Tampilkan postingan dengan label musik klasik 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label musik klasik 1. Tampilkan semua postingan

musik klasik 1

 


Prelude  yaitu  bagian pembuka suatu karya musik klasik. 

Terminologi ini populer dalam kehidupan musik abad ke-17, sebagai 

pembuka kumpulan jenis-jenis tarian tradisional di Eropa. Pada musik 

populer saat ini musik umumnya didahului oleh introduksi dan diakhiri 

oleh bagian akhir yang disebut Coda yang secara literal berartio ekor. 

Walaupun termasuk genre kuno, hingga saat ini beberapa komposer juga 

memakai  istilah itu  yang walaupun dengan maksud yang 

berbeda,  namun pengertian dasarnya sama yaitu pembuka. Dalam buku 

ini istilah itu  dipinjam sebagai pendahuluan dari buku ini. sesudah  

membahas musik klasik dalam 14 bab, buku ini ditutup dengan Coda 

yang memuat bab ke-15 tentang musik klasik di negara kita  

Jenis-jenis musik yang ada di seluruh dunia dapat dikelompokkan 

dengan berbagai cara misalnya berdasarkan kemiripan ciri-ciri umumnya 

(genre ), fungsinya, maupun geografi. Secara geografi musik dapat dibagi 

menjadi musik Barat yang mengacu kepada negara-negara Eropa, dan 

musik Timur di wilayah Asia dan Timur Tengah yang memiliki varian yang 

sangat banyak.  

Dari berbagai kemungkinan pengelompokan yang ada tampaknya 

secara umum musik yang ada di dunia dapat dikelompokkan kepada tiga 

jenis yaitu musik tradisi, musik hiburan, dan musik serius yang umumnya 

disebut orang sebagai musik klasik. Kreativitas pertunjukan dan 

penciptaan musik tradisi dibatasi oleh norma-norma yang berlaku pada 

suatu kebudayaan sehingga memiliki ciri lokal yang amat kental. Di 

negara kita  musik-musik tradisi dapat dikenali berdasarkan batasan 

geografis dan etnisitasnya, misalnya musik Minang, musik Batak, musik 

Dayak, dan musik Jawa. Di Jawa dan Bali ada istilah khusus untuk 

menyebut musik tradisi, yaitu yang dikenal dengan istilah karawitan . 

Sekarang ada istilah untuk menyebut seluruh musik yang ada  di 

seluruh wilayah kepuluan negara kita , termasuk karawitan, yaitu musik 

Nusantara.   

Musik hiburan yaitu  musik yang paling populer di kalangan 

masyarakat modern saat ini. Secara umum  kreativitas musik hiburan 

dibatasi oleh selera masyarakat. Dari segi ekonomi musik hiburan 

merupakan salah satu bentuk industri. Keberhasilan pertunjukan musik 

hiburan ditentukan oleh promosi penjualannya. Guna mencapai sukses 

para manajer musik hiburan perlu memahami selera pasar yang sedang 

berlaku. Karakteristik musik hiburan mengacu kepada sistem diatonik 

yang berasal dari Barat sementara ciri-ciri lokal umumnya didominasi 

oleh aspek bahasa. Walaupun demikian pada lingkungan masyarakat 

tradisional juga ada  musik hiburan yang mengacu kepada idiom-

idiom musik tradisi.  

Pada umumnya musik hiburan didominasi oleh musik vokal dan 

sedikit di antaranya dari jenis musik instrumental. Di antara beberapa 

jenis musik hiburan ada juga yang memperhatikan aspek-aspek 

kreativitas yang tinggi dan tidak tergantung dari musik vokal serta tidak 

sepenuhnya mengikuti selera masyarakat. Di antara musik hiburan 

itu  dari jenis itu  ialah musik jazz yang mengutamakan aspek 

kreativitas dalam bentuk permainan improvisasi bagi seluruh pemain 

instrumennya termasuk penyanyinya. Walaupun demikian kebebasan 

mereka tetap berada dalam rambu-rambu tonalitas yang berlaku dalam 

musik diatonik.  

Berbeda dengan musik tradisi dan musik hiburan, kreativitas 

musik klasik  pada masyarakat modern sama sekali tidak dibatasi baik 

oleh tradisi maupun oleh kecenderungan yang berkembang di 

masyarakat. Dengan kata lain musik serius memiliki kebebasan artistik 

yang jauh lebih luas dibandingkan dengan musik hiburan. Namun 

sebaliknya, di samping kreativitas yang berkembang secara bebas, 

dalam beberapa kasus musik klasik justru memanfaatkan idiom-idiom 

berbagai musik-musik populer, musik rakyat, bahkan tradisi berbagai 

kebudayaan guna memperkaya karya-karyanya. 

Kebebasan artistik dalam serius bukan berarti tidak memilki 

aturan melainkan didasarkan atas berbagai pertimbangan konsep-konsep 

teoretik yang juga senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Hal 

itu  yang menyebabkan musik klasik senantiasa selalu berubah 

selama berabad-abad. Sejak era Abad Pertengahan hingga saat ini 

varian musik klasik sangat luas dan senantiasa berkembang. 

Perkembangan musik klasik mulai dari penerapan sistem diatonis yang 

sederhana pada abad pertengahan hingga mencapai kompleksitasnya di 

akhir era Romantik. Bahkan sejak memasuki abad ke-20, sementara 

model sitem tonalitas diatonik yang merupakan warisan era Klasik abad 

ke-18 dan eksplorasi sistem itu  sebagai warisan era Romantik era 

abad ke-19 hingga kini masih tetap diterapkan pada musik hiburan 

populer dan jazz, musik klasik telah meninggalkan sistem itu  dan 

terus mengembangkan kreativitas dan inovasinya yang paling mutakhir.  

Banyak orang mengira kalau musik klasik senantiasa 

memakai  media akustik. Aliran komposisi musik elektronik dalam 

musik klasik telah dimulai lama sebelum ditemukannya synthesizer , 

dengan tape loops dan alat musik elektronik analog di tahun 1950-an dan 

1960-an. Para komposer bahkan tidak mengandalkan perkembangan 

teknologi melainkan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kreativitas 

viii

mereka. Para pelopor aliran musik elektronik itu  antara lain John 

Cage, Pierre Schaeffer, dan Karlheinz Stockhausen . Beberapa komposer 

musik elektronik masa kini yang telah memberikan kontribusinya untuk 

pengembangan musik klasik aliran kontemporer ialah Ton de Leuw dari 

Belanda dan Jack Body dari New Zealand. Saat ini negara kita  sendiri 

memiliki beberapa komposer yang menaruh perhatian terhadap musik 

elektronik, di antaranya ialah Otto Shidarta dari Jakarta, dan Slamet 

Raharjo dari Yogyakarta. 

Istilah musik klasik umumnya lebih dikenal luas sebagai musik 

serius. Walaupun demikian secara khusus dalam diskusi etnomusikologi, 

istilah musik klasik tidak hanya merujuk pada musik klasik Eropa saja, 

melainkan juga pada musik-musik di Asia dan Timur seperti misalnya  

musik klasik Persia, India, Tiongkok, dan lain-lain. Dalam lingkup 

musikologi, pemakaian  kata ‘klasik’ bisa mengandung tiga makna. Yang 

pertama ialah berarti Musik Kuno, yaitu musik yang berkembang pada 

era Yunani Kuno (masa Antiquity).  Pengertian yang kedua ialah musik 

pada era Klasik, yang didominasi oleh gaya Wina pada abad ke-18 

dengan tiga tokoh komposer yang terkenal yaitu Haydn, Mozart, dan 

Beethoven. Ketiga, kata ‘klasik’ yang diterapkan pada musik klasik pada 

saat ini ialah sebagai musik seni (art music ); yang pengertiannya berbeda 

dengan istilah seni musik atau musical arts . Yang dimaksud klasik dalam 

konteks ini ialah lawan dari musik hiburan. Secara khusus, di negara kita  

ada istilah lagu seriosa untuk menamai musik vokal yang intinya mirip 

dengan musik klasik pada umumnya. Musik dalam pengertian yang 

terakhir inilah yang menjadi pokok pembahasan dalam buku ini. 

Pokok bahasan musik klasik sangat luas karena tidak melulu 

membicarakan fenomena musikal yang terjadi di sekitar saat ini tapi juga 

yang terjadi selama berabad-abad. Dengan demikian berbeda dengan  

musik non klasik yang didasarkan atas fenomena musikal yang terjadi 

saat ini atau masa kontemporer, dan tidak jauh dari sekitar abad ke-20. 

Tidaklah mengherankan jika secara kuantitatif musik klasik tidak hanya 

memiliki repertoar yang sangat luas namun juga literatur yang juga luas. 

Keluasan cakupan pembahasan musik klasik yang menyangkut waktu 

berabad-abad memungkinkannya untuk dilakukan pembahasan dengan 

pendektan sejarah, baik secara diakronis melalui pendekatan kronologis, 

yaitu dari tahun ke tahun secara bertahap, maupun secara sinkronis, 

yaitu mengkaitkannya dengan aspek-aspek terkait di sekitar periode yang 

dibahas.  

