roti 1









































































Setelah mengenal dan memahami topik tentang pengetahuan bahan roti yang 
dibahas pada Bab II, dan Bab III topik tentang mengenal dan memahami 
peralatan untuk mengolah roti dan kue. Pada Bab IV topik adonan yeast, 
maka akan dibahas langkah-langkah mengolah atau memproduksi adonan 
yeast dari mulai persiapan hingga produk masuk ke dalam oven. Semua 
produk yang menggunakan yeast dapat di kategorikan sebagai produk roti. 
Pemahanan yang penting dalam pengolahan roti adalah: 
- Pembangunan gluten (mixing and gluten development).
- Fermentasi yeast.
1. LANGKA-LANGKA PRODUKSI ADONAN YEAST (Steps in Yeast 
Dough Production)
Pada umumnya ada 12 langkah dasar untuk membuat adonan yeast hingga 
menjadi roti, langka-langka tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tahapan Penimbangan Bahan (Scaling ingredients):
- Penimbangan semua bahan dengan tepat dan akurat.
- Untuk bahan cair seperti air, susu, dan telur dapat diukur dengan 
volume.
2) Tahapan Pencampuran (Mixing)
Pada tahapan pencampuran semua bahan kering yaitu tepung terigu, 
yeast, gula, dan susu tepung bila diperlukan sesuai resep (recipe), garam 
yang akan digunakan terlebih dahulu dilarutkan dengan air, campurkan 
semua bahan kering dengan cairan (air atau susu cair). Tujuan dari 
pencampuran adalah sebagai berikut:
a. Untuk menggabungkan semua bahan tercampur dengan rata 
b. Untuk mendistribusikan yeast secara merata ke seluruh adonan.
c. Untuk mengembangkan gluten. 
 Metoda pencampuran ada tiga macam yaitu
a. Metoda Pencampuran Langsung (The straight dough method).
Semua bahan kering dicampur aduk rata dalam mangkuk, campurkan 
yeast yang telah dilarutkan dengan air, satukan hingga menjadi suatu 
adonan, dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau 
menggunakan mixer adonan (dough mixer). Tahapan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
(1) Melarutkan yeast pada wadah terpisah- Menggunakan yeast segar dilarutkan dengan air 1:2, suhu air 100°F 
(38°C).
- Menggunakan yeast kering aktif dilarutkan dengan air 1:4, suhu air
105o F (40 ° C).
(2) Campurkan bahan kering dengan yeast yang telah dilarutkan, dan 
sisa air yang digunakan.
(3) Setelah adonan licin atau kalis, adonan ditutup plastik transparan 
(plastic wrap) hingga mengembang dua kali lipat dari adonan 
semula.
b. Metoda Pencampuran Modifikasi Langsung (The modified straight dough 
method). Metoda ini digunakan untuk membuat adonan atau roti manis 
(rich dough), metoda pencampuran modifikasi digunakan agar supaya 
distribusi gula & lemak dapat merata. Tahapan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
(1) Melarutkan yeast pada wadah terpisah.
(2) Campurkan lemak, gula, garam, krim susu, dan penambah rasa 
seperti vanilla sampai tercampur dengan baik dan merata.
(3) Tambahkan telur satu persatu sambil diaduk.
(4) Tambahkan cairan bila diperlukan sesuai resep.
(5) Tambahkan tepung terigu dan larutan yeast, diaduk hingga rata 
adonan licin dan kalis. 
c. Metoda Spons (The sponge method)
Metoda spon dilakukan dengan cara dua tahap:
(1) Membuat adonan spon dinamakan juga yeast starter atau pra�fermentasi, caranya yeast yang telah dilarutkan campurkan dengan 
sebagian tepung terigu yang akan digunakan diaduk rata, biarkan 
selama empat sampai delapan jam hingga berbusa.
(2) Adonan yeast starter atau pre-fermentasi kemudian dicampurkan 
dengan sisa tepung terigu diaduk hingga halus dan kalis. Membuat
pra-fermentasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, akan 
dibahas secara khusus pada topik pra-fermentasi.
3) Tahapan Fermentasi (Fermentation)
Suatu proses adonan yang telah dicampur dengan tepung, gula dan yeast
yang telah dilarutkan, menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan 
alkohol, sehingga gluten menjadi halus, elastis dan mengembang. Adonan 
mengembang disebabkan adanya gas yang terperangkap dalam jaringan 
gluten tersebut. Beberapa istilah yang perlu diketahui sehubungan dengan 
proses fermentasi yaitu:
- Under-fermented atau young dough: adonan yang kurang mengembang 
maksimal dan menyebabkan tekstur adonan kasar. 
- Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal: takaran yeast yang 
diperlukan kurang dari yang ditentukan resep, lamanya fermentasi 
yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan pada resep, suhu 
untuk fermentasi terlalu rendah. - Over-fermented atau old dough: fermentasi yang dilakukan terlalu lama 
atau suhu fermentasi terlalu tinggi, sehingga menyebabkan adonan 
menjadi lengket dan sedikit asam. Penggunaan garan sesuai dengan 
takaran yang disarankan dalam resep, selain untuk memberikan rasa, 
juga akan membuat gluten menjadi kuat dan elastis.
- Suhu ideal ketika membuat adonan adalah 75o F (23,5o C) dan suhu 
sesudah menjadi adonan 80o F (26o C). Yeast akan mati ketika suhu
adonan mencapai 140 ° F (60 ° C) dalam oven. 
- Kecepatan dan Waktu Pencampuran (Mixing Times and Speeds)
Telah diuraikan tujuan “pencampuran” (mixing) ada tiga hal, maka 
seorang pengolah roti (baker’s) harus jeli melihat hasil pencampuran 
sudah cukup atau belum tercampur rata. Beberapa hal yang dapat
menjadi pedoman adalah adonan menjadi halus (smoothly) dan kalis; 
ambil segumpal adonan maka ketika ditarik dan dilebarkan akan 
menjadi lembaran tipis yang licin dan elastis. Waktu yang diperlukan 
ketika pencampuran bergantung dari beberapa hal:
- Suhu ruangan tempat bekerja mencampur adonan yeast.
- Alat yang digunakan, mengunakan alat pencampur elektrik atau 
manual dan kecepatan (speed) yang digunakan. 
- Jenis roti yang akan diolah, roti manis (enriched breads) komposisi 
gula, lemak dan telur tinggi (rich dough), dan roti rye karena
rendah gluten maka akan mempengaruhi waktu dan hasil 
fermentasi, adonan cenderung under-fermented. 
