganda
Ilustrasi 57:
Formula pembentukan periode
Pada bentuk lagu dua bagian masing-masing bagian memiliki ciri
sendiri-sendiri yang berbeda. Ada dua kategori bentuk lagu dua bagian:
(1) sederhana, (2) yg diperluas.
Bentuk lagu dua bagian yg sederhana:
Panjang bagian pertama bisa terjadi dari satu frase hinga periode
ganda. Kadens penutup bagian pertama dapat terjadi dalam empat
kemungkinan:
x Autentik, dalam tonik dari dominanya.
x Autentik, dalam tonik kunci relatifnya
x Kaden setengah dalam dominannya
x Kadens autentik dalam tonik kunci aslinya
Panjang bagian kedua juga berkisar dari sebuah frase hingga
periode ganda. Ciri-cirinya bisa berada dalam kunci yang sama dengan
bagian pertama atau dalam kunci relatif. Kadens akhirnya yaitu autentik
dalam kunci asli. Sering terjadi Bagian I dan II memiliki panjang yang
sama. Jika tidak, bagian kedua umumnya lebih panjang.
Contoh bentuk ini dapat disimak pada lagu rakyat Irish,
Londonderry Air berikut ini:
Notasi 41:
Melodi yang tersusun dari bentuk lagu dua bagian
Bentuk lagu dua bagian yang diperluas
Bentuk lagu dua bagian yang diperluas dapat dibedakan dari tipe
bentuk sedergana melalui empat hal. Yang pertama ialah ada nya
potongan-potongan penghubung dan pendukung (auxiliary member)
seperti introduksi, kodeta, koda atau postlude. Ciri yang kedua ialah
bahwa panjang Part I tidak pernah kurang dari satu periode sedangkan
ciri ketiga ialah Part II biasanya lebih panjang dari Part I. Ciri terakhir
ialah bahwa kedua part dapat diulang.
Bentuk lagu tiga bagian
Kalau bentuk lagu dua bagian memiliki pola A-B, maka pola tiga
bagian ialah A-B-A. Part ketiga tidak semata-mata pengulangan tapi
merupakan pernyataan kembali dengan beberapa perubahan. Bentuk ini
memiliki pola dalam berbagai ukuran yang meliputi: periode tiga bagian,
bentuk lagu tiga bagian awal, bentuk lagu tiga bagian, bentuk lagu tiga
bagian yang diperluas, bentuk lima bagian, bentuk lagu dengan trio,
bentuk-bentuk rondo, sonatine dan sonata.
Bentuk lagu tiga bagian awal
Bentuk lagu tiga bagian awal terdiri dari 16 birama dan
merupakan bentuk lagu tiga bagian yang terkecil. Part I terdiri dari dua
frase, yang membentuk apakah pararel atau kontras, yang terdiri dari
empat birama. Part dua berisi sebuah frase empat birama. Part III yaitu
pernyataan kembali salah satu atau lebih dari frase-frase dalam Part I,
apakah secara eksak atau dengan modifikasi.
Jika Part I adlah periode pararel maka Part III memakai salah
satu dari frase antiseden atau konsekuen. Kadens pada akhir Part I dan
III umumnya ialah kadens autentik sedangkan pada Part II bisa berupa
kadens setengah maupun autentik. Pola dasarnya yaitu sebagai
berikut:
Part I Part II Part III
Frase
Antiseden
Frase
Konsekuen
Frase Dari Frase 1
atau fraase 2
Ilustrasi 58
Bahan baku Part III pada bentuk lagu tiga bagian
Ada dua kemungkinan pengulangan pada pola ini ini yaitu:
A : B A :
dan
: A : : B A :
Ilustrasi 59
Pengulangan pada bentuk lagu tiga bagian
7.2. 3. 2. Bentuk lagu tiga bagian reguler
Bentuk lagu tiga bagian ini banyak dijumpai pada karya-karya
instrumental dan solo vokal yang tergolong kecil. Introduksi dalam
kedua jenis yang ada (sederhana maupun independen) pada karya-karya
itu umumnya dipakai . Introduksi independen lebih banyak
dijumpai pada karya-karya solo piano daripada ensambel atau solo
dengan iringan demikian pula sebaliknya. Walaupun demikian pada
karya-karya yang besar bentuk lagu ini jarang didahului oleh introduksi.
Panjang Part I secara umum terdiri/ berkisar dari satu period
hingga hingga satu periode dobel atau kelompok frase dan diakhiri oleh
kadens autentik. Part II dapat terdiri/ berkisar dari satu frase hingga
periode ganda atau kelompok frase. Biasanya pada bagian ini ada
berbagai kemungkinan perluasan.