Guna memudahkan pemahaman terhadap musik klasik maka 

seseorang perlu memahami aspek-aspek sejarah musik klasik yang 

meliputi pengertian-pengertian dasar mengenai musik secara umum. 

Walaupun jarang diterapkan pada buku-buku pengantar tentang 

pengetahuan musik, proses kelahiran sistem tonal berikut 

pengembangannya selama berad-abad hingga akhirnya digantikan oleh 

sistem musikal yang lain, juga perlu diketahui.  

Buku ini tidak secara khusus membahas sejarah musik klasik 

sehubungan dengan itu hanya dibahas secara singkat sebagai latar 

belakang dalam memahami musik klasik secara lebih mendalam. 

Sehubungan dengan itu di samping membicarakan proses kelahiran dan 

perkembangan sisten tonal, kronologi sejarah dan riwayat hidup 

beberapa komponis musik klasik dibahs secara singkat. Termasuk ke 

dalam pembahasan material musik ialah dasar-dasar teori musik yang 

meliputi pemahaman berbagai aspek musikal. Landasan teori musik ini 

diarahkan untuk memahami bentuk-bentuk musik, mulai dari unit-unit sub 

struktur hingga bentuk-bentuk standar.  

Hingga kini orkestra diyakini sebagai suatu formasi standar dalam 

bisnis musik klasik. Sehubungan dengan itu pengetahuan umum tentang 

orkestra seperti hal-hal yang berkaitan dengan klasifikasi instrumen, perlu 

diketahui.  Walaupun orkestra termasuk ke dalam hal penting yang perlu 

diketahui, namun dalam kenyataannya formasi yang berkembang di 

masyarakat justru yaitu  instrumen-instrumen solo dan vokal. 

Sehubungan dengan itu pokok bahasn musik instrumental dan vokal juga 

dibahas dalam buku ini. Sebagai penutup, buku ini membahas 

keberadaan musik klasik di negara kita .

PENGERTIAN MUSIK 

Musik pada hakikatnya yaitu  bagian dari seni yang 

memakai  bunyi sebagai media penciptaannya. Walaupun dari waktu 

ke waktu beraneka ragam bunyi, seperti klakson maupun mesin sepeda 

motor dan mobil, handphone , radio, televisi, tape recorder, dan 

sebagainya senantiasa mengerumuni kita, tidak semuanya dapat 

dianggap sebagai musik karena sebuah karya musik harus memenuhi 

syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu  merupakan suatu sistem 

yang ditopang oleh berbagai komponen seperti melodi, harmoni, ritme, 

timbre (warna suara), tempo, dinamika, dan bentuk. Sebelum lebih jauh 

membahas syarat-syarat itu  berikut aspek-aspek lain yang terkait 

dengannya seperti sejarah musik, pencipta musik, karya-karya musik, 

dan berbagai formasi pertunjukan musik, bab ini akan terlebih dahulu 

meninjau beberapa definisi tentang musik, fungsi musik, dan jenis-jenis 

musik.   

1.1 Pengertian Musik 

Walaupun banyak dari para ahli musik telah mencoba 

memberikan definisi tentang musik, namun hingga kini belum ada 

satupun yang diyakini merupakan satu-satunya pengertian yang paling 

lengkap. Tampaknya ada yang memahami musik sebagai kesan 

terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengarannya. Di 

samping itu ada juga yang pemahamannya bertolak dari asumsi bahwa 

musik yaitu  suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan 

pendukungnya. Walaupun demikian ada juga yang berbeda pandangan 

dari kedua model itu . Terlepas dari berbagai perbedaan sudut 

pandang itu , beberapa definisi berikut ini dapat membantu kita 

untuk memahami pengertian tentang musik.  

Dari penulis-penulis negara kita  di antaranya dapat dijumpai 

sejumlah definisi tentang musik: Jamalus (1988, 1) berpendapat bahwa 

musik yaitu  suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau 

komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan 

penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, 

bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Rina (2003, 

9) setuju dengan pendapat bahwa musik merupakan salah satu cabang 

kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-

bunyian. Prier (1991, 9) setuju dengan pendapat Aristoteles bahwa musik 

merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari 

gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama. 

4Menurut ahli perkamusan (lexicographer ) musik ialah: ”Ilmu dan 

seni dari kombinasi ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang 

melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang 

memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional” 1 Walaupun 

demikian selama berabad-abad para ahli menganggap bahwa definisi 

kamus itu  kurang memuaskan. Sebagai alternatif, di antaranya ada 

yang memahami musik sebagai ”bahasa para dewa”; yang lain 

mengatakan bahwa: ” music begins where speech ends ” (musik mulai 

ketika ucapan berhenti). Romain Rolland berpendapat bahwa musik 

yaitu  suatu janji keabadian; bagi Sydney Smith musik ialah satu-

satunya pesona termurah dan halal di muka bumi.  

Goethe berpendapat bahwa musik mengangkat dan memuliakan 

apa saja yang diekspresikannya. Mendelssohn  meyakini bahwa musik 

dapat mencapai suatu wilayah yang kata-kata tidak sanggup 

mengikutinya, dan Tchaikovsky berkata bahwa musik yaitu  ilham yang 

menurunkan kepada kita keindahan yang tiada taranya. Musik yaitu  

logika bunyi yang tidak seperti sebuah buku teks atau sebuah pendapat. 

Ia merupakan suatu susunan vitalitas, suatu mimpi yang kaya akan bunyi, 

yang terorganisasi dan terkristalisasi. Sehubungan dengan itu Herbert 

Spencer, seorang filsuf Inggris mempertimbangkan musik sebagai seni 

murni tertinggi yang terhormat. Dengan demikian musik yaitu  

pengalaman estetis yang tidak mudah dibandingkan pada setiap orang, 

sebagaimana seseorang dapat mengatakan sesuatu dengan berbagai 

cara (Ewen 1963, vii-viii). 

Dari perspektif interpretasi atau penikmatannya, musik juga dapat 

dipahami sebagai bahasa karena ia memiliki beberapa karakteristik yang 

mirip dengan bahasa. Berkaitan dengan hal itu  Machlis (1963, 4) 

memahami musik sebagai bahasa emosi-emosi yang tujuannya sama 

seperti bahasa pada umumnya, yaitu untuk mengkomunikasikan 

pemahaman. Sebagai bahasa musik juga memiliki tata bahasa, sintaksis, 

dan retorika, namun tentunya musik merupakan bahasa yang berbeda. 

Setiap kata-kata memiliki pengertian yang kongkrit, sementara nada-nada 

memiliki pengertian karena hubungannya dengan nada-nada yang lain. 

Kata-kata mengekspresikan ide-ide yang spesifik sedangkan musik 

menyugestikan pernyataan-pernyataan misterius dari pikiran atau 

perasaan. 

Dari beberapa pendapat di atas setidaknya dapat dipahami bahwa 

musik merupakan salah satu cabang seni pertunjukan seperti tari, drama, 

puisi, dan sebagainya. Sebagai sebuah karya seni, musik yaitu  

1 Terjemahan dari:  “ The science and art of the rhytmic combination of tones, vocal or 

instrumental, embracing melody and harmony for the expression of anything possible by 

this means, but chiefly emotional ” (Ewen 1963, vii). 

 5

ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan lewat komposisi jalinan 

nada atau melodi, baik dalam bentuk karya vokal maupun instrumental. 

Di samping itu musik yaitu  suatu karya seni yang tersusun atas 

kesatuan unsur-unsur seperti irama, melodi, harmoni, bentuk atau 

struktur, dan ekspresi. 

1.2.  Manfaat Musik  

Dari perspektif filsafat, musik diartikan sebagai bahasa nurani 

yang menghubungkan pemahaman dan pengertian antar manusia pada 

sudut-sudut ruang dan waktu, di mana pun kita berada. Oleh karena itu 

Nietzsche, seorang filsuf Jerman, meyakini bahwa musik tidak diragukan 

dapat memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan manusia. 

Sehubungan dengan itu ia mengatakan: " Without music, life would be an 

error." Dalam kenyataannya musik memang  memiliki fungsi atau peran  

yang sangat penting sehingga tidak satupun manusia yang bisa lepas 

dari keberadaan musik.  

1.2.1. Musik Sebagai Hiburan 

Aristoteles, filsuf Yunani yang lahir di Stagira pada tahun 384 SM, 

mengatakan bahwa musik mempunyai kemampuan untuk mendamaikan 

hati yang gundah. Sehubungan dengan itu musik memiliki efek terapi 

yang rekreatif dan lebih jauh lagi dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. 

Pandangan Aristoteles ini setidaknya memberikan gambaran kepada kita 

bahwa dalam mengarungi bahtera kehidupannya, manusia tidak selalu 

menjumpai hal-hal yang menyenangkan. Suatu ketika ia bisa mengalami 

peristiwa yang menyedihkan, memilukan, atau bahkan menyakitkan, 

sedangkan di lain waktu, bisa juga mengalami peristiwa yang sungguh 

menyenangkan.  