4) Tahapan Meninju (Punching atau Knocking) 
Meninju dengan kepalan tangan merupakan cara yang dilakukan untuk 
mengempiskan adonan dengan tujuan:
a. Mengeluarkan karbon dioksida dari dalam adonan. 
b. Mendistribusikan yeast untuk pertumbuhan lebih lanjut.
c. Melunakkan gluten.
d. Menyetarakan suhu seluruh adonan.
Setelah proses punching kadang kala diperlukan prosen fementasi lanjutan, 
bergantung pada jenis roti yang akan diproduk. 
5) Tahapan Penimbangan (Scaling)
Proses penimbangan dilakukan sesuai dengan porsi (portioning) yang telah 
ditentukan, penimbangan harus dilakukan dengan efisien; cepat dan tepat 
untuk menghindari over-fermented pada adonan. 
6) Tahapan Pembulatan (Rounding)
Setelah proses penimbangan maka akan dilakukan pembulatan yaitu 
proses membentuk adonan menjadi bola bundar dengan permukaan yang
halus. Tujuanya adalah:
- Memberikan kesempatan pada gluten untuk melakukan peregang-an 
pada permukaan adonan sehingga membentuk lapisan yang halus.Membantu mempertahankan gas yang dihasilkan oleh yeast.
Pada saat sekarang telah tersedia alat untuk melakukan penimbangan 
(scaling) dan sekaligus melakukan pembulatan (rounding), yaitu divider�rounder tanpa harus dilakukan secara manual (Gambar 3.3)
7) Tahap Pengembangan (Benching atau Bench Proofing atau Intermediate 
Proofing)
Proses pengembangan ini dilakukan setelah pembulatan, diistirahatkan 
selama 10 sampai 20 menit dalam kotak (box) dan tutup dengan penutup 
plastik agar permukaan adonan yang sudah dibulatkan tidak mengering. 
Tujuannya adalah untuk melembutkan gluten.
8) Tahap Pembentuk Akhir (Makeup and Panning)
Proses ini merupakan pembentuk akhir yang akan dilakukan, bagaimana 
bentuk yang diinginkan, bulat, oval atau akan diberi isi, pada proses 
pembentukan ini juga sekaligus dilakukan mengeluarkan gas yang tersisa 
dalam adonan. Gelembung gas yang tersisa dalam penbentukan akhir 
akan memberikan hasil pori-pori, atau lubang udara yang besar, hal ini 
memberikan kesan produk roti yang kurang baik. Setelah hasil 
pembentukan ahkir ini adonan ditempat pada loyang roti (sheet pans)
9) Tahap Lanjutan dan Pemeriksaan (Proofing or Final Proofing)
Tahapan proses pemeriksaan merupakan kelanjutan dari proses 
fermentasi yeast dengan tujuan untuk meningkatkan volume adonan. Ada 
dua hal yang harus dibedakan dalam proses pengolah roti yaitu proses 
fermetasi dan proses proofing, secara fisik kelihatannya keduanya sama 
tetapi sebetulnya berbeda:
Fermentasi adalah proses pencampuran bahan; tepung terigu yeast dan air 
garam akan menghasilkan karbon dioxide (CO2) dan alcohol.
Pegembangan (Proofing) adalah proses kelanjutan dari proses fermentasi 
biasanya pada saat proses pengembangan tempratur adonan lebih tinggi
daripada ketika proses fermentasi. Setelah proses pengembangan, masuk 
pada tahap pemanggangan di oven.
Prosedur Pemeriksaan Produk Yeast (Procedure for Proofing Yeast Dough 
Items)
a. Untuk produk roti yang rendah lemak dan gula (lean yeast doughs), 
suhu untuk penempatan produk roti tersebut 80 ° - 85 ° F (27 ° sampai 
30 ° C) dengan kelembaban 70 sampai 80%.
b. Untuk produk roti “kaya” (rich dough) suhu untuk penempatan produk 
roti tersebut (77 ° F atau 25 ° C) sehingga lemak atau pastry margarin 
(butter sheet) untuk jenis produk danish tidak meleleh keluar dari 
adonan.
10) Tahap Pemanggangan (Baking)
Ketika produk roti masuk ke dalam oven, perlu diperhatikan perubahan�perubahan yang terjadi: 
a. Beberapa saat terjadi pengembangan produk akibat dari pekerjaan 
yeast, dan yeast akan mati ketika suhu adonan di dalam oven mencapai
(140 ° F (60 ° C).
b. Terjadi koagulasi protein dan gelatinisasi, sehingga produk 
membentuk (formed)
c. Terbentuk warna kecoklatan pada permukaan produk (browning 
reation) 
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika produk akan masuk ke 
dalam oven:
a. Suhu dan Waktu Lama Memanggang (Oven Temperature and Baking 
Time)
Suhu harus disesuaikan dengan produk yang dipangang untuk 
mencapai warna kulit yang diinginkan untuk hal tersebut perlu 
diperhatikan tentang:
- Untuk memanggang produk yang besar memerlukan suhu yang 
lebih rendah dengan waktu memanggang yang lebih lama. Apabila 
pemanggangan menggunakan suhu yang tinggi maka permukaan 
produk roti akan lebih cepat berwarna kecoklatan sedangkan 
didalamnya belum tentu matang.
- Untuk produk yang “kaya”rich dough, diperlukan suhu 
memanggang yang lebih rendah karena produk tersebut banyak
mengandung gula, lemak dan susu. Gula, susu dan gula akan lebih 
cepat memberikan reaksi kecokelatan pada pemukaan produk roti. 
- Untuk jenis roti Perancis seperti baguette produk tampa gula, dan 
waktu fermentasi yang digunakan cukup lama, maka memerlukan 
suhu yang tinggi sehingga mendapatkan warna kerak yang 
diinginkan 
Suhu yang diperlukan untuk beberapa jenis roti: 
- Jenis Roti rendah lemak dan gula (Popular American lean breads are 
baked) 400°- 425°F (205°- 220°C).
- Jenis Roti Perancis (Some French breads are baked) 425° - 475°F (220° 
- 245°C).
- Jenis roti “kaya” (Rich products are baked) 350° - 400°F (175° -
205°C).
b. Memoles Permukaan Produk (Washes)
Beberapa jenis produk roti diperlukan memoleskan air pada bagian 
atas permukaan produk roti, tujuannya adalah sebagai berikut:
- Air digunakan untuk jenis produk roti berkulit keras seperti roti 
Perancis (French breads) untuk menjaga pengeringan permukaankulit terlalu cepat sehingga hasil kulit permukaan produk roti 
terlalu tebal.