Melodi Part II bisa merupakan transposisi dari melodi Part I, yang
seringkali dalam bentuk-bentuk tarian. Jika tidak, maka diambil dari Part I,
apakah dari hanya sebuah figurnya atau motif yang ada pada
permulaan frase. Atau jika tidak keduanya maka Part II bisa berisi materi
baru yang bersifat independen.
Sementara Part I biasanya diakhiri oleh kadens autentik, Part II
biasanya dlam kadens setengah. Dibandingkan dengan di antara Part I
dan Part II, auxiliary mebers sering ada di antara Part II dan Part III
yang diantaranya bisa terdiri dari beberapa atau salah satu dari kodeta,
interlude, disolusi, dan retransisi.
Perubahan pengulangan A pada Part III bisa terjadi melalui salah
satu cara pengolahan yaitu secara eksak atau dengan sedikit modifikasi,
perluasan dan penambahan materi-materi baru sehingga menjadi lebih
panjang dari Part I, benar-benar dimodifikasi tapi masih ciri-ciri Part I
masih dapat dikenali, atau suatu transposisi dari part I.
PENGEMBANGAN BENTUK-BENTUK DASAR
Sebagaimana telah disinggung dalam bab ke-7, bentuk-bentuk dasar
mneliputi bentuk biner atau dua bagian, dan bentuk ternair atau bentuk
tiga bagian. Telah dijelaskan pula pengembangan bentuk-bentuk itu
sedemikian rupa sehingga menjadi lebih rumit. Pada bab ini akan
dijelaskan formulasi pengembangan bentuk-bentuk dasar itu pada
bentuk-bentuk gerakan tunggal yang telah mencapai kemapanan.
Sehubungan dengan itu pemahaman tentang unit-unit struktur dan
bentuk-bentuk lagu dasar yang telah dibahas terdahulu yaitu prasyarat
untuk memahami bentuk-bentuk musik standar. Bentuk-bentuk musik
meliputi bentuk-bentuk bagian tunggal, bentuk-bentuk kontrapungtis,
bentuk-bentuk multi bagian, dan bentuk-bentuk musik vokal. Dalam bab
ini dibahas sebagian dari bentuk-bentuk bagian tunggal yang meliputi
song form with trio, rondo, dan variasi.
Song Form with Trio
Sebuah komposisi yang terdiri dari satu pola dasar disebut bentuk
tunggal atau sederhana sedangkan sebuah karya yang beberapa pola
dasar, sebagai suatu komposisi terpisah atau sebagai sebuah bagian dari
karya yang lebih luas disebut bentuk kompleks atau campuran
(compound form ).
Bentuk-bentuk homofonis standar seperti song form with trio ,
rondo, dan sonata-allegro yang mengkombinasikan dua atau lebih pola-
pola dasar yaitu struktur komposit. Di antara bentuk-bentuk itu
song form with trio yaitu satu yang paling khas yang
mengkombinasikan dua song form , yang pertama disebut bentuk lagu
pokok dan yang kedua ialah bentuk lagu subordinat dengan kerangka
sebagai berikut:
Song form I – Song Form II (trio) – Song Form I
Ilustrasi 60
Pola dasar song form with trio
Pola ini ada pada gerakan-gerakan minuet dan scherzo dari
karya-karya sonata Klasik, Romantik Awal, dan Simfoni. Sebelum masa
Klasik, yaitu pada masa Renaisans dan Barok, pada mulanya bentuk ini
berkembang dari tradisi tarian berpasangan. Dalam tradisi itu
sebuah tarian lambat dalam irama duple diikuti oleh tarian cepat dalam
irama triple. Tarian kedua itu disebut nachtanz, proportz, atau tripla.
Jenis-jenis tarian berpasangan ini ialah pavane-galliard (1500-1600),
passamezzo-saltarello (1550-1620) dan allemande-courante (1600-
1650). Dalam tarian minuet Barok, pasangan itu secara sederhana
umumnya memakai tarian-tarian berurutan, jadi tidak memakai
hubungan-hubungan tempo dan irama khusus yang lazim pada pasangan
tarian Renaisans. Dengan demikian maka Da Capo atau kembali ke
tarian pertama yaitu sebuah perkembangan Barok.