Musik dapat mempengaruhi hidup seseorang, hanya dengan 

musik, suasana ruang batin seseorang dapat dipengaruhi. Entah apakah 

itu suasana bahagia ataupun sedih, bergantung pada pendengar itu 

sendiri. Yang pasti, musik dapat memberi semangat pada jiwa yang lelah, 

resah dan lesu. Apalagi bagi seseorang  yang sedang  jatuh cinta, musik 

seakan-akan dapat menjadi kekuatan untuk menyemangati perjalanan 

cinta seseorang.  

Sebagai hiburan, musik dapat memberikan rasa santai dan 

nyaman atau penyegaran pada pendengarnya. Terkadang pada saat 

pikiran kita lagi risau, serba buntu, dan tidak tahu apa yang harus 

dilakukan; dengan mendengarkan musik, segala pikiran bisa kembali 

segar. Hasilnya, kita bersemangat kembali mengerjakan sesuatu yang 

tertunda.  

6Di samping itu sebagai hiburan, musik juga dapat menyembuhkan 

depresi, musik terbukti dapat menurunkan denyut jantung. Ini membantu 

menenangkan dan merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas 

emosi dan tidur. Peneliti dari Science University of Tokyo menunjukkan 

bahwa musik dapat membantu menurunkan tingkat stres dan gelisah. 

Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik klasik yaitu  cara 

terbaik untuk membantu mengatasi depresi. 

1.2.2. Musik dan Terapi Kesehatan 

Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika 

seseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di otaknya 

dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja 

sistem tubuh pun mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu 

mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stres seseorang, serta 

mampu meningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan memiliki kaitan 

erat, dan tidak diragukan bahwa dengan mendengarkan musik 

kesukaannya seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati 

yang baik dalam waktu singkat. 

Musik juga memiliki kekuatan memengaruhi denyut jantung dan 

tekanan darah sesuai dengan frekuensi, tempo, dan volumenya. Makin 

lambat tempo musik, denyut jantung semakin lambat dan tekanan darah 

menurun. Akhirnya, pendengar pun terbawa dalam suasana santai, baik 

itu pada pikiran maupun tubuh. Oleh karena itu, sejumlah rumah sakit di 

luar negeri mulai menerapkan terapi musik pada pasiennya yang 

mengalami rawat inap. 

Musik dapat menyembuhkan sakit punggung kronis, ia bekerja 

pada sistem syaraf otonom yaitu bagian sistem syaraf yang bertanggung 

jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung, dan fungsi otak—yang  

mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua sistem 

itu  bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa sakit, kita 

menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan 

ratusan otot dalam punggung. Mendengarkan musik secara teratur 

membantu tubuh santai secara fisik dan mental sehingga membantu 

menyembuhkan dan mencegah sakit punggung. Para ahli yakin setiap 

jenis musik klasik seperti Mozart atau Beethoven dapat membantu sakit 

otot.  

Fungsi kesehatan lain ialah untuk membantu kelahiran. Dengan 

memperdengarkan musik, ibu hamil akan terbantu dalam menghadapi 

rasa sakit saat melahirkan. Bentuk ekspresi melalui musik dapat 

menyembuhkan sakit dalam tubuh dan membantu otot menjadi relaks. 

 7

Dokter menganjurkan jenis musik klasik atau musik masa kini tetapi 

mendengarkan musik pilihan sendiri juga baik. 

Telah terbukti bahwa musik juga sangat membantu anak sebelum 

menjalani operasi. Mendengarkan musik bagi anak yang tengah 

menunggu operasi dapat membantu menyembuhkan ketakutan dan 

gelisah karena musik membantu menenangkan ketegangan otot. 

Meskipun tidak ada musik khusus, musik-musik yang akrab bagi anak-

anak jelas yang terbaik. 

1.2.3. Musik dan Kecerdasan 

Musik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan 

manusia. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan 

sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan 

intelegensia seseorang, yaitu Efek Mendengarkan Musik Mozart. Hal ini 

sudah terbukti, ketika seorang ibu yang sedang hamil duduk tenang, 

seakan terbuai alunan musik tadi yang juga ia perdengarkan di perutnya. 

Hal ini dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat intelegensia 

yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa 

diperkenalkan pada musik. Dengan cara tertentu, otak pun akan 

distimulasi untuk “belajar” segala sesuatu lewat nada-nada musik. Selain 

itu, musik-musik yang berirama klasik yaitu  jenis musik yang dianjurkan 

banyak pakar buat ibu hamil dan si bayi, yaitu bisa mencerdaskan bayi 

dan juga bisa memberi ketenangan buat ibu yang sedang hamil. 

Sehubungan dengan itu  mencegah kehilangan daya ingat. Bagi 

banyak orang yang mengalami kehilangan daya ingat dimana berbicara 

dengan bahasa menjadi tidak berguna. Musik dapat membantu pasien 

mengingat nada atau lagu dan berkomunikasi dengan sejarah mereka. Ini 

karena bagian otak yang memproses musik terletak sebelah memori. 

Para peneliti menunjukkan bahwa orang dengan kehilangan daya ingat 

merespon lebih baik terhadap jenis musik pilihannya. 

1.2.4. Musik dan Kepribadian 

Musik diyakini dapat meningkatkan motivasi seseorang. Bagi 

orang yang berolahraga musik dapat meningkatkan motivasi untuk 

melakukan olahraga yang lebih baik. Untuk selanjutnya pada saat 

berolahraga musik membantu olahragawan untuk meningkatkan daya 

tahan, meningkatkan mood  dan mengalihkan olahragawan dari setiap 

pengalaman yang tidak nyaman selama olahraga. Jenis musik terbaik 

untuk olah raga yaitu  musik dengan musik tempo tinggi seperti hip-hop 

atau musik dansa. 

8Motivasi yaitu  hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan 

dan suasana hati tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan 

muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya, jika 

motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh, lemas, tak ada 

tenaga untuk beraktivitas. Coba saja diingat saat upacara bendera setiap 

Senin pagi yang di dalam upacara itu  kita diwajibkan menyanyikan 

lagu wajib nasional itu, semata-mata kan hanya untuk menimbulkan 

motivasi mencintai negeri, mengenang jasa pahlawan, dan memberi 

semangat baru pada pesertanya. Hal ini seharusnya berlaku juga pada 

irama mars yang merupakan irama untuk mengobarkan semangat 

perjuangan. 

Perkembangan kepribadian seseorang juga mempengaruhi dan 

dipengaruhi oleh jenis musik yang didengar. Sewaktu kecil kita suka 

mendengarkan lagu-lagu anak, sesudah  dewasa kita pun akan memilih 

sendiri jenis musik yang kita sukai. Pemilihan jenis musik yang disukai 

bisa dibilang membantu kita untuk memberikan nuansa hidup yang kita 

butuhkan. 

1.3. Fungsi Musik dalam Masyarakat 

Sebagai bagian dari kesenian yang merupakan salah satu dari  

tujuh unsur kebudayaan universal, musik memiliki fungsi sosial yang 

secara universal umumnya dapat ditemukan di setiap kebudayaan suku 

bangsa manapun di seluruh dunia. 

 1.3.1. Fungsi Ekspresi Emosional 

Pada berbagai kebudayaan, musik memiliki fungsi sebagai 

kendaraan  dalam mengekspresikan ide-ide dan emosi. Di Barat musik 

dipakai  untuk menstimulasi perilaku sehingga dalam masyarakat 

mereka ada lagu-lagu untuk menghadirkan ketenangan. Para pencipta 

musik dari waktu ke waktu telah menunjukkan kebebasannya 

mengungkapkan ekspresi emosinya yang dikaitkan dengan berbagai 

objek cerapan seperti alam, cinta, suka-duka, amarah, pikiran, dan 

bahkan mereka telah mulai dengan cara-cara mengotak-atik nada-nada 

sesuai dengan suasana hatinya. 

1.3.2. Fungsi Penikmatan Estetis 

Pada dasarnya setiap orang telah dikaruniai oleh Tuhan Allah 

dengan berbagai kemampuan belajar (ability to learn ) dan bakat (talent) 

tentang apa saja. Selain bisa belajar dari lingkungan alam dan sosialnya, 

orang juga bisa belajar dari pengalamannya sendiri. Setiap orang 

memiliki kemampuan dan kecepatan berbeda-beda dalam hal mencerap 

 9

atau memahami keindahan tentang apa saja termasuk pula keindahan 

musik.  

Untuk menikmati rasa indah (estetis), maka orang perlu belajar 

dengan cara membiasakan diri mendengarkan musik-musik kesukaannya 

sendiri. Kemudian ia bisa mulai mencoba mendengarkan musik-musik 

jenis lain yang baru didengarnya dan kemudian akan menyukainya. 

Setiap jenis musik memiliki keunikan melodis, ritmis, dan harmonis; 

maupun terkait dengan komposisi dan instrumentasinya.  

1.3.3. Fungsi Hiburan 

Hiburan (entertainment ) yaitu  suatu kegiatan yang 

menyenangkan hati bagi seseorang atau publik. Musik sebagai salah-

satu cabang seni juga memiliki fungsi menyenangkan hati, membuat rasa 

puas akan irama, bahasa melodi, atau keteraturan dari harmoninya. 

Seseorang bisa saja tidak memahami teks musik, tetapi ia cukup 

terpuaskan atau terhibur hatinya dengan pola-pola melodi, atau pola-pola 

ritme dalam irama musik tertentu.  