- Memoleskan pasta pati (starch paste) pada permukaan kulit produk 
roti, caranya adalah sebagai berikut: pasta pati (starch paste) 
campuran light rye flour (60 g rye per 500 ml water), dimasak dan
diaduk agak mengental. Digunakan pada permukaan produk roti 
sehingga hasilnya permukaan produk roti tersebut bersinar.
- Memoleskan campuran kocokan telur dan susu (egg wash) pada 
permukaan produk roti seperti soft bread, dinner rolls dan danish 
dengan tujuan agar permukaan produk roti berwarna kecokalatan 
dan bersinar.
c. Toreh atau Disayat (Cutting or Scoring) 
Untuk beberapa jenis roti Perancis, ketika tahapan proses pemeriksaan 
(proofing) dilakukan sayatan miring pada permukaan produk roti 
tersebut dengan tujuan untuk penampilan dan sebagai ciri khas. 
d. Kapasitas Oven (Loading the Ovens) 
- Produk roti harus diperlakukan dengan hati-hati ketika akan 
dimasukan ke dalam oven, dan tidak boleh terganggu selama 
pemanggangan.
- Ketika produk roti dipanggang usahakan pada bagian dasar oven 
ditaburi tepung jagung atau loyang roti dialasi dengan lembaran 
silicon, agar pada bagian bawah produk roti terhindar dari warna
kecokelatan, seperti yang diketahui bahwa produk roti berwarna 
kecoklatan hanya pada bagian atas permukaan tetapi tidak pada 
bagian bawah produk roti. 
- Memiliki jarak antara produk roti yang satu dengan lain, jumlah 
produk roti yang akan dipanggang harus disesuaikan dengan 
kapasitas oven tidak boleh berlebihan (over capacity) 
e. Uap (Steam) 
Model oven yang dilengkapi dengan pancaran uap secara otomatis 
(steam injectors) untuk melembabkan produk roti dengan tujuan: 
- Menjaga kelembutan kerak atau permukaan produk roti.
- Membantu menyebarkan panas secara merata.
- Membantu mencegah pembentukan permukaan produk roti 
berkerak tebal.
- Uap membantu reaksi pati membentuk dekstrin bersama dengan 
gula dalam adonan menjadi karamel dan mengubah menjadi 
berkulit tipis renyah dan permukaan kerak bersinar. 
11)Pendinginan (Cooling)
Tahapan pendinginan, setelah pemanggangan roti dikeluarkan dari dalam 
oven untuk dipindahkan pada rak pendinginan. Tujuannya adalah:
- Menjaga kelembaban yang berlebihan dan menguapkan kelebihan 
alkohoal dari hasil pemanggangan.
Menghindari kondensasi panas sehingga akan menyebabkan pada 
bagian bawah roti berkeringat/basah (bottoms of the rolls soggy).
- Bila menginginkan bagian permukaan roti memiliki kulit atau kerak 
yang lunak, setelah dikeluarkan dari oven langsung dioleskan dengan 
shortening. 
12)Penyimpanan (Storing)
Tahapan penyimpanan atau packaging setelah melalui proses pendinginan 
selama delapan jam betul-betul dingin, untuk menghindari terjadinya 
embun uap air pada plastik pembungkus. Hal ini dapat menyebabkan 
terjadi kerusakan pada roti (stalling).
2. PRA-FERMENTASI (Yeast Pre-Fermentasi) 
Pra-fermentasi adalah persiapan sebagian dari adonan roti yang dibuat 
beberapa jam sebelum pencampuran adonan akhir, yang berkaitan dengan
langkah-langkah produksi adonan yeast pada point 3 yaitu tahapan 
pencampuran (mixing). Beberapa produk roti khususnya roti klasik atau 
tradisional dalam tahapan pencampuran membutuhkan proses pra�fermentasi, istilah lain head starter, sponge (English) atau formula adonan asam 
(sourdough). 
Produk roti yang menggunakan campuran pra-fermantasi adalah berbagai 
macam roti klasik, melalui proses pra-fermentasi tersebut menghasilkan 
aroma yang spesifik pada roti klasik yang sangat digemari oleh wisata
mancanegara (western country) sebagai menu utama dalam makanan sehari�hari. Pada umumnya hotel bintang lima (*****) produk roti klasik diolah pada 
bagian pengolahan roti dan kue oleh pengolah roti (Artisan bread). Toko-toko 
penjual bahan makanan dan makanan yang sudah diolah untuk orang Asing 
(expatriate) menyediakan berbagai macam roti klasik yang diolah oleh 
pengolah roti di bagian produksi toko tersebut. Oleh sebab itu pra-fermentasi 
perlu dibahas secara tersendiri, memproduksi roti klasik biasanya diolah 
secara manual dengan tangan (handmade) tanpa mengunakan mesin. Seperti 
produksi roti rye menggunakan bahan gandum hitam utuh (black whole wheat 
flour) dan campuran biji-bijian utuh pada adonan roti klasik terebut. 
Tujuannya adalah menjaga kerusakan atau hancurnya gandum hitam utuh 
dan campuran biji-bijian utuh akibat mesin pengaduk (dough mixer). Maka 
proses pencampuran tersebut dilakukan secara manual dalam jumlah kecil 
(made in small quantities) tanpa pengawet dan menggunakan teknik
tradisional. 
Ada beberapa keuntungan menggunakan proses pra-fermentasi pada produk 
roti rye adalah sebagai berikut:
- Proses pra-fermentasi akan menghasilkan keasaman, berfungsi 
memperkuat struktur gluten. 
- Penggunaan yeast lebih sedikit bila dibandingkan tanpa proses pra�fermentasi dan waktu yang digunakan untuk fermentasi lebih singkat.
- Memberikan rasa dan aroma yang spesifik sebagai roti klasik.
- Memberikan kualitas roti dengan baik, keasaman yang dihasilkan pra 
fermentasi akan meningkatkan daya tahan roti secara alami.
- Penggunaan pra-fermentasi pada produk roti rye akan mengurangi 
aktifitas enzim pada tepung rye sehingga meningkatkan struktur remah 
memberikan aroma istimewa.
Jenis-jenis Pra-fermentasi sebagai berikut:
1) Pra-fermentasi ada empat macam yaitu sebagai berikut:
a. Poolish merupakan pra-fermentasi berasal dari Polandia. Istilah 
yang digunakan untuk pra-fermentasi adalah starter. Polish merupakan 
adonan starter yang tipis atau agak cair dibuat dari tepung terigu dan air, 
dengan perbandingan 1:1 sedangkan jumlah yeast yang digunakan
bergantung dari kecepatan waktu menghasilkan starter yang diinginkan. 
Untuk menghasilkan rasa yang maksimal poolish strarter dibuat dalam 
jumlah yang kecil dengan kondisi suhu ruang (room temperature). Agar 
mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu diperhatikan jumlah yeast
yang digunakan dengan waktu yang diperlukan. 