Penerapan instrumentasi dua Oboe dan satu Basoon untuk tarian
kedua dari Minuet pada karya-karya Lully menunjukkan adanya gejala
Trio. Skoring semacam ini juga dipraktikkan dalam tarian Minuet dari
Brandenburg Concerto No. 1 karya Bach. Perlu dicatat bahwa kecuali
pemakaian tekstur tiga-bagian yang nyata, Bach tidak pernah
memakai istilah Trio untuk bentuk kedua, tapi dengan memberi judul
Minuet II atau Bouree II, tergantung tarian tertentu. Walaupun
pemakaian harmoni three-part untuk tarian kedua kemudian
menghilang, nama Trio tetap bertahan sebagai suatu identifikasi bentuk
lagu sub ordinat dalam minuet-minuet, scherzo, dan march.
Simfoni tiga bagian pra Klasik seringkali diakhiri oleh sebuah
minuet. Komposer-komposer Stamitz dan Manheim yaitu pencetus
perluasan simfoni menjadi empat bagian, yaitu dengan menambahkan
gerakan penutup yang hidup, Finale, sesudah Minuet. Pada beberapa
karya Beethoven, Scherzo menggantikan Minuet. Perbedaan di antara
keduanya ialah dalam tempo dan sifat. Keduanya dalam jenis birama
triple tapi Minuet bertempo sedang dengan hitungan tiga ketukan per
birama sedangkan Scherzo bertempo cepat dengan satu ketukan per
birama. Sementara itu sifat dan gaya minuet-minuet Haydn memiliki
kemiripan yang dekat dengan musik tradisi rakyat sedangkan minuet-
minuet Mozart lebih lincah dan sopan. Scherzo-scherzo Beethoven
yaitu suatu bagian dinamis yang memiliki ciri-ciri yang memberikan
kesan nakal, humor, kontras tajam, dan seakan-akan tanpa istirahat.
Walaupun Beethoven yaitu pencetus gaya Scherzo untuk
bagian ketiga sebuah sonata, pemakaian judul ini pertama kali ada
dalam String Quartet Op. 33, No. 3 hingga 6 . Walaupun demikian
temponya sedang, dalam tiga ketukan per birama, yang menunjukkan
sifat-sifat minuet yang sebenarnya. Sebaliknya, bagian ketiga Simfoni No.
1 karya Beethoven berjudul minuet dan dalam kenyataannya yaitu
Scherzo. pemakaian judul Scherzo yang lebih awal lagi juga ada
dalam Partita A Minor karya Bach.
Berikut ini ialah contoh penerapan bentuk song form with trio pada
genre Scherzo dari bagian ke-3 Sonata in A Major karya Anton Diabelli,
seorang komponis dan pemain piano yang sekaligus juga sebagai
seorang komponis dan pemain gitar.
Notasi 42 :
Minuetto dari Sonata in A major untuk gitar karya Anton Diabeli
Walaupun tidak diberi judul Scherzo, namun petunjuk ekspresi
menuntut pemain untuk bermain dengan gaya Scherzo, yaitu dengan
tempo yang cepat. Julian Bream, gitaris Inggris, memainkan bagian ini
dengan sangat cepat, yaitu satu birama dihitung dengan satu ketukan,
sehingga kesan tarian minuetnya hilang. Satu hal yang menarik dari
minuetto ini ialah memiliki bagian Coda , suatu hal yang tidak
konvensional.
Notasi 43:
Bagian Coda Minuetto dari Sonata in A major karya Anton Diabelli
Jika tidak memakai Coda maka Minuetto karya Diabelli di
atas memiliki bentuk yang sama dengan minuet dan scerzo pada
umumnya, yaitu kombinasi tiga buah pola ternari. Kerangka umum song
form with trio yaitu sebagaia berikut:
Song Form I Song Form II Song Form I
: A : : B A : : C : : D C: A B A
Ilustrasi 61
Pola Song Form with trio pada gerakan Scherzo.
Introduksi yaitu perkecualian. Setiap song form yaitu
perluasan pola three-part . Untuk karya-karya Barok dan Klasik bagian
kedua setidaknya yaitu transposisi dari permulaan bagian pertama. Jadi
B diambil dari A dan D dari C.
Perbedaan Trio dengan bentuk lagu pokoknya yaitu perubahan
karakter yang kontras yang seringkali berkaitan dengan perubahan kunci
dan gaya. Di samping istilah Trio, judul lain seperti Musette atau
Alternativo dipakai sebagai bentuk lagu sub ordinat. Pada suite Barok
yang gerakan-gerakannya ditulis dalam kunci yang sama, dua tarian yang
dipasangkan ditulis dalam kunci yang sama. Walau begitu pada Sonata
No. 4 untuk Fluit dan Klavir karya Bach, gejala antisipasi terhadap
pemakaian kontras kunci yang lazim dalam Klasik telah mulai tampak,
yaitu Minuet I berada dalam C mayor dan Minuet II dalam A minor.