Jika para penikmat musik klasik sangat senang dengan 

kompleksitas bangun musik dan orkestrasinya, maka pencinta musik pop 

lebih terhibur dengan teks syair, melodi yang menyentuh kalbu, atraksi 

panggung, atau bahkan hanya popularitas penyanyinya saja. Kini musik 

bahkan ditengarai lebih berfungsi hiburan karena industri musik 

berkembang dengan sangat cepat.  

1.3.4. Fungsi Komunikasi 

Musik sudah sejak dahulu dipakai  untuk alat komunikasi baik 

dalam keadaan damai maupun perang. Komunikasi bunyi yang 

memakai  sangkakala (sejenis trumpet), trumpet kerang juga 

dipakai  dalam suku-suku bangsa pesisir pantai, kentongan juga 

dipakai  sebagai alat komunikasi keamanan di Jawa, dan teriakan-

teriakan pun dikenal dalam suku-suku asli yang hidup baik di 

pegunungan maupun di hutan-hutan.  

Bunyi-bunyi teratur, berpola-pola ritmik, dan memakai  alur-

alur melodi itu menandakan adanya fungsi komunikasi dalam musik. 

Komunikasi elektronik yang memakai  telepon semakin hari semakin 

banyak memakai  bunyi-bunyi musikal. 

 

 

10

1.3.5. Fungsi Representasi Simbolik 

Dalam berbagai budaya bangsa, suku-suku, atau daerah-daerah 

yang masih mempertahankan tradisi nenek-moyang mereka; musik 

dipakai  sebagai sarana mewujudkan simbol-simbol dari nilai-nilai 

tradisi dan budaya setempat. Kesenangan, kesedihan, kesetiaan, 

kepatuhan, penghormatan, rasa bangga, dan rasa memiliki, atau 

perasaan-perasaan khas mereka disimbolkan melalui musik baik secara 

sendiri maupun menjadi bagian dari tarian, syair-syair, dan upacara-

upacara. 

1.3.6. Fungsi Respon Sosial 

Para pencipta lagu nasional negara kita  sangat peka terhadap 

adanya kondisi sosial, tingkat kesejahteraan rakyat, dan kegelisahan 

masyarakat. Mereka menciptakan lagu-lagu populer yang memakai  

syair-syair menyentuh perhatian publik seperti yang dilakukan oleh 

Bimbo, Ebiet G. Ade, Iwan Fals, Harry Roesli, Gombloh, Ully Sigar 

Rusady, dan masih banyak lagi. Pada umumnya para pencipta lagu itu 

melakukan kritik sosial dan bahkan protes keras terutama ditujukan 

kepada pemerintah. Para pengamen jalanan juga tak kalah seru 

mengumandangkan lagu-lagu protes sosialnya, misalnya lagu yang 

bertema PNS, penderitaan anak jalanan, generasi muda yang tanpa 

arah, dan lain sebagainya. 

1.3.7. Fungsi Pendidikan Norma Sosial 

Musik banyak pula dipakai  sebagai media untuk mengajarkan 

norma-norma, aturan-aturan yang sekalipun tidak tertulis namun berlaku 

di tengah masyarakat. Para pencipta lagu anak seperti Bu Kasur, Pak 

Kasur, Pak Daljono, AT Mahmud, Ibu Sud—semua berupaya 

mengajarkan anak-anak berperilaku sopan, halus, hormat kepada 

orangtua, cinta keindahan, sayangi tanaman dan binatang, patuh pada 

guru, dan lain sebagainya. Keindahan alam, kesejahteraan sosial, 

kenyamanan hidup, dan semua norma-norma kehidupan bermasyarakat 

telah mendapatkan perhatian yang sangat penting dari para pencipta lagu 

itu . 

1.3.8. Fungsi Pelestari Kebudayaan 

Lagu-lagu daerah banyak sekali berfungsi sebagai pelestari 

budayanya, karena tema-tema dan cerita di dalam syair menggambarkan 

budaya secara jelas. Syair-syair lagu sering juga berasal dari pantun-

pantun yang biasa dilantunkan oleh masyarakat adat dan daerah-daerah 

di negara kita . Budaya Minangkabau dapat dipertahankan keberadaannya 

 11

dengan berbagai cara, tetapi musik Minang sangat jelas karakteristiknya 

yang mudah mewakili daya tarik terhadap tempat berkembangnya 

budaya itu ialah Propinsi Sumatera Barat dan sekitarnya. Lagu-lagu 

Jawa, mulai dari yang klasik hingga kini yang berwarna populer seperti 

musik campursari , digemari masyarakat Jawa Tengah dan Daerah 

Istimewa Yogyakarta untuk melengkapi musik kroncong yang lebih 

dahulu berkembang. Ada budaya Jawa yang dilestarikan melalui syair-

syair berbasa Jawa, melodi-melodi yang bernuansa Jawa dari karawitan. 

Musik Sunda dan sekitarnya di Propinsi Jawa Barat memiliki rasa yang 

sangat khas yaitu  bagian dari upacara-upacara sosial dan keagamaan 

masyarakatnya. negara kita  memiliki kekayaan budaya dan terutama 

musiknya seperti termasuk yang paling dikenal dunia seperti Jawa Timur, 

Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan bahkan Papua. 

1.3.9. Fungsi Pemersatu Bangsa 

Setiap bangsa memiliki lagu kebangsaan (national anthem ) yang 

mewakili citarasa estetik, semangat kebangsaan, dan watak dari budaya 

masing-masing. Lagu kebangsaan negara kita  Raya  ciptaan Wage Rudolf 

Soepratman yaitu  lagu atau musik yang diciptakan untuk 

mempersatukan bangsa negara kita  yang mendiami daerah-daerah di 

wilayah Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil. 

Keaneka-ragaman budaya yang sangat banyak jumlahnya harus 

dirangkum dalam satu kesatuan budaya nasional tanpa meninggalkan 

budaya-budaya lokal. Dalam kesatuan tanah-air, bangsa, dan bahasa; 

negara kita  diperkenalkan kepada dunia melalui negara kita  Raya . Tetapi, 

lagu-lagu nasional negara kita  juga tidak sedikit yang bisa berfungsi 

sebagai pemersatu bangsa sekalipun bukan sebagai lagu kebangsaan, 

contohnya antara lain Berkibarlah Benderaku , Bangun Pemudi-Pemuda , 

Bagimu Negeri , Satu Nusa Satu Bangsa , negara kita  Pusaka , Hari 

Merdeka , Rayuan Pulau Kelapa , Mars Pancasila , Halo-Halo Bandung , 

dan Syukur .  

1.3.10. Fungsi Promosi Dagang 

Musik yang dikreasi untuk kepentingan promosi dagang kini 

banyak berkembang seiring dengan laju pertumbuhan iklan yang 

disiarkan melalui radio-radio siaran dan televisi-televisi swasta terutama 

di Jakarta dan kota-kota besar di negara kita . Musik-musik iklan bisa saja 

dirancang oleh penciptanya secara baru, tetapi juga ada yang berbentuk 

penggalan lagu yang sudah ada, sudah populer, dan digemari segmen 

pasar yang dituju.  

1.4. Musik  Klasik dan Proses Sosial 

 

12

Di atas telah disinggung berbagai pemahaman musik serta 

fungainya sehingga dapat kita maklumi bahwa musik memiliki manfaat 

yang nyata bagi kehidupan manusia pada umumnya dan pada 

kebudayaan tertentu khususnya. Keberadaan musik pada suatu 

kebudayaan yaitu  statu yang wajar karena ia yaitu  bagian dari 

kesenian yang merupakan salah satu dari ciri kebudayaan universal.  

 

Manfaat dan fungsi musik sebagaimana yang telah diuraikan di 

atas mengandung pengertian atau definisi bahwa musik ialah proses 

sosial.  Walaupun musik klasik termasuk ke dalam kategori musik seni 

yang mengutamakan segi estetik dan artistik namun dalam beberapa 

kesempatan secara insidental juga dipakai  sebagai proses sosial.  

Jenis musik klasik yang dipakai  dalam proses sosial seperti misalnya, 

resepsi perkawinan, pengangkatan jabatan, perayaan-perayaan, dan 

sebagainya, biasanya dipilih yang ringan atau bersifat menghibur. 

 

1.5  Musik  Klasik dan Ekspresi Artistik 

 

Walaupun sama-sama memiliki fungsi menghibur, perbedaan 

musik klasik dengan jenis-jenis musik hiburan lainnya yaitu : Sementara 

musik hiburan melayani kebutuhan pelepas lelah maka musik klasik 

melayani rasa haus estetik dan artistik yang lebih tinggi. Pada musik 

hiburan audiens cenderung dilayani sehingga tidak perlu repot-repot 

mencurahkan perhatiannya. Dengan kata lain audiens cenderung 

bersikap pasif. Pada musik klasik audiens tidak semata-mata dilayani tapi 

juga disediakan spasi yang lebih luas untuk mencari sudut-sudut 

kenikmatan dalam suatu karya musik. 