 Secara fisik dapat dilihat ketika starter mencapai puncaknya terjadi 
peningkatan gelembung-gelembung udara, pada saat tersebut sebaiknya 
langsung digunakan untuk pencampuran tepung terigu berikutnya. 
Apabila pada saat puncaknya tidak langsung digunakan maka volume 
gelembung-gelembung udara akan menurun menjadi keriput. Jumlah
keasaman akan meningkat sehingga kurang baik digunakan sebagai starter
dan akan mempengaruhi rasa dan aroma pada roti (Tabel 4.1). 
b. Bigga adalah istilah Italia yang digunakan untuk pra-fermentasi. Bigga 
merupakan adonan pra-fermentasi menggunakan perbandingan tepung 
terigu, air, dan yeast, 100% terigu: 50-60% air : 1.5% yeast segar. Hasil yang 
didapat secara fisik dapat dilihat lebih kaku (stiff pre-ferments) atau kental, 
bila dibandingkan pra-ferementasi poolish karena memiliki perbandingan 
terigu lebih banyak dari pada air dan penggunaan yeast 2 kali lipat dari 
pada poolish.
c. Levain-levure; berasal dari dua kata yaitu levure artinya yeast, Levain artinya 
starter.
Kata Levain-levure merupakan istilah Perancis yang digunakan untuk pra�fermentasi. Levain-levure adalah proses pra-fermentasi yang digunakan 
untuk tepung rye maupun untuk tepung terigu berprotein tinggi.
d. Scrap dough 
Pengertian scrap dough adalah sisa adonan roti yang disisikan (leftover)
untuk digunakan sebagai bahan pra-fermentasi berikutnya dengan 
penambahan tepung terigu dan air sesuai takaran (Tabel 4.1).2) Adonan Asam (Sourdough Starters)
Adonan asam atau adonan awal merupakan campuran dua cup tepung 
terigu, 1 pak atau sachet yeast dan dua cup air hangat, diaduk sampai 
tercampur rata, kemudian ditutup dan didiamkan selama empat sampai 
delapan jam. Ketika kelihatan busa gelembung-gelembung udara dengan 
aroma asam dapat digunakan sebagai campuran membuat roti klasik dengan 
aroma yang khusus dan tekstur yang kokoh dan enak untuk dikunyah.


Bahan dasar roti terdiri dari 4 bahan yaitu tepung terigu tinggi protein (hard 
flour), yeast, air dan garam, seperti untuk roti Perancis (French breads or hard 
crusted). Untuk roti jenis lain ada penambahan gula, lemak (shortening), telur 
dan susu dan penambah aroma (flavouring). 
Semua produk yang menggunakan yeast sebagai salah satu bahan yang 
diperlukan untuk fermentasi, maka hasil produknya dapat dikatakan sebagai 
roti. Roti adalah makanan berbahan utama tepung terigu, air yang 
difermentasikan dengan menggunakan yeast atau ragi, bread is nothing more 
than a baked dough made of flour and water and leavened by yeast with simple form
(Gisslen. 2005).
Kategori dan jenis roti yang dihasilkan bergantung dari:
- Komposisi bahan yang digunakan dalam proporsi kecil atau lebih dan 
penambahan bahan lain seperti lemak, gula dan telur pada produk roti 
tersebut. Contoh kategori roti rendah lemak yaitu roti tawar, sedangkan 
kategori roti kaya penggunaan lemak, susu, dan gula dalam proporsi 
lebih, Contoh roti kaya susudinamakan roti susu (milk breads)
- Asal dan bentuk dari roti tersebut misalnya roti perancis (French bread), 
yaitu baguettes bentuknya spesifik panjang.
- Tahapan proses dan bahan spesifik yang digunakan dalam produk roti 
tersebut, misalnya bahan tepung gandung utuh (whole grain wheat flour) 
yaitu roti rye 
- Penggunaan isian atau filling dan toping, misalnya jenis roti Taiwan 
mengunakan bahan isian atau toping. 
- Bentuk dari produk roti tersebut, misalnya roti khas Betawi bentuknya 
seperti buaya maka dinamakan roti buaya.
Bread are Combinations of different flours, and differing proportions of 
ingredients, has resulted in the wide variety of types, shapes, sizes, and textures,
leavened by a number of different processes. A wide variety of additives may be 
used, from fruits and nuts to various fats, to chemical additives designed to 
improve flavour, texture, colour, and or shelf life. Bread may be served in different 
forms at any meal of the day, eaten as a snack, and is even used as an ingredient in
other culinary preparations. (Amendola. 2003) Kategori produk yeast terbagi dalam :
1. PRODUK ADONAN ROTI RENDAH LEMAK DAN GULA
(Lean Dough Products)
Produk roti rendah lemak dan gula merupakan jenis roti putih dengan atau 
tanpa penambahan formula susu, gula dan telur dalam jumlah sedikit. Untuk 
industri besar, produk roti menggunakan mesin pengolahan otomatis, sampai 
pada pembulatan (rounding), sedangkan industri kecil produk roti masih 
dilakukan secara manual menggunakan tangan. Terutaman untuk 
pembulatan dan pembentukan seperti produk roti dinner rolls, dengan cara 
manual tentunya akan melatih tangan menjadi lebih trampil, merupakan hal 
yang penting dalam menciptakan kreasi dan seni pada produk roti. Adanya 
penambahan lemak, telur, dan air diganti dengan susu maka akan menjadi 
roti kaya gizi (enriches bread).
Beberapa jenis produk yang termasuk dalam roti rendah lemak dan gula (low 
fat and sugar) adalah sebagai berikut:
1) Produk Roti Berkulit Renyah (Crisp-Crusted or hard-crusted breads),
merupakan jenis hard rolls seperti roti Perancis, Italia dan Vinna, dengan 
formula sedikit atau tanpa lemak dan gula. Menggunakan oven 
pemanggang yang dilengkapi injector uap air. Produk roti yang dihasilkan 
memiliki permukaan berkulit tipis berwarna kecoklatan tetapi renyah 
merupakan daya tarik dari dari roti tersebut, bentuknya panjang 
(baguettes). Bahan yang digunakan terdiri dari 4 macam sebagai bahan 
dasar untuk roti yaitu tepung terigu tinggi protein yeast, air dan garam.
Beberapa macam roti yang termasuk dalam jenis hard rolls adalah sebagai 
berikut: Produk roti Perancis, dan produk roti Italian; kaiser rolls, ciabatta,
dan Vienna bread. Dinner rolls dapat di kelompokan kedalam jenis hard roll,
apabila komposisi bahan yang digunakan terdiri dari empat macam yaitu 
tepung terigu tinggi protein yeast, air dan garam.