Umumnya trio bersifat lebih sunyi atau sedikit lebih lambat dari bentuk
lagu pertama dan biasanya memiliki tanda birama yang sama kecuali
dalam Simfoni No. 6 karya Beethoven, yaitu dari 3/4 ke 2/4 dan dalam
Nocturne No. 14, Op. 48 No. 2 karya Chopin, dari 4/4 ke 3/4.
Trio diakhiri oleh: (1) Kadens autentik, (2) Kadens setengah, dan
(3) Retransisi yang mengantar ke bentuk lagu pertama.
Pengulangan kembali bentuk lagu pertama umumnya dilakukan
secara persis dengan tanda Minuet D.C. atau D C al Fine di akhir bagian
trio, atau kadang berbeda (modifikasi) tanpa pengulangan sedangkan
pemakaian Koda yaitu perkecualian sebagaimana ada dalam
Sonata Op. 2 No. 3 karya Beethoven pada birama 106-128, dan Italian
Symphony karya Mendelssohn pada birama 203-233.
pemakaian bentuk lagu dua bagian sangat jarang. Di antara
yang pemakaian bentuk ini ialah Gavotte karya Gossec. Pasangan dua
minuet dari Rameau berikut ini mungkin dapat dipertimbangkan sebagai
contoh:
Notasi 44
Minuet I, II karya J. P. Rameau
Secara umum pola song form with trio yang memakai
kombinasi bentuk dua bagian yaitu sbb:
Song Form I Song Form II Song Form I
: A : : B : : C : : D : A B A
Ilustrasi 62
Penerapan bentuk lagu dua bagian pada song form with trio
Kalau minuet dirancang dalam three-part maka Trio juga dalam
three-part seperti pada Minuet in G karya Beethoven. Perkecualian
ada pada karya Grieg, Aus Holbergs Zeit. Bagian pertama dalam
two-part dan yang kedua dalam three-part
Bentuk-bentuk Rondo
Kata rondo berasal dari bahasa Perancis, rondeau, keduanya
berkaitan dengan bentuk-bentuk yang memiliki suatu tema reguler
(refrain). Rondeau berasal dari bentuk puisi yang baru diterapkan dalam
musik sejak abad ke-12. Walaupun dapat dijumpai pada karya-karya
vokal, Rondo pada dasarnya yaitu bentuk musik instrumental.
Rondo sebagai sebuah bentuk harus dibedakan dari rondo
sebagai suatu tipe-karakter bagian. Yang pertama ialah pola musikal
yang menampilkan kembali sebuah refren secara berseling dengan tema
sub ordinat, baik dalam gerakan bertempo sepat maupun lambat. Yang
kedua yaitu sebuah bagian berjudul rondo yang diIlustrasikan sebagai
karya sifat yang umumnya bertempo cepat atau allegro .
Ada tiga macam rondo yg sering dipakai yaitu: tipe pertama
berpola A-B-A, tipe kedua berpola A-B-A-C-A, dan tipe ketiga berpola A-
B-A-C-A-B-A. Huruf A, B, dan C merepresentasikan tema-tema. Pada
bentuk homofoni yg lebih luas, seperti rondo, kita tidak mengacu
pembagian-pembagian utama pada istilah Part I atau II seperti dalam
dalam pembahasan bentuk-bentuk lagu, tapi pada pembagian di antara
tema pokok dan tema sub ordinat. Tema dapat berupa bentuk lagu dua
atau tiga bagian sehingga sebuah tema terdiri dari sejumlah bagian-
bagian yang panjang minimalnya yaitu satu period.
Bentuk rondo pertama
Panjang tema A dapat tersusun dari sebuah period. Perbedaan
bentuk rondo pertama dengan bentuk lagu tiga bagian yaitu bahwa
setidaknya salah satu temanya merupakan sebuah bentuk lagu–
biasanya tema pokok. Sebuah transisi atau episode dapat terjadi di
antara dua tema pokok dan sub ordinat, atau kehadiran tema sub ordinat
segera sesudah kadens menutup tema pokok.