 

Sehubungan dengan itu musik hiburan biasanya sederhana 

sedangkan kekuatannya terletak pada lirik yang didukung oleh melodi 

sederhana yang logis. Dari segi sitem musikal sebenarnya tidak ada 

perbedaan yang signifikan di antara musik hiburan dengan musik klasik 

diatonis; misalnya di antara lagi Ebied G. Ade dan sonata W.A. Mozart. 

Namun pengolahannya yang mendalam pada musik klasik sehingga 

mampu mewadahi tidak hanya semata-mata ekspresi estetis namun juga 

artistik. Audiens musik klasik tidak melulu membutuhkan hiburan tapi 

secara aktif membutuhkan kenikmatan estetis dan artistik. Guna 

memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam mengenai musik klasik 

maka pada bab berikutnya akan dibahas latar sejarah singkat musik 

klasik. 

 

 

 

 

 

 

 13

 

BAB 2 

DOMINASI SISTEM TONAL DALAM SEJARAH MUSIK KLASIK

 

Musik klasik yang hidup pada masa sekarang telah berkembang 

kepada bentuk-bentuk kompleks dan sukar dideteksi. Perkembangan 

itu  ternyata memiliki latar belakang sejarah yang panjang dan unik. 

Mungkin tidak banyak orang yang memahami bahwa sejarah awal musik 

klasik tidak hanya memiliki hubungan latar belakang dengan konsep-

konsep filosofis namun juga dengan konsep-konsep bilangan. Konsep 

itu  tidak hanya menjadi landasan pengembangan musik namun 

juga  estetika secara umum, estetika musik, dan bahkan juga dasar 

pijakan bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern. Konsep bilangan 

dasar Pythagoras (abad ke-6 SM), tetraktys, yang menyangkut  

perbandingan itu  kemudian mengalami perkembangan berabad-

abad, mencapai kesempurnaan, mengalami eksplorasi, hingga akhirnya 

dianggap usang dengan ditemukannya konsep-konsep baru yang tidak 

tergantung dari konsep dasar itu . Sebelum memahami 

perkembangan musik klasik secara lebih rinci, terlebih dahulu dalam bab 

ini akan ditinjau secara umum perkiraan asal mula musik, ev o l u si t e o r i 

a w a l  si s t e m  di a t o n i s ,  d o m i n a s i si s t e m  di a t o n i s .  

2.1. Perkiraan Awal Mula Musik 

Untuk memperkirakan asal mula keberadaan musik, pada 

mulanya para ahli memakai  teori-teori antropologi klasik, khususnya 

teori evolusi kebudayaan. Walaupun dalam beberapa hal teori evolusi 

kebudayaan mendapat kecaman sejak berkembangnya kritik tajam 

terhadap teori evolusi perkembangan manusia sejak masa purba, namun 

hingga saat ini masih tetap dipakai  untuk beberapa keperluan studi 

sejarah musik. Sehubungan dengan itu sebelum membahas perkiraan 

awal mula musik maka terlebih dahulu akan dijelaskan dasar-dasar 

pengetahuan teori evolusi.  

 

2.1.1. Landasan Teoretik Rekonstruksi Sejarah Musik 

Teori evolusi mulanya dikembangkan dalam Biologi oleh Charles 

Darwin (1809-1882) dalam T he Origin of Species (1859), kemudian 

menjadi konsep evolusi sosial universal. Pada paruh kedua abad ke-19, 

teori ini telah mempengaruhi pemikiran para cendekiawan dari berbagai 

bidang ilmu sosial seperti untuk menyelidiki asal mula kelompok keluarga, 

negara, dan religi. Teori evolusi sosial memandang bahwa segala 

sesuatu dalam kehidupan manusia telah berkembang dengan lambat dari 

tingkat-tingkat yang sederhana hingga kompleks (Koentjaraningrat, 1987: 

22-31). 

 

14

Pencetus tokoh evolusi sosial universal ialah Herbert Spencer 

dalam T he Principle of Sociology (1876) yang berpandangan bahwa 

kebudayaan mnanusia telah dan akan berkembang melalui tingkat-tingkat 

evolusi yang berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain. 

Tokoh lain yang mengikutinya ialah Lewis H. Morgan (1818-1918) dalam 

Ancient Society  (1877) yang menggambarkan proses evolusi masyarakat 

manusia melalui tiga tingkat evolusi universal yang meliputi jaman 

sebelum manusia mengenal keramik (savagery ), jaman keramik (masa 

babarism ), dan jaman ketika orang mulai menulis (sivilisasi) Lowie 1938: 

56). Dua tahap pertama masing-masing terbagi menjadi tingkat rendah, 

menengah, dan tinggi.  

 

Teori Morgan itu  dijabarkan oleh Koentjaraningrat menjadi 

Jaman: Liar Tua (sejak manusia pertama hingga penemuan api), Liar 

Madya (hingga pemakaian  busur-panah, Liar Muda (hingga pembuatan 

tembikar), Barbar Tua (hingga bercocok tanam dan berternak), Barbar 

Madya (hingga pembuatan benda-benda logam), Barbar Muda (hingga 

mengenal tulisan), Peradaban Purba, dan Peradaban Masa Kini 

(Koentjaraningrat 1987: 44-45).  

 

Pada saat ini tentu saja teori-teori itu  telah dibantah oleh 

teori-teori baru. Walaupun demikian kerangka berpikir evolusi itu  

ternyata juga bermanfaat dalam merekonstruksi sejarah musik walaupun 

tidak bisa dijamin keakuratannya. Teori ini di antaranya dipakai  untuk 

merekonstruksi sejarah alat musik; seperti yang dipakai  oleh 

Summerfield (1982) dan Grinfeld (1969) tentang evolusi alat musik gitar 

dari sejak tahun 1300 SM hingga kini. Upaya yang serupa tentunya juga 

dilakukan untuk merekonstruksi instrumen-instrumen lain seperti biola, 

piano, dan sebagainya, yang merupakan alat musik berdawai. 

 

2.1.2. Dugaan Permulaan Musik 

Tak seorangpun mengetahui kapan orang mulai membuat musik. 

Boleh jadi secara alami musik sudah mulai dimainkan ketika pertama kali 

manusia hadir di muka bumi ini. Tampaknya bagi masyarakat primitif 

musik merupakan cara alami untuk mengekspresikan emosi-emosi yang 

mendasar seperti bahagia, marah, cinta, dan juga rasa kagum terhadap 

hal-hal ghaib atau kekuatan alami.  

 

Sebagian dari musik dicipta untuk mengiringi tari-tarian ritual atau 

orang bekerja. Ketukan kaki dan tepukan tangan diduga merupakan 

instrumen pertama mereka. Secara bertahap kemudian orang mulai 

menemukan  cara memproduksi suara yaitu dari cekungan semacam 

buah labu yang dipukul dengan tongkat atau dengan ditiup. sesudah  

memperhalus bunyi-bunyi itu  mereka mulai mengkombinasikan 

nada-nada dan ritme dengan  berbagai cara sehingga lahirlah seni musik. 

 15

Namun pada tahap itu  seni musik masih jauh dari pengertian musik 

serius atau musik sebagai seni murni (fine art) karena masih dipenuhi 

dengan dorongan-dorongan emosi primitif. Selama kurang lebih 2000 

tahun, para musisi memperhalus elemen-elemen musik, 

mengembangkan dan mengorganisasikan ke dalam struktur yang lebih 

kompleks. Dengan suatu kekuatan mendramatisasi suasana maka 

tercapailah kondisi musik serius seperti yang kita dengar saat ini  (Barry, 

1965). 

 

Bila kita perhatikan dugaan proses lahirnya seni musik itu , 

maka secara keseluruhan memiliki kemiripan dengan teori evolusi 

kebudayaan Morgan, bahwa masyarakat manusia berevolusi melalui tiga 

tahap perkembangan. Pada tingkat pertama yang berlangsung sebelum 

penemuan tembikar, yaitu pada saat ditemukannya api, musik masih 

sangat sederhana. Pada saat itu, di samping musik dihasilkan melalui 

pemakaian  tubuh mereka sendiri sebagai instrumen, juga dengan 

memukul benda-benda. sesudah  busur panah ditemukan timbullah ide 

untuk mengembangkan alat musik berdawai. Di samping itu timbul pula 

ide untuk membuat musik pengiring upacara ritual sebelum berburu yang 

gerakan-gerakannya menirukan tingkah laku binatang-binatang. 

 

Pada jaman Barbar, saat manusia menemukan keramik, yang 

disusul dengan awal dari ketrampilan beternak dan bertani, 

berkembanglah musik pengiring orang bekerja dan juga pengiring ritual 

syukuran, misalnya saat panen. Karena pada masa ini orang sudah 

pandai membuat logam maka dibuatlah alat-alat musik perkusi seperti 

gong, gamelan, dan sebagainya. Ketika memasuki tahap sivilisasi, 

manusia mulai mengenal tulisan sehingga tumbuhlah ide untuk 

menotasikan dan mempublikasikan musik. Dengan demikian terjadilah 

interaksi yang baik di antara konsep dan praktik musik. Sejak itu musik 

klasik mengalami perkembangan yang intensif hingga mencapai 

puncaknya dan menjadi berbeda sesudah  melewati abad ke-20. 