Macam-macam roti berkulit renyah:
a. Roti Fougasse merupakan roti tradisional Perancis, yang diolah dengan 
campuran keju, irisan daging sapi, atau campuran buah-buahan kering 
dan kacang-kancangan atau buah zaitun. Metoda pencampuran bahan 
menggunakan metoda spons, yaitu sebagaian bahan dibuat starter baru 
kemudian semua bahan dicampurkan (lihat bab IV tahapan 
pencampuran, metode spon). Roti dibentuk dengan dekorasi khusus 
disayat sehingga menyerupai biji gandum. 
b. Roti Cuban merupakan roti putih yang mirip dengan roti Perancis dan 
roti Italia, dikatakan mirip karena bentuknya panjang seperti roti 
Perancis tetapi agak lebar seperti ciabatta. Metoda pencampuran bahan 
menggunakan metoda straight dough, semua bahan dicampur menjadi 
satu bersama airnya selanjutnya mengikuti langka-langka membuat 
roti (lihat bab IV). Terakhir pada bagian atas disayat memanjang 
(scoring).Gambar 5.1. Produk Roti Berkulit Renyah
d. Roti Ciabatta artinya slipper bread merupakan roti tradisional Italia 
sejenis roti putih (Italian white bread), ada juga yang memcampurkan
zaitun hitam (black olive) dalam adonan (Ciabatta with black olives).
Pengolahannya menggunakan metoda spons, ciabatta dapat
dihidangkan sebagai sandwich diisi dengan selada, beef dan keju.
d. Roti Vienna merupakan roti asal dari Austria, produk roti Vienna
mengunakan ragi bir (brewers' yeast) untuk fermentasi, metoda
pencampuran bahan menggunakan metoda spons. Bentuk roti vienna
lonjong dengan tekstur remah yang lembut karena pemanggangan 
menggunakan oven yang dilengkapi injector, pada bagian atas disayat 
memanjang (scoring).
Gambar 5.2. Produk Roti Berkulit Renyah
2) Produk roti berkulit lembut (soft crusts) seperti roti putih, roti gandum 
dan roti bulat kecil (dinner rolls), produk roti tersebut menggunakan bahan 
dasar roti, terdiri empat macam yaitu tepung terigu tinggi protein, yeast, 
garam dan air. Penambahan lemak, gula, juga telur dan susu krim (milk solid) dengan kuantiti sesuai dalam resep, sehingga produk roti tersebut
memiliki pemukaan kulit yang lebih lunak, metoda pencampuran bahan
menggunakan metoda straight dough.
 Macam-macam roti berkulit lunak adalah sebagai berikut:
a. Roti putih atau roti tawar (White Pan Bread)
Merupakan jenis roti menggunakan tepung terigu tinggi protein, yeast, 
garam, cairan atau susu cair, dengan penambahan lemak dan gula 
dalam jumlah yang sedikit. Metoda pencampuran bahan dapat 
menggunakan metoda straight dough atau spons, ada beberapa sebutan 
nama untuk white pan bread seperti white pan loaf atau sandwich loaf and 
pullman loaf. Roti putih dapat dihidangkan sebagai sandwich diisi 
dengan selada, beef dan keju.
b. Roti gandum (100% Whole Wheat Bread)
Jenis roti yang menggunakan tepung gandumg 100% (whole grain wheat 
flour) and menggunakan pemanis molasses dan madu, sehingga hasil 
produk roti berawrna kecoklatan. Metoda pencampuran bahan
menggunakan metoda straight dough.
 Sumber: saelekko.com, dayslim.org 
Gambar 5.3. Roti berkulit Lembut (soft crust)
c. Roti Gulung (Soft Rolls)
Roti gulung bentuknya bulat kecil temasuk dalam kelompok roti 
berkulit lunak, bentuknya lebih kecil dari roti burger buns. Produk roti 
gulung menggunakan bahan dasar roti dengan penambahan lemak, 
gula, telur dan susu krim (milk solid). Metoda pencampuran bahan
menggunakan metoda straight dough. Nama lain untuk soft roll adalah
Pillow soft dinner, macam-macan soft rolls adalah Raisin Bread dan 
Cinnamon Bread.
d. Egg Bread and Rolls
Merupakan roti yang memiliki komposisi telur lebih banyak sehingga 
kualitas roti kaya gizi, volume menjadi lebih besar, metoda 
pencampuran bahan menggunakan metoda straight dough. Bentuk roti 
dapat bervariasi seperti roti gulung, dikepang (plaited atau twist bread),
Bunga cengkeh (clover rolls) dan brioche.
 e. Roti Susu (Milk Bread) 
Roti susu menggunakan bahan dasar roti dengan penambahan lemak, 
gula, telur, penambahan susu krim (milk solid) dan yeast dalam proporsi 
yang lebih banyak dari pada produk roti-roti yang termasuk dalam 
kelompok roti berkulit lunak. Produk roti yang menggunakan lemak, 
gula, telur dan susu krim dalam proporsi yang lebih banyak akan 
menghambat fermentasi dan pengembangan, oleh sebab itu perlu 
penambahan yeast kedalam produk tersebut. (lihat bab IV)
Ada beberapa macam produk roti memiliki bentuk yang khusus 
sebagai ciri, seperti roti baguettes bentuknya pasti memanjang dan ada
sayatan pada bagian permukaan roti. Sedangakan produk roti lainnya 
tidak dibedakan dari bentuknya, tetapi nama roti berkaitan dengan 
komposisi bahan yang lebih dominan digunakan seperti roti telur,
bahan yang digunakan kuantiti telur lebih banyak, demikian juga roti 
susu. 3) Roti rye (rye breads), jenis tepung yang digunakan adalah tepung gandum 
hitam berwarna gelap (black whole wheat flour) atau pumpernickel flour,
ditambahkan biji-bijian dan jinten (caraway seeds), gula yang digunakan
syrup molasses (lihat bab II Bahan Roti dan Kue). Metoda pencampuran 
bahan menggunakan metoda spons, roti rye memiliki tekstur lebih padat 
dan keras dengan aroma yang spesifik. Roti rye rendah kalori dengan 
banyak mengadung serat dari kulit ari gandum dan biji-bijian, sehingga 
lebih cepat memberikan rasa kenyang dan sangat baik untuk diet.