Tema sub ordinat biasanya disusun dalam kunci relatif. Di
samping berbeda kunci dan karakternya, tema sub ordinat juga beda dari
tema pokok. Perbedaan yang menyolok ada pada ritme melodi dan
iringan. Panjang struktur tema sub ordinat berkisar di antara sebuah frase
hingga sebuah bentuk lagu. Pada beberapa karya, tema sub ordinat
diikuti oleh kodeta, retransisi, atau dislousi, yang lebih sering dipakai
dibandingkan dengan sesudah tema pokok. Kembalinya tema pokok
sesudah diselingi dapat terjadi secara eksak dan hampir taka a perubahan
atau bis juga dengan pembubuhan hiasan baik pada melodi atau iringan
atau keduanya.
Ada tiga perbedaan yang mendasar di antara bentuk rondo
pertama dengan bentuk lagu tiga bagian, yang pertama ialah tema
pertama dari rondo setidaknya merupakan salah satu dari bentuk lagu
Yang kedua terletak pada perbedaan isi melodi dan ritme di antara tema
pokok dan tema sub ordinat, yaitu lebih besar daripada di antara
bagian-bagian bentuk lagu. Yang ketiga, pola iringan atau tekstur yang
sama umumnya dipakai pada keseluruhan bentuk lagu tiga bagian.
Pada rondo hal itu tidak ada dan jika ada maka merupakan
perkecualian.
Bentuk Rondo kedua
Umumnya panjang setiap tema setidaknya satu period;
setidaknya satu dari tema-tema yaitu sebuah song form , kecuali dalam
Adagio, Sonata Op. 13 (Pathetic) karya Beethoven, walau tidak satupun
dari lima bagian pokok berupa bentuk sebuah song form , kita
mengklasifikasikannya sebagai rondo daripada sebagai five-part song
form karena individualitas bagian-bagiannya yang dapat dipertimbangkan
sebagai tema-tema.
A B A C A
Kunci I Kunci II Kunci I Kunci III Kunci I
Ilustrasi 63:
Hubungan perubahan kunci pada bentuk rondo kedua
Notasi 45:
Contoh bentuk Rondo yang sederhana dari Musette karya Rameau
(dikutip dari Rameau 1967, ex. 102)
Untuk menghindari kebosanan, kembalinya tema A yang pertama
kali biasanya disajikan lebih pendek dibandingkan dengan penjajian
pertama dan yg ketiga.Tema sub ordinat (C) biasanya lebih panjang dari
tema B. Dalam kaitannya dengan A, perubahan kunci juga lebih jauh dan
karakternya lebih kontras dari B.
Potongan-potongan sisipan yang biasanya ada dalam jenis
rondo ini di antaranya ialah introduksi, kodeta dengan disolusi atau
transisi sesudah tema A, disolusi atau retransisi set B atau set C, dan koda
sesudah pemunculan A yg terakhir.
Bentuk rondo ketiga
Bentuk rondo ketiga merupakan perluasan pola ternary yang
terbesar. Distribusi hubungan kuncinya yaitu sbb:
Pernyataan Pernyataan kembali
A B A C A B’ A Koda
Kunci I Kunci
I
Kunci
II
Kunci
I
Kunci
III
Kunci
I Bertansposisi
Kunci I
Ilustrasi 64:
Susunan perubahan kunci pada bentuk rondo ketiga
Sebagaimana halnya rondo pertama dan kedua, panjang setiap
tema dapat berkisar dari sebuah period hingga song form. Tema
subordinat kedua (C), biasanya lebih panjang dan hanya muncul sekali
dibanding A atau B; atau seringkali dalam bentuk lagu dua atau tiga
bagian.
Kembalinya tema pokok yang terakhir kalinya (sesudah B’) dapat
terjadi dalam berbagai kemungkinan keadaan:
x Lebih ringkas dari kehadirannya yang pertama.
x Hadir sebagaia seksi pertama dari koda
x Identik atau mendekati pernyataan pertama tema A.
x Dielaborasi atau diperluas.
x Hilang sama sekali (langsung koda sesudah B)
Dalam musik barok rondeau yang refrain atau tema pokoknya
diselingi oleh couplet, tersusun dari 8 birama refrain yang diselingi oleh 8
birama couplets, masing-masing merupakan melodi baru dalam berbagai
kunci. Sebagai contoh ialah gavotte en rondeau dari Suite No. IV untuk
Lute yang memiliki susunan putaran tema sebagai berikut: A - B - A - C -
A - D - A - E - A.
Pada sonata-sonata dengan tiga hingga empat gerakan (sonata,
ensemble/ musik kamar, konserto, dan simfoni), pemakaian bentuk
rondo ada dalam gerakan-gerakan sbb:
Jenis rondo pemakaian dalam gerakan
Bentuk Rondo pertama Gerakan lambat
Bentuk rondo kedua Gerakan lambat atau gerakan
terakhir
Bentuk rondo ketiga Gerakan terakhir
Ilustrasi 65:
Tabel pemakaian bentuk-bentuk rondo pada karya multi gerakan.