 

Sumber-sumber tertulis baik dalam bentuk catatan-catatan, notasi 

musik, maupun teori musik, merupakan bahan primer dalam penyusunan 

sejarah musik. Sementara itu relief-relief yang terukir pada dinding gua-

gua dan kuburan-kuburan merupakan data-data sekunder. Data-data 

musikal mengenai musik tertua di Eropa ialah musik Yunani, sementara 

itu di Timur ialah Mezopotamia (kira-kra tahun 3000 SM), sedangkan di 

Asia ialah Cina dan India. Musik klasik (non tradisional) yang kita kenal 

sekarang berawal dari Eropa abad ke-6 SM. Sebelum masa itu Eropa 

juga memakai  lat-alat musik yang sama dengan yang ada di Timur 

dan Asia, yaitu alat musik petik atau berdawai. 

 

Ide-ide teoretis bangsa-bangsa di luar Eropa pada beberapa abad 

sebelumnya merupakan warisan yang berharga, namun karena terikat 

16

oleh tradisi maka musik serius atau klasik dan juga instrumen-instrumen 

mereka tidak berkembang terlalu jauh dari aslinya. Walaupun demikian 

sementara kebudayaan musik di Eropa cenderung sejalan atau menyatu 

karena antara satu bangsa dengan bangsa yang lainnya senantiasa 

berinteraksi, musik-musik non Eropa memiliki varian yang sangat kaya. 

Kini idiom-idiom musik itu  menjadi daya tarik para komponis klasik 

sebagai bahan komposisi dan penyelidikan ilmuwan-ilmuwan musik. 

 

Walaupun juga tidak terhindar dari keterkaitannya dengan 

kepercayaan terhadap hal-hal mistis, bangsa Eropa berusaha 

melepaskan diri dari tradisi yang mengikatnya bahkan mungkin juga 

keyakinan agamanya. Sehubungan dengan itu, dengan konsep pemikiran 

rasional mereka memformulasikan dan mengembangkan konsep-konsep 

dasar teori musik. Penemuan-penemuan dalam bidang teori musik 

kemudian dikembangkan oleh para musisi, maka dengan adanya 

interaksi di antara penemuan teori musik dan pembuatan musik maka 

evolusipun terjadi secara bertahap.  

 

2.2. Teori Awal Sistem Diatonik 

Saat ini kita mengenal berbagai sistem musik yang diterapkan 

pada kebudayaan-kebudayaan yang berbeda. Sistem yang paling 

mendasar pada musik ialah tanga nada atau skala nada (tone scale). 

Pada kebudayaan-kebudayaan Timur umumnya yang dipakai  ialah 

skala pentatonik (penta = lima; tonik  = nada), yaitu sistem skala yang 

terdiri dari lima nada sedangkan dalam kebudayaan Barat ialah diatonik 

(dia = tujuh) yaitu skala tujuh nada.  Evolusi awal sistem diatonik meliputi 

pembahasan konsep bilangan Pythagoras dan pengembangannya, 

formulasi skala nada mayor dan minor, solusi terts Pythagoras dalam alat 

musik dan komposisi musik. 

 

2.2.1. Konsep Bilangan Pythagoras 

 Teori yang berkaitan dengan interval skala diatonik tumbuh 

bersamaan dengan kelahiran filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Bangsa 

Yunani pada masa itu memiliki keunggulan yang seimbang pada banyak 

bidang. Konsep dasar estetika mereka ialah keselarasan dan 

keseimbangan sehingga dalam kesenian mereka ada  rasionalitas 

yang unggul (Bertens 1075, 22). 

 

Pythagoras mengawali penemuannya tentang interval melalui 

eksperimennya pada monochord, sebuah alat musik kuno berdawai yang 

ditala, yang dengan media itu  ia merumuskan interval oktaf, kwint 

dan kwart, dengan cara membagi-bagi dawai secara proporsional. 

Interval pertama atau prime  diperoleh dengan membagi dawai-dawai 

itu  menjadi dua bagian atau dengan perbandingan 1:2. Interval 

 17

kwint  diperoleh dengan membagi dawai menjadi tiga bagian, atau 2:3, 

dan kwart menjadi empat bagian atau 3:4 (Beardsley, 1966, 27-28).2 

Dengan rangkaian enam buah kwint maka tersusunah skala diatonik 

dengan dua interval sekonde kecil (semi tone ) dengan istilah Latin limma, 

dan sekonde besar dengan istilah Tonus (Sadie 1980, Vol. 15, 486).  

 

 

F - C - G - D - A - E - B Lingkaran Kwint 

 1  2  3  4  5  6  

              

Tangga Nada C - D - E - F - G - A - B 

  1  1  1/2  1  1  1  

  

Ilustrasi 1: Lingkaran Kwint dan jarak nada Limma dan Tonus  

 

Keempat bilangan pertama pada perbandingan Pythagoras 

berperan dalam menghasilkan bilangan 10 dalam suatu segitiga yang 

disebut tetraktys : 

 

 

   Ɣ    

  Ɣ  Ɣ   

 Ɣ  Ɣ  Ɣ  

Ɣ  Ɣ  Ɣ  Ɣ

 

 

Ilustrasi 2: tetraktys  Pythagoras 

    

 

Tetraktys menyatakan bahwa nada-nada musikal merupakan 

gejala fisis yang dikuasai oleh hukum matematis. Oleh karena itu suatu 

realitas dapat dicocokkan dengan kategori-kategori matematis dari rasio 

manusia. Pythagoras berpendapat bahwa nada-nada musikal dapat 

dijabarkan ke dalam perbandingan antara bilangan-bilangan sehingga 

dari hal itu  ia menarik kesimpulan bahwa segala sesuatu yaitu  

bilangan merupakan unsur yang ada  dalam segala sesuatu.  

 

222 IIInnnttteeerrrvvvaaalll    aaadddaaalllaaahhh   jjjaaarrraaakkk   dddaaarrr iii    sssaaatttuuu   nnnaaadddaaa   kkkeee   nnnaaadddaaa   yyyaaannnggg   lllaaa iiinnnnnnyyyaaa...    DDDaaarrr iii    nnnaaadddaaa   pppeeerrr tttaaammmaaa   kkkeee   nnnaaadddaaa   

pppeeerrr tttaaammmaaa   yyyaaannnggg   lllaaa iiinnn   aaatttaaauuu   pppeeennnggguuu lllaaannngggaaannnnnnyyyaaa   dddiiissseeebbbuuuttt    PPPrrr iiimmmeee   ((( IIInnnggggggrrr iii sss :::    fff iii rrrsssttt ))) ,,,    dddaaarrr iii    nnnaaadddaaa   pppeeerrr tttaaammmaaa   

kkkeee   nnnaaadddaaa   kkkeeeddduuuaaa   yyyaaannnggg   bbbeeerrruuurrruuutttaaannn   ttt iii nnngggkkkaaattt    kkkeeettt iiinnnggggggiiiaaannnnnnyyyaaa   dddiiissseeebbbuuuttt    ssseeekkkooonnndddeee   (((ssseeecccooonnnddd ))) ,,,    

kkkeeemmmuuuiiidddiiiaaannn   ssseeettteeerrruuusssnnnyyyaaa,,,    ttteeerrr tttsss ,,,    kkkwwwaaarrr ttt ,,,    kkkwwwiiinnnttt ,,,    ssseeekkkttt ,,,    ssseeepppttt iiimmmeee,,,    dddaaannn   oookkktttaaafff ...    AAAkkkaaannn   dddiii iii jjj eee lllaaassskkkaaannn   llleeebbbiiihhh   

rrr iiinnnccc iii    pppaaadddaaa   bbbaaabbb   bbbeeerrr iii kkkuuutttnnnyyyaaa...    

18

Prinsip bilangan yaitu  ganjil dan genap, terbatas dan tak 

terbatas. Oktaf yaitu  harmoni yang dihasilkan dengan menggabungkan 

hal yang berlawanan yaitu 1 dan 2. Demikian juga dengan seluruh alam 

semesta merupakan suatu harmoni yang merupakan hal-hal yang 

berlawanan (Beardsley 1966). Ajaran Pythagoras ini tampaknya sejalan 

dengan konsep keindahan Socrates yang ditulis oleh Plato dalam 

symposium .3 Dengan demikian Pythagoras memiliki pandangan yang 

bertentangan dengan konsep Anaximandros tentang alam bahwa kosmos 

seluruhnya terdiri dari hal yang berlawanan.  

 

2.2.2. Penyesuaian Interval Pythagoras 

Secara bertahap seiring dengan perkembangan musik, orang 

mulai merasa janggal dengan interval terts besar Pythagoras, hal 

itu  dirasakan karena dalam praktiknya orang sudah cenderung 

memakai  trinada pokok seperti yang kita kenal saat ini yaitu Tonika 

(akor pertama), Dominan  (akor kelima) dan Sub Dominan (akor 

keempat).4 Pada masa Pythagoras kejanggalan seperti itu belum begitu 

dirasakan karena pada waktu itu musik yang berkembang dalam 

masyarakat hanya terdiri dari satu suara ( monophony ), sehingga tidak 

membutuhkan trinada atau akor. 