Macam-macam roti rye adalah sebagai berikut:
- Light American Rye Bread and Rolls
- Onion Rye
2. PRODUK ADONAN ROTI KAYA (Rich Yeast Dough)
Kategori produk adonan roti kaya adalah roti dengan proporsi lemak lebih 
tinggi, kadang juga gula, susu dan telur. Bila dibandingkan jenis produk roti
berkulit renyah, produk roti berkulit lembut, dan produk roti rye yang 
termasuk dalam kategori produk roti rendah lemak dan gula. Penggunaan 
proporsi lemak dan gula yang lebih tinggi dalam produk adonan roti kaya 
akan menghambat fermentasi, dengan alasan tersebut maka untuk produk
roti kaya dapat mengunakan metoda pencampuran spon (lihat metoda spon 
bab IV). 
Pencampuran lemak dan gula, dapat juga dilakukan secara terpisah (lihat 
metoda pencampuran modifikasi langsung bab IV), baru kemudian 
dicampurkan dengan adonan fermentasi, atau dapat menambahkan proporsi 
yeast dalam jumlah yang lebih. Penggunaan lemak dan telur dalam proporsi 
yang lebih tinggi, maka produk adonan roti kaya akan lebih lembut sehingga
penggunaan zat cair perlu dikurangi. Hasil fermentasi dan pengembangan 
produk adonan roti kaya yang terbaik adalah 3/4nya, di bandingkan dengan 
kategori produk roti rendah lemak dan gula, serta adonan lebih lengket. 
Untuk menghindari lengket pada loyang roti, sebaiknya mengunakan alas 
silikon pada dasar Loyang.
Ada dua jenis produk roti yang termasuk dalam kategori produk adonan roti 
kaya adalah sebagai berikut:
1) Formula Adonan Manis dan Adonan Kaya (Sweet Dough And Rich Dough 
Formulas).
Produk adonan roti manis dan roti kaya ada dua macam yaitu:
a. Roti tidak manis dan roti rolls (Non-sweet breads and rolls) 
Merupakan produk roti dengan proporsi lemak lebih tinggi dengan 
sedikit gula, kadang juga menggunakan telur dan susu, termasuk 
dalam jenis roti tidak manis dan roti gulung adalah: dinner rolls, brioche.
b. Roti manis rolls (Sweet rolls) 
Merupakan roti dengan proporsi lemak, gula dan susu lebih tinggi,
kadang juga menggunakan telur, yang termasuk dalam jenis roti manis 
adalah:
a) Sweet rolls: merupakan roti manis yang menjadi ciri utama adalah 
proses dalam membentukan adonan digulung, memiliki berbagai 
macam bentuk dan rasa. Variasinya:
- Roti Stolen adalah roti dengan yang berisikan campuran dari 
berbagai macam buah-buahan yang dikeringkan, dicincang.
Seperti raisin, almond dan kulit jeruk lemon (lemon) dan rempah�rempah kayu manis dan cardamom (chopped candied fruit and/or 
dried fruit, nuts and spices), ditaburi gula tepung pada bagian 
atasnya.
- Roti Babka merupakan roti tradisional dengan campuran coklat, 
pada bagian atas di poles dengan campuran gula tepung (glazed) 
dan dihiasi almond. Roti babka berasal dari Eropa bagian Tengah 
dan Timur, biasanya disajikan pada hari minggu atau pada 
kesempatan Paskah dan Natalan. 
 
Gambar 5.5. Roti manis dan roti kaya Gizi (sweet rolls)
b) Kugelhopf, Baba/Savarin Dough, brioche, merupakan roti tradisional 
berasal dari Jerman Selatan, memiliki bentuk yang khas dan disajikan 
pada perayaan pernikahan. Roti kugelhopf merupakan jenis roti kaya, 
mengunakan proporsi lemak dan telur yang lebih dari pada roti 
sejenisnya. Pengunaan raisin yang dicampurkan dalam adonan, dan 
almond sebagai toping serta penggunaan aroma vanilla, kulir jeruk 
parut (lemon or orange zest) dan dark rum or kirsch sehingga roti 
kugelhopf terasa gurih dan memiliki aroma yang kuat. Proses 
pencampuran mengunakan metode spon yaitu membuat adonan pra�fermentasi terlebih dahulu.
c) Hot cross buns merupakan roti tradisional, dahulu di sajikan pada 
perayaan keagaman di negara Inggris, Australia dan Afrika Selatan 
tetapi sekarang tersedia sepanjang tahun di toko-toko roti. Hot cross 
buns merupakan roti kaya dengan campuran raisin dengan proporsi
lemak dan gula yang lebih dari pada roti sejenisnya, penggunaan 
rempah-rempah seperti biji pala, kayu manis dan jahe. Bentuknya bulat 
dan pada bagian atas diberi toping icing tanda cross (+) sesuai dengan 
namanya mengunakan kata cross.
Proses pencampuran mengunakan metode spon yaitu membuat 
adonan pra-fermentasi terlebih dahulu, dan dapat ditambahkan yeast
kering pada sebagian tepung terigu yang akan digunakan.
2) Adonan dalam lipatan (Rolled-In Dough Formulas).
Produk roti yang adonannya terdiri dari banyak lapis (layers), 
merupakan adonan yeast menggunakan lemak khusus; margarin pastri 
atau korsvet (pastry margarine atau butter sheet). untuk melapiskan lemak ke 
dalam adonan yeast, menggunakan metoda kombinasi (combination method) 
yaitu adonan yeast dan laminasi (yeast and lamination; rolling and folding). 
Produk roti yang dihasilkan dengan metode laminasi adalah:
a. Croissant merupakan adonan berlipat yang dilapisi dengan lembaran
lemak (korsvet) atau pastry margain (butter sheet) dengan penambahan 
yeast dalam adonannya. Memiliki bentuk seperti bulan sabit rasanya 
tawar, tampa diberi isi ketika di panggang, biasanya digunakan sebagai 
sandwich diisi dengan mentega, daging asap, keju, selada, sous.
b. Danish sama seperti croissant berlapis, tetapi Danish pada adonan yeast
menggunakan telur dan gula sehingga danish memiliki rasa manis dan 
lebih lembut, diberi isian berupa raisin dan kayu manis, kemudian 
digulung memanjang di potong sesuai dengan ketebalan 2 cm dan
dipangang, pada sekeliling lingkaran diolesi campuran merah telur 
yang telah dikocok (egg wash)Gambar 5.7. Produk Roti (Rolled-In Dough Formulas)
Produk Croissant dan Danish, dilihat dari susunan komposisi bahan yang 
digunakan dalam adonan menggunakan yeast, berdasarkan pengertian 
menurut Gisslen dan Amendola di atas maka produk croissant dan Danish
dapat dimasukan dalam kategori produk roti. Croissant dan Danish memiliki 
tampilan dan tekstur yang berbeda, merupakan kombinasi teknik membuat 
roti dan teknik melapis lemak dalam adonan (yeast and lamination; rolling and
folding).