. Bentuk Variasi
Variasi yaitu di antara bentuk-bentuk tertua dan merupakan cara
yang paling mendasar dalam sejarah pengolahan musik. Cara
Pengolahan musikal seperti ini berasal dari adanya kecenderungan untuk
memodifikasi pengulangan atau identitas tema utama. Dalam
perkembangannya di kemudian hari, prosedur pengolahan bentuk variasi
menjadi lebih mapan sebagaimana yang ada pada karya-karya
Finale Simfoni No. 6 karya Beethoven (birama 116-131), dan Variations
on A Theme by haydn Op56a karya Brahms (birama 98-107).
. Teknik awal pengolahan variasi
Bentuk variasi yang menampilkan penahanan pola ritmis-melodis
pada alur suara terbawah, telah mulai dilakukan pada motet sejak abad
ke-13 dan ke-14, yang menunjukkan gejala awal pengolahan variasi yang
mengantisipasi bentuk ostinato.
Model bentuk variasi yg berkembang semasa Barok ialah:
Variasi Strophic , yaitu bentuk Aria yang popular pada masa awal
Barok. Pada bentuk ini kembalinya melodi pokok divariasi oleh
pemakaian ornamentasi vokal yang sering dilakukan secara
improvisasi.
Tarian berbeda yang berpasangan . Yaitu dua tarian yang
biasanya dalam irama duple dan triple seprti kombinasi di antara tarian
passamezzo dan saltarello, atau pasangan pavan dan galliard. Kedua
tarian yang ditampilkan atau dimainkan secara berurutan itu
memiliki garis melodi yang sama namun ritem melodinya berbeda
menurut peraturan meter dan pola yang berlaku. Pada masa Barok akhir
bentuk tarian pasangan yang diterapkan yaitu double , yang merupakan
salah satu tarian dari komposisi multi gerakan, Suite. Double mengambil
melodi dengan hiasan figurasi atau variasi yang diambil dari tarian yang
mendahuluinya.
Bentuk-bentuk variasi ground bass, dipakai pada jenis-jenis
komposisi passamezzo, basso ostinato, passacaglia, dan Chaconne.
Pada tipe variasi ini, pengolahan variasi tidak banyak dilakukan atas
dasar tema melainkan atas dasar bass.
Tipe paraphrase (penyaduran) yang secara progresif merupakan
pengolahan dengan penghiasan dan figurasi melodi yang lebih kompleks,
merupakan pengertian pokok variasi. Contoh dari tipe ini ialah Harmonius
Blacksmith karya Handel.
Prosedur standar bentuk variasi
Sumber Tema
Tema dari variasi bisa didasarkan atas karya aslinya ( Caprice No.
24 , Paganini), atau pinjam dari komposer lain (Beeethoven: Variations on
a Theme by Diabelli ), atau folk song.
Struktur dan sifat tema
Kecuali bentuk ostinato, tema biasanya dari 16 hingga 32 birama.
Umumny A two atau three-part songform yang ditampilkan sesederhana
mungkin; karena penyajian tema secara kompleks akan menghasilkan
anti klimaks.
Prosedur variasi
Setiap variasi merupakan kombinasi dari semua permukaan yang
diambil dari tema dan beberapa tritmen baru. Dalam banyak kasus (etude
mis) pola ritme atau ide melodi tertentu dipelihara pada setiap variasi.
Beberapa kemungkinan variasi atas dasar Variations on a Theme
by Haydn Op. 56a dari Brahms meliputi: pemakaian harmoni yang sama
dengan melodi baru (bir 40-43), melodi yang sama dengan harmoni baru,
penghiasan melodi, figurasi harmoni, pengunaan figur melodis yang
diambil dari tema, pemakaian figure ritmik dari tema, perubahan mode,
perubahan kunci dan meter, eksploitasi dinamik, pengolahan register,
imitasi, canon, gerak berlawanan, kontrapung ganda, augmentasi motif
tema, diminusi, motif tema, perubaharuan warna, pengambilan materi
dari variasi yg mendahuluinya, memakai tipe khusus (waltz, minuet,
march ), pemakaian pola struktural yg identik dengan tema,
perpanjangan variasi: pengulangan frase ataui seksi, penyisipan kodeta,
dan penambahan bagian baru.