 

 Kalau formasi teoretis tentang skala murni merupakan reaksi 

terhadap sistem Pythagoras, maka hal itu  seiring pula dengan 

perkembangan konsep estetik yang bereaksi terhadap pandangan estetik 

3 tokoh Yunani (Sokrates, Plato, Aristoteles). Aliran filsafat yang 

berkembang pada saat itu disebut ”Neoplatonisme” yang dicetuskan oleh 

Marsilio Ficino (1433-1499) yang merupakan penerjemah Plotinus dan 

karya lengkap Plato pertama dalam bahasa Latin. Filsafat Ficino 

merupakan gabungan ide-ide, daya tarik ide-ide itu  yaitu  

keindahan yang merupakan hasrat cinta.5 

 

 Daya tarik suatu keindahan ditemukan dalam harmoni yang 

tersusun dari elemen-elemen seperti kebaikan-kebaikan jiwa, warna-

warna serta garis-garis pada benda yang tampak, dan dari bunyi musik 

3Sesuai dengan yang disebutkan oleh Dickie (1971): ”The general theme of the 

Symposium  is love. Each of the caracters in the dialogue gives a speech abouth love, and 

the quistion of beauty arises becouse it is concluded that beauty is the object  of love.” 

   

444AAAkkkooorrr    iiiaaa lllaaahhh   rrraaannngggkkk iiiaaannn   nnnaaadddaaa---nnnaaadddaaa   yyyaaannnggg   ddd iiisssuuusssuuunnn   ssseeecccaaarrraaa   vvveeerrr ttt iii kkkaaalll    dddaaannn   ddd iiibbbuuunnnyyyiiikkkaaannn   ssseeecccaaarrraaa   

sss iiimmmuuulll tttaaannn...       AAAkkkooorrr    pppeeerrr tttaaammmaaa   ddd iiibbbaaannnggguuunnn   ddd iii    aaatttaaasss    nnnaaadddaaa   pppeeerrr tttaaammmaaa,,,    dddeeemmmiiikkk iiiaaannn   pppuuulllaaa   dddeeennngggaaannn   aaakkkooorrr    

kkkeeeeeemmmpppaaattt    dddaaannn   kkkeeelll iiimmmaaa...    

   

555 SSSeeesssuuuaaa iii    pppaaannndddaaannngggaaannn      BBBeeeaaarrrdddsss llleeeyyy   (((111999666666))) :::    ”” ” TTThhhiiisss    cccooommmpppooosss iii ttteee   ooofff    aaalll lll    ttthhheee   FFFooorrrmmm   aaannnddd   IIIdddeeeaaasss   wwweee   cccaaa lll lll    

iiinnn   LLLaaattt iiinnn   aaa   MMMuuunnnddduuusss ,,,    aaannnddd   iiinnn   GGGrrreeeeeekkk,,,    aaa   cccooosss mm m ooosss ,,,    ttthhhaaattt    iii sss ,,,    OO O rrrdddeeerrr lll iii nnneeessssss ...    TTThhheee   aaattt ttt rrraaacccttt iii vvveeennneeessssss   ooofff    ttthhhiii sss    

OO O rrrdddeeerrr lll iiinnneeessssss   iii sss    BBBeeeaaauuuttt yyy...    LLLooovvveee   ttthhheeennn   iii sss    dddeeefff iiinnneeeddd   aaasss   ’’ ’ ttthhheee   dddeeesss iii rrreeesss   fffooorrr    BBBeeeuuuttt yyy ’’ ’ ... ”” ”    

   

 19

(Beardsley, 1966). Filsuf lain yang semasa dengan Ficino ialah Leon 

Battista Alberti (1409-1472), ia mendefinisikan keindahan lebih 

merupakan suatu tingkatan harmoni tertentu daripada harmoni sebagai 

syarat keindahan.6  

 

Kedua filsuf itu  menyimpulkan bahwa keindahan berkaitan 

erat dengan harmoni yang terbentuk dari elemen-elemen, dan keindahan 

merupakan tingkatan tertentu dari harmoni. Demikian juga dengan 

perkembangan musik, harmoni yang tadinya diartikan sebagai interval-

interval melodis yang terbentuk dari angka ganjil dan genap, pada abad 

ke-15 diartikan sebagai gabungan dari beberapa interval yang dibunyikan 

secara simultan, jadi pemikiran estetik pada masa itu sejalan dengan 

perkembangan musik. 

 

Walaupun terts murni pertamakali diformulasikan Bartolomeo 

Ramos de Pareia (1440-1491) di Spanyol, gejalanya telah tampak sejak 

masa Yunani, yaitu pada tetrachord.  Archytas (427-374 SM) dan 

Erastosthenes (280-195 SM), tapi masih berada dalam tetrachord 

enharmonis. Interval terst murni baru tampak pada tetrachord diatonon 

Dymus (lahir tahun 63 SM) yang intervalnya sama dengan tangga minor. 

Kemudian interval itu  dijumpai dalam tetrachord  diatonon syntonon 

dari Ptolemaios (100-180 M). 

 

Untuk memenuhi tuntutan itu , terts Pythagoras harus diganti 

dengan ”terts murni”, 7 yaitu interval yang dihasilkan dengan menurunkan 

1 Koma Dydimus pada ketiga trinada pokok. Dalam ilmu akustika musik 

interval Dydimus itu  dikenal dengan istilah syntonische komma 

(Riemann 1967, 409-414). 

 

 

 

 

 

 

 

666 SSSeeebbbaaagggaaaiiimmmaaannnaaa   dddiiissseeebbbuuutttkkkaaannn   ooo llleeehhh   DDDiiiccckkk iiieee   (((111999777111))) :::    ”” ” HHHeee   ddd iii fff iiinnneeesss    bbbeeeaaauuuttt yyy   iiinnn   ttteeerrrmmm   ooofff    aaa   hhhaaarrrmmmooonnnyyy   ooofff    

pppaaarrr tttsss    iiinnn   wwwhhhiiiccchhh   aaannnyyy   ccchhhaaannngggeee   wwwooouuulllddd   bbbeee   fffooorrr    wwwooorrrssseee...    TTThhhiiisss    dddeeefff iiinnn iii ttt iii ooonnn   ssseeeeeemmmsss   tttooo   eeennntttaaaiii lll    ttthhhaaattt    bbbeeeaaauuutttyyy    

iii sss    iiidddeeettt iii cccaaalll    wwwiii ttthhh   aaa   ccceeerrr tttaaa iiinnn      dddeeegggrrreeeeee   ooofff    hhhaaarrrmmmooonnnyyy,,,    rrraaattthhheeerrr    ttthhhaaannn   hhhaaarrrmmmooonnnyyy   bbbeeeiiinnnggg   aaa   cccooonnndddiii ttt iiiooonnn   ooofff    

bbbeeeaaauuuttt yyy...    

777 IIIsss ttt iii lllaaahhh   ““ “ mmmuuurrrnnniii ”” ”    dddaaalllaaammm   hhhaaalll    iii nnn iii    mmmuuunnngggkkk iiinnn   kkkaaarrreeennnaaa   ttteeerrr tttsss    PPPyyyttthhhaaagggooorrraaasss   yyyaaannnggg   dddiii tttuuurrruuunnnkkkaaannn   aaadddaaalllaaahhh      

fffeeennnooommmeeennnaaa   aaa lllaaammmiii    yyyaaannnggg   ddd iii rrraaasssaaakkkaaannn   ttt iiiaaappp   ooorrraaannnggg   hhhiiinnnggggggaaa   sssaaaaaattt    iiinnn iii ...    

20

Tabel 2: Penyesuaian Perbandingan Pythagoras8 

 

SIMBOL TRINADA KONSTRUKSI PERBANDINGAN 

I Tonika Do : Mi : Sol 4:5:6 

IV Sub Dominan Fa : La : Do 4:5:6 

V Dominan Sol : Si : Re 4:5:6 

 

 

 

Dengan demikian keberadaan terts murni yang memiliki 

perbandingan 5/4 sebagaimana tertulis dalam tabel di atas, merupakan 

tingkat perbandingan kelima, yaitu kelanjutan dari tetraktys Pythagoras. 

Penyesuaian itu  telah menghasilkan tangga nada murni yaitu 

yangga nada Pythagoras yang telah mengalami perubahan pada nada 

ketiga, keenam, dan ketujuh (mi, la, dan si). Jika kedua tagga nada 

itu , yaitu tangga nada murni dan tangga nada Pythagoras 

dibandingkan maka perbedaannya akan tampak sebagai berikut: 

 

 

 

Tangga Nada 

Pythagoras : 

 

Do 

  

Re 

  

Mi 

  

Fa 

  

Sol 

  

La 

  

Si 

  

Do 

 9/8 9/8 256/243 9/8 9/8 9/8 256/243  

                

Tangga nada 

Murni: 

 

Do 

  

Re 

  

Mi 

  

Fa 

  

Sol 

  

La 

  

Si 

  

Do 

 9/8 10/9 16/15 9/8 10/9 9/8 16/15  

 

 

Ilustrasi 3: Penurunan Terts Pythagoras.  