Langkah- langkah Memproduksi Croissant (Plain croissant)
(1) Tahap membuat adonan yeast untuk bahan dasar roti (basic) terdiri dari 
tepung terigu tinggi protein, yeast, air es dan garam, lihat pada bab IV 
dilakukan sampai tahap fermentasi saja. Waktu yang diperlukan untuk 
fermentasi lebih pendek dari pada membuat produk roti. Penggunaan air 
es agar proses pengembangan dapat diperlambat selama melakukan 
proses laminasi.
(2) Tahap Laminasi (Rolled fat in yeast dough)
Proses melipat lemak dalam adonan yeast dengan menggunakan metode 
laminasi, yaitu dengan cara menipiskan dan melipat (rolling and folding). 
Produk roti dan kue (partry and bakery) yang menggunakan metode 
laminasi adalah Croissant, Danish dan Puff pastry. Untuk croissant dan 
danish, selama proses laminasi tempratur harus dijaga agar selalu dalam 
keadaan dingin. Ada sedikit perbedaan diantara ketiga produk tersebut 
yaitu:
- Croissant (Non-sweet rolled-in doughs) adalah produk yang mengunakan
kombinasi antara adonan yeast atau adonan dasar roti dengan metode 
laminasi (lamination method) 
- Danish (Sweet rolled-in doughs) adalah produk yang sama dengan 
croissant, tetapi yang berbeda adalah pada adonan untuk danish
mengandung proporsi gula dan telur. Danish lebih manis dan 
teksturnya lebih lembut serta diisi dengan buah-buahan kering.
Danish merupakan produk roti yang mengunakan kombinasi antara 
adonan yeast atau adonan dasar roti dengan metode laminasi (lamination 
method) 
- Puff pastry merupakan adonan campuran tepung terigu tinggi protein 
dengan tepung terigu sedang, telur dan susu, tampa mengunakan 
yeast, artinya tidak melalui proses fermentasi. Produk puff terdiri dari 
banyak lapisan dengan istilah (thousands of layers), puff pastry tidak 
termasuk dalam kategori roti karena dalam adonannya tidak 
menggunakan yeast. Secara rinci puff pastry akan di bahas pada buku 
selanjutnya Pengolahan Kue.
Metode laminasi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
- Metoda Inggris (English Method): memasukan lembaran lemak (butter sheet) 
sebagian-sebagian.
 - Metode Perancis (French Method): memasukan lembaran lemak sekaligus.
 Untuk proses laminasi, melipat lembaran lemak dalam adonan 
mengunakan jenis lemak khusus yaitu margarin pastri (pastry margarine).Operasional di bagian roti dan kue dikenal dengan istilah lembaran butter 
(butter sheet) atau yang dikenal dahulu secara umum adalah korsvet.
Penggunaan margarin pastri sangat bervariasi antara 40% sampai 60% dari 
total tepung terigu yang digunakan.
Selanjutnya melakukan laminasi dengan cara adonan ditipiskan (rolled) 
menjadi lembaran, kemudian dilapisi dengan margarin pastri dan dilipat 
(folding). Metoda laminasi dapat dilakukan dengan dua acara:
a) Metoda Inggris adalah cara memasukan lemak dalam adonan dengan 
cara sebagai berikut: 
- Buatlah adonan yeast setelah tahap fermentasi, tipiskan dengan bentuk 
lembaran empat persegi Panjang.
- Bagi tiga bagian dengan memberi tanda garis.
- Siapkan lembaran lemak dinginkan dan tipiskan ketebelan 3 mm, lebar 
disesuaikan dengan lebar adonan yeast, dengan panjang 2/3 dari 
adonan yeast. (Gambar 5.8)
- 2/3 bagian adonan yeast lapisi dengan lembaran lemak.
- 1/3 bagian yang tidak dilapisi lembaran lemak dilipat kearah yang 
berlapis lembaran lemak.
- 1/3 bagian lapisan pada sisi lain lipat keatasnya (Gambar 5.9)
b) Metode Perancis adalah cara memasukan lembaran lemak dalam adonan 
dengan cara sebagai berikut:
- Buatlah adonan yeast setelah tahap fermentasi, tipiskan berbentuk 
empat persegi panjang 
- Panjang dan lebar disesuaikan dengan ketebalan 3 mm
- Letakan lemabaran lemak yang sudah ditipiskan berbentuk empat 
persegi Panjang, dengan panjang ukuran ½ daripada adonan yeast.
- Letakkan lembaran lemak di tengah kemudian lipat kedua sisi 
Panjang kanan dan kiri hingga menutupi bagiaan lembaran lemak 
(Gambar 5.10)
c) Tahap Lipatan dan Ketebalan Adonan. 
Setelah memasukan lembaran lemak kedalam lipatan, selanjutnya cara 
melipat dengan jumlah lipatan (folding and number of layers) yang 
diinginkan sesuai dengan jumlah lapisan (layers) yang diinginkan untuk 
suatu produk, dapat dilakukan sebagai berikut:
(a) Jenis melipat dan jumlah lipatan (floding):
- Lipatan sederhana (Simple fold): 2 layers (Gambar 5.11)
- Lipatan surat (Letter fold): 3 layers (Gambar 5.12)
- Lipatan buku (Book fold): 4 layers (Gambar 5.13)(b) Jumlah lipatan (number of layers)
- 2 kali (X) lipatan surat: 3 x 3 = 9 lembar lapisan lemak (layers of butter)
- 3 kali lipatan: 3 x 3 x 3 = 27 lembar lapisan lemak
- 4 lipatan surat: 3 x 3 x 3 x 3 = 81 lembar lapisan lemak 
Ketebalan dan luas adonan harus sama setiap kali ditipiskan (rolled)
sehingga lemak dapat menyebar dengan rata di dalam lipatan. 
d) Tahap Adonan Istirahat (Resting time)
Setiap kali melakukan lipatan harus di istrahatkan dalam kulkas (rest in 
refrigerator) selama 20 sampai 30 menit, agar memudahkan menipiskan 
setiap kali rolled. Lemak tetap padat sebagai pembatas antara lapisan satu 
dengan lapisan yang lain sehingga terbentuk lapisan dalam jumlah yang 
banyak.
e) Tahap Akhir/bentuk (Make Up).
Proses pembentukan akhir adonan untuk membentuk croissant maupun 
danish, untuk membuat croissant tipiskan adonan croissant berbentuk 
persegi panjang dengan ketebalan 3 mm. lebaran adonan tersebut
dibentuk segi tiga sama kaki, atau menggunakan alat Roller cutter (3.8. 
Peralatan Menggunakan Tangan/Hand Tools 5.b). Bagian dasar segitiga di 
gulung ke arah puncak, kemudian permukaannya diolesi dengan kocokan 
merah telur (egg wash) (Gambar 5.14).
 
 
 
 
Sumber: Gisslen (2005) 
 
Gambar 5.14. Tahapan Membentuk Croissant
f) Tahap Pemotongan (Trimming).
Alat yang digunakan untuk memotong adonan menggunakan Roller cutter 
atau wheel cutter, dapat juga menggunakan pisau tajam agar lipatan yang 
sudah hasilkan tetap terlihat ketika adonan dipanggang (oven), maka 
lapisan akan berkembang dan terlihat susunan layers-nya dengan baik. 
g) Tahapan Memberikan Isi (Filling) 
Untuk Danish biasanya diisi buah-buahan kering seperti raisin, cherry hijau 
(green cherry) dan cherry merah (red cherry) yang campur dengan gula pasir 
dan bubuk kayu manis (cinnamon powder). Croissant biasa tawar (plain) 
tanpa di beri isi. 
h) Tahapan Pengembangan Ahkir (Final Proofing) 
Setelah dibentuk maka produk croissant atau danish disusun kedalam 
loyang roti yang datar (sheet pan) ditutup dengan plastik agar dapat
mengembang secara maksimal. Dapat menggunakan mesin pengembang 
roti (proofing machine) dengan kelembaban yang rendah.
i) Tahap Pemanggangan (Baking)
Suhu harus disesuaikan dengan produk yang dipangang untuk mencapai 
warna kulit yang diinginkan untuk hal tersebut perlu diperhatikan 
Karakteristik Croissant:
- Permukaan berwarna kuning ke coklatan (golden brown)
- Permukaan renyah (crysp flaky)
- Terlihat tumpukan lapisan (visible layers)
- Didalamnya terlihat rongga-rongga udara (airy crumb) 











1. PERALATAN BESAR (Large/heavy equipment. Gambar 3.1)
Peralatan besar untuk pengolahan roti dan kue dapat dikategorikan mesin
sebagai alat mekanik atau elektrik dengan mengirim atau mengubah energi 
listrik untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. 
Biasanya peralatan besar ini ditempatkan pada posisi yang sudah tetap, tidak
untuk dipindah-pindahkan. Peralatan tersebut sebagai berikut:
1) Mixer: adalah peralatan untuk mencampur bahan-bahan, ada beberapa
jenis mixer dengan kapasitas yang berbeda,
a. Mixer Vertikal: ada dua macam dengan kapasitas berbeda:
a) Mixer vertikal (table top models) dengan kapasitas (5 to 20 qt/4.75 to 
19 lt).
 b) Mixer vertikal (floor models) dengan kapasitas (140 qt/132lt). 
 Mixer vertical model dilengkapi dengan tiga macam alat pengaduk
(mixer attachments),
- Wire adalah alat kawat cambuk fungsinya untuk mecambuk atau 
mengocok (beating) telur hingga berbusa (foams), dan krim; 
margarin atau butter dengan gula (cream).
- Paddle adalah alat dayung yang datar fungsinya sebagai alat 
untuk mengaduk bahan produk.
- Spiral adalah fungsinya alat untuk untuk mencampur dan 
menguleni adonan roti.
b. Mixer Spiral: dirancang untuk adonan roti yang lebih berat, dalam
jumlah besar.
c. Mixer Horizontal adonan adalah mixer besar untuk ukuran industri 
manpu menangani beberapa ribu pound dengan dilengkapi alat waktu 
(timer). Alat ini akan menghasilkan adonan yang lembut untuk roti dan 
kue (Gambar 3.1 & Gambar 3.2)
2) Peralatan Penanganan Adonan (Dough-Handling Equipment, Gambar 3.3)
Peralatan penanganan adonan menggunakan tenaga listrik masing-masing 
memiliki fungsinya sesuai dengan kebutuhan indutri roti, peralatan 
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Alat Fermentasi Adonan (Dough Fermentation Trough)
Mesin pengaduk yang fungsinya sekaligus sebagai tempat peragian 
selama proses fermentasi berlangsung.
b. Alat Pembagi (Divider)
 Mesin sebagai alat untuk membagi adonan dalam ukuran sama, sesuai 
dengan ukuran atau berat yang telah diprogram kemudian dibulatkan 
(rounded) secara manual dengan tangan.
c. Alat Pembagi dan Pembulat (Divider-rounder)
 Alat untuk membagi adonan dalam ukuran sama, sesuai dengan 
ukuran atau berat yang telah deprogram, sekaligus secara otomatis 
adonan melalui proses pembulatan tanpa harus dilakukan secara 
manual.
d. Alat Lembaran Adonan (Dough Sheeter)
 Alat untuk membuat adonan menjadi lembaran dengan ketebalan yang 
telah diprogram, dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan. Untuk 
mendapatkan hasil lebaran yang halus dan baik, biasanya adonan
beberapa kali dipipihkan atau digilas kembali oleh mesin (Dough 
Sheeter).
e. Alat Menggulung (Molder)
 Alat pencetak gulungan adonan, berfungsi membentuk lembaran 
adonan menjadi gulungan (rolls) seperti pada pembuatan roti baguettes, 
sehingga tidak perlu dilakukan penggulungan secara manual dengan 
tangan.
f. Alat Pengembang (Proofer)
 Sebuah kotak khusus dengan suhu dan kelembaban tertentu berfungsi 
untuk mempertahankan suhu tetap hangat dan menciptakan kondisi
ideal untuk fermentasi adonan yeast. 
g. Kotak Pendingin Adonan (Retarder)
 Sebuat kotak khusus pendingin dengan tingkat kelembaban yang tinggi
untuk menyimpan adonan yeast. Berfungsi untuk memperlambat atau 
menghambat laju fermentasi untuk mencegah adonan dari pengeringan 
atau krust (crusting), sehingga dapat disimpan untuk produk roti yang 
akan dipangang kemudian.
h. Alat Pengembangan -Pendinganan (Retarder-Proofer)
 Sebuah alat merupakan kombinasi pengembangan dan pendinginan, 
berfungsi untuk menciptakan kondisi ideal untuk fermentasi adonan 
ragi. Sekaligus dapat diprogram untuk menghambat laju fermentasi 
untuk mencegah agar adonan terhindar pengeringan atau krust
(Gambar 3.3)
3) Alat Pemangang (Ovens, Gambar 3.4)
Ovens sebuah alat yang berfungsi untuk memanggang (baking) produk roti 
(bakery) dan kue (cake), kue kering (cookies) dan lainnya. Beberapa jenis 
oven yang digunakan untuk baking berbagai jenis roti untuk toko roti 
(bakeshops), termasuk oven deck, rak oven, dan proofer.
a. Alat Pemanggang Bertingkat (Deck or stack ovens)
Alat