Pada musik periode Modern atau abad ke-20 karakteristik bentuk
variasi berbeda dibandingkan dengan periode-periode Romantik dan
Klasik. Di antara beberapa perbedaan yang signifikan ialah bahwa
panjang setiap variasi lebih bebas, harmoni berdiri sendiri (tidak
mengikuti tema), dan pengambilan variasi tidak secara langsung dari
tema. Di samping itu ada suatu kebebasan dalam cara pengolahan
yang cenderung kepada pengembangan daripada pengolahan varisi.
Satu hal lagi ialah bahwa pada bentuk variasi di abad ke-20 pengolahan
warna dan ritmiknya memegang peranan yang lebih besar daripada
periode-periode sebelumnya.
Variasi Mozart “Ah vous dirai-je, Maman” KV 265:
Guna memperoleh pemahaman mengenai bentuk variasi maka
berikut ini ialah contoh analisis variasi untuk piano dari Mozart yang
dilakukan oleh Prier (1996, 38-43). Tema karya ini tersusun dari bentuk
lagu tiga bagian yaitu A B A yang secara keseluruhan jika tanda ulangnya
diikuti maka menjadi A A B A B A).
Variasi 1:
Variasi ini dapat disebut sebagai variasi melodi. Pada bagian ini
melodi pokok dikitari oleh nada-nada tetangganya (nada atas dan
bawahnya) dengan nada-nada seperenambelasan yang empat kali lebih
cepat sehingga meninbulkan kesan agak ramai. Sementara itu alur
melodi bas pada tangan kiri memainkan iringan dalam nilai satu ketukan
seperti temanya. Dalam hal ini melodi pokok terselubung dalam
permainan tangan kanan.
Variasi 2:
Variasi ini disebut variasi dengan melodi tetap dengan hiasan
pada iringan. Lagu pokok secara utuh dipertahankan pada tangan kanan
namun disertai dengan suara dua dan tiga (tidak tentu). Sebagai kontras
untuk variasi 1, kini suara bawah ditonjolkan: nada-nada bas dari tema
dilingkari dengan nada atas / bawah. Perhatikanlah bahwa harmoni asli
tidak dipertahankan.
Variasi 3:
Variasi ini terjadi dengan harmoni yang tetap. Melodi kini sama sekali
kabur: nada c2 – g2 diganti dengan permainan arpeggio yang melampaui
154
dua oktaf; irama pun mengalami perubahan dengan adanya nada-nada
triplet dalam nada-nada seperdelapan. Sementara itu harmoni aslinya
tetap dipertahankan.
Variasi 4:
Variasi keempat dilakukan dengan mempertahankan melodi
pokok, namun diberi motif iringan yang berbeda. Sebagai kontras
terhadap variasi ke-3 tadi, tangan kiri yang kini memainkan pola arpeggio ,
dalam hal ini melodi dipertahankan sambil didampingi oleh nada-nada
pelengkap. Yang menarik yaitu bahwa akor-akornya juga mengalami
perubahan.
Notasi 46
Tema “Ah vous dirai-je, Maman”
Notasi 47
Variasi “Ah vous dirai-je, Maman”
Variasi 5:
Pada variasi kelima irama irama diolah sedemikian rupa.
Sementara melodi dan harmoni kini tetap, namun iramanya berubah.
Pada saat yang sama melodi pada tangan kiri pun mengalami
perubahan.
Variasi 6:
Pada bagian berikutnya variasi dilakukan dengan melodi yang
tidak berubah, namun iringannya diolah secara berlainan. Keistimewaan
dari variasi 6 yaitu , bahwa cantus firmus yang disertai dengan akor-
akor, pindah dari tangan kanan di bagian A, ke tangan kiri di bagian B.
Saat ini tangan yang tidak memainkan cantus firmus memainkan iringan
dengan nada pokok serta nada tetangga (diminusi). Nada-nada
seperenambelas ini memang diperlukan untuk mencapai crescendo
sampai tiga kali.
Variasi 7:
Pada variasi ketujuh, nada-nada pokok diolah ke dalam
permaianan tangga nada. Dengan demikian melodi-melodi dasar dikitari
oleh permaina skala dan beberapa diantaranya diganti dengan nada lain
secara bebas, Walaupun demikian di dalam variasi ini ada variasi
irama sebagai unsur yang baru.
Variasi 8:
Variasi ini mengutamakan pengolahan harmoni dan polifoni. Dari
satu pihak variasi ini memakai cantus firmus dalam tangga nada c-minor
di lain pihak variasi ini menarik, karena suara bawahnya menirukan suara
atas dalam jarak kuart atas (bagian A) dan dalam jarak oktaf bawah
sampai ada tiga suara (bagian B). Sehubugan dengan itu variasiini
bergaya polifon. Harmoni dalam hal ini mengalami perubahan-perubahan
yang cukup mendalam (perhatikanlah nada-nada kromatis).