 

 Hasil penurunan terts Pythagoras kemudian dirumuskan  ke 

dalam tangga nada mayor oleh Ramos de Pareia dan dituangkan ke 

dalam bukunya Music Practica (Bologna, 1482). Ia sebenarnya hanya 

meneruskan sistem Pythagoras hingga yang keenam. Sehubungan 

dengan itu sitem Pareiea dikenal dengan sebutan senarius (Sadie, Op. 

15, 576-577). 

 

 

888KKKeeettteeerrraaannngggaaannn:::    (((111))) ...    GGGaaarrr iii sss    bbbaaawwwaaahhh   pppaaadddaaa   kkkeeettt iiigggaaa   nnnaaadddaaa   ttteeennngggaaahhh   kkkooonnnsssttt rrruuukkksss iii    ttt rrr iiinnnaaadddaaa   ttteeerrrssseeebbbuuuttt    

mmmeeennnuuunnnjjjuuukkkkkkaaannn   bbbaaahhhwwwaaa   nnnaaadddaaa   ttteeerrrssseeebbbuuuttt    ddd iii tttuuurrruuunnnkkkaaannn   sssaaatttuuu   sssyyynnntttooonnniiisssccc hh h eee   kk k ooo mm m mm m aaa ...    (((222)))    pppeeennnaaammmaaaaaannn   

nnnaaadddaaa---nnnaaadddaaa   mmmeeennngggggguuunnnaaakkkaaannn   sss iii ttteeemmm   pppeeennnggguuucccaaapppaaannn   vvvoookkkaaalll    (((dddooo,,,    rrreee,,,    mmmiii ,,,    fffaaa,,,    sssooolll ,,,    lllaaa,,,    sss iii )))    aaagggaaarrr    llleeebbbiiihhh   

mmmuuudddaaahhh   dddiiipppaaahhhaaammmiii ...    

 21

2.3. Formulasi Interval Pythagoras 

 Reaksi terhadap formulasi Pareia ternyata baru ada sesudah  

hampir satu abad kemudian, yaitu dari Gioseffo Zarlino (1517-1590) di 

Italia. Dengan berpedoman kepada Pareia dan juga ahli teori musik 

Yunani terakhir yaitu Ptolemaios, Zarlina mengembangkan sistem 

pembagian senarius. 

 

 Dalam bukunya Le Institutioni Harmoniche  (Venice,1558) Zarlino 

meletakkan landasan yang kokoh tentang susunan tangganada mayor 

dan minor. Di samping menolak terts Pythagoras ia juga menentang 

tangganada hexachord  dari Guido Aretinius von d’Arezo (sekitar 

tahun1050) yang menolak nada ’si’, karena dengan tidak adanya nada 

itu  maka tidak bisa dibentuk akor atau trinada dominan. Dalam 

menyusun sebuah tangganada Guido d’Arezzo menggabungkan dua 

tetrachord  yang sama secara bersambung untuk menghindari interval 

tritonus yang ditimbulkan oleh nada ke-7 (si), sehingga tangganada 

hanya terdiri enam nada (do, re,mi, fa, sol, la). 

 

 Zarlino menyusun tangganada mayor dan minor dengan 

memakai  media yang serupa seperti yang dilakukan oleh 

Pythagoras yaitu memakai  perbandingan panjang–pendeknya 

dawai, tetapi ia melakukannya dengan cara yang berbeda. Tangganada 

mayor diperolehnya dengan melakukan pembagian harmonis dengan 

cara membagi senar hingga pembagian yang keenam: 

 

 

Tabel 3 : Pembagian Harmonis 

 

Sedangkan untuk memperoleh tangganada minor, ia melakukan 

penyusunan aritmatik yang juga berhenti pada urutan keenam. Pertama 

ia menentukan unit terkecil dari panjang dawai, kemudian dikalikan 

secara bertingkat: 

 

Tabel 4: Susunan Aritmatis 

 

Dikalikan 1 2 3 4 5 6 

Interval Bawah 1st 8th 5th 4th 3th 5th 

Nada-nada bawah E’ E A E C A 

 

 

Dawai dibagi 1 1/2 1/3 1/4 1/5 1/6 

Interval Atas 1st 8th 5th 4th 3th 5th 

Nada-nada Atas C C’ G’ C’’ E’’ G’’ 

22

Dari kedua cara yang dilakukan Zarlino itu  dapat dimaklumi 

bahwa tangganada mayor yaitu  kebalikan dari tangganada minor. Para 

ahli sebelumnya beranggapan bahwa kedua tangganada itu  

masing-masing berdiri sendiri. 

 

 Pada abad ke-17 berikutnya, sistem pembagian dawai sudah 

tidak dipakai  lagi. Jadi, dalam menyusun tangganada maupun 

harmoni para ahli memakai  deretan nada ”alam”. Teori pertama 

tentang nada-nada ”alam” dikemukakan oleh Marin Mersene dalam 

Hamonie  Universelle  (Paris,1636-37), seorang filsuf yang juga ahli fisika. 

  

Para ahli teori musik di abad ke-20 berselisih pendapat tentang 

penemu overtone-series . Umumnya mereka menduga bahwa penemunya 

yaitu  Joseph Sauveur, seorang ahli fisika dalam Memoires de 

L’Academie Royale des Sciences  (Paris,1701). Namun, pendapat 

itu  ditentang oleh Dr. Helmut Ludwig bahwa Marin Mersene telah 

menemukan overtone-series  secara tuntas dan mendemonstrasikannya 

pada dawai-dawai rendah dari alat musik lute dengan frekuensi 1:2:3:4:5. 

Jadi,  Joseph Sauveur hanya melanjutkan saja  dengan pembuktian 

secara fisika. 

 

 Zaman Zarlino dan Mersena mungkin jarang disebut dalam 

sejarah musik, karena kedua tokoh itu  tidak berkaitan secara 

langsung dengan karya-karya musik. Namun demikian, dalam sejarah 

estetika kedua ahli itu  dikenal sebagai pemikir estetik untuk periode 

Renaisans yang banyak berbicara tentang musik dan puisi. 

 

 Penemuan kedua ahli musik musik dan juga fisika itu  

kemudian diformulasikan ke dalam teori musik yang merupakan dasar-

dasar pengembangan teori musik di abad-abad berikutnya, oleh Jean 

Philippe Rameau (1683-1764) dalam Traite de L’Harmonie  (Paris,1722) 

ia menerapkan penemuan overtone-series  ke dalam ilmu harmoni 

sehingga sekarang orang menyebutnya sebagai ”Bapak Harmoni”. Ia 

menjelaskan bahwa semua musik dapat disusun oleh harmoni dari 

prinsip-prinsip alami: ”Rameau maintained that all music is founded on 

harmony, which arises from natural principles derived from the 

mathematical and physical bases of a vibrating body (corp sonore)” . 

Dengan dasar penemuan Zarlino yang mengadopsi perhitungan 

matematis senario dan pemakaian  metodologi  empiris Descrates, ia 

berpendapat bahwa  kesatuan harmoni yang esensial, terwakili dalam 

bunyi dasar (foundamental sound ). 

 

 

 

 

 

 23

2.4. Solusi Interval Pythagoras dalam Alat Musik dan Komposisi 

 

 Penyelesaian persoalan terts Pythagores secara teori juga diikuti 

dengan usaha penyelesaian dalam alat-alat musik yang memiliki nada-

nada tetap sperti spinet, clavicimbel, dan harpsichord. 

 

 Persoalan pertama timbul karena dalam beberapa hal sistem 

Pythagoras bertentangan dengan sistem murni. Oleh karena itu 

penyelesaian dilakukan dengan  melalui dua tahap. Kompromi tahap 

pertama, ditujukan agar pada alat-alat itu  diadakan penalaan yang 

menghasilkan tangganada yang dapat memainkan sistem murni, 

sedangkan sisanya menjadi sumbang. Oleh karena itu modulasi hanya 

dapat dilakukan secara  terbatas. 

 

 Kompromi tahap ini dipelopori oleh Arnold Schlick dalam Spiegel 

der Orgel Macher und  Organiste  (Mainz,1577). Sistem penalaan yang 

dipeloporinya dikenal dengan istilah Mittelton-Temperatur , caranya 

yaitu  dengan membagi perbedaan kedua terts menjadi empat. Terts 

Pythagoras yang lebih tinggi satu syntonische komma  dari terts murni 

itu  dihasilkan dengan cara merangkaitkan empat kwint Pythagoras, 

maka setiap seperempat syntonische komma  itu  ditambahkan 

kepada keempat kwint yang membentuknya. 

 

 sesudah  perkembangan musik semakin maju orang mulai 

menuntut kompromi tahap berikutnya, karena kemudian musik menuntut 

modulasi yang lebih banyak. Kompromi tahap akhir ini diperoleh oleh 

Johann George Neithardt dalam Erschopfte, Mathematische 

Abtheiklungen der Diatonische-Chromatischen, Temperirten Canonis 

Monochordi (Berlin,1732).  Adapun sistemnya disebut Wohl Temperierte 

Stimung , kali ini masalah pertentangan kedua terts dapat diselesaikan 

dengan membagi oktaf menjadi 12 nada yang interval di antara nada-

nadanya memiliki jarak yang sama besar. 

 

 Penyelesaian masalah terts Pythagoras pada instrumen-

instrume