Variasi 9:
B a gian ini merupa k a n variasi cantus firmus polifon ini sebagai
kontra s terhad a p variasi sebelu mn y a sebagaimana tampak dalam tangga
158
n a d a Mayor dan dalam ulangan gaya imitasi sbelumnya yang kini tidak
memakai nada jembatan. Perhatikanlah, bahwa bagian dua (B) pun
memakai imitasi dalam jarak oktaf bawah namun seharusnya berpindah-
pindah.
Variasi 10:
Variasi berikutnya mengolah karakter. Meskipun motif awal dari A
masih cukup terlihat, namun kemudian akhirnya tenggelam dalam iringan
dan harmoni yang sama sekali baru. Perhatikanlah pula polifoni dalam
bagian B: suara bas menirukan suara Sopran dalam jarak dua oktaf
bawah.
Variasi 11:
Variasi kesebelas merupakan kombinasi pengolahan irama dan
gaya polifon. Yang paling menonjol pada variasi ini yaitu perubahan
tempo menjadi Adagio atau lambat, dan juga itama sinkop. Perhatikanlah
pula tanda-tanda fermata . Melodi pokoknya nyaris tidak bisa dikenal
kembali walaupun harmoni tetap sama.
Variasi 12:
Variasi terakhir yaitu variasi bebas. Yang paling menonjol di sini
yaitu perubahan hitungan menjadi irama tiga per empat. Nada-nada
pokok melodi masih dapat dirasakan namun diolah dengan hiasan.
Karena variasi ini sekaligus berfungsi sebagai penutup atau Finale, maka
durasinya diperpanjang sebanyak 11 birama sebagai Coda.
Secara umum ada kesan bahwa komposisi ini cukup
sederhana. Deretan variasi tampaknya disusun sedemikian rupa hingga
setiap dua variasi seringkali merupakan pasangan yang berkontras:
x tangan kanan – kiri: variasi 1 dan 2, 3 dan 4;
x minor – mayor: variasi 8 dan 9;
x lambat – cepat: variasi 11 dan 12.
Di samping itu ada suatu peningkatan suara yaitu dari dua
suara pada tema menjadi tiga suara, bahkan dalam pengolahan teknik
polifon (variasi 8, 9, 11).
Notasi 48:
Beethoven: Sechs Leichte Variationen Uber ein Schweizerlied
Bentuk variasi yaitu komposisi yang berdiri sendiri sebagai
suatu deretan variasi (misalnya pada lagu ‘ Sechs leichte Variationen Ħ ber
ein Schweizerlied’ / ‘Enam variasi sederhana tentang sebuah lagu Swiss’
karangan L.v.Beethoven) atau sebagai sebagian ( ‘Tema con variazione’ )
dari sebuah komposisi yang lebih besar seperti Sinfoni, Sonata, konserto,
yang terdiri dari 3 atau 4 bagian; biasanya bagian ke-2 atau ke-3 berupa
tema dan variasi – lihat (B).
Deretan variasi yang termasuk ke dalam bentuk variasi ialah
C horal vorspiel /, yaitu variasi tentang sebuah koral (lagu rohani) – lihat di
bawah (C). Permainan melodi bas sebagai tema dengan variasi suara-
suara atas disebut ‘ Ground’, ‘Passacagia’, ‘Ciaconne’, ‘Folia’ – lihat di
bawah (D). Variasi dapat juga berupa deretan tarian. Dalam hal ini
disebut Suita bervariasi : dengan lagu yang lebih kurang sama namun
diolah menurut pola tarian tertentu.
Variasi bass ground pada musik Barok biasanya ada
pada karya-karya ensambel yang terdiri dari paling tidak dua
instrumen melodis dan satu keyboard. Walaupun demikian
ada juga karya-karya untuk solo instrumen, misalnya untuk
harpsichord, seperti C hacone in G karya G.F. Handel. Satu
contoh lagi ialah C hacone in D minor dari Sonata untuk biola solo
karya J.S. Bach yang kini banyak ditranskrip dan menjadi terkenal
sebagai masterpiece gitgar klasik modern. Walaupun penerapan
variasi ini merupakan suatu hal yang tidak lazim pada masa
Barok, namun tentu saja merupakan inovasi yang revolusioner
untuk indtrumrn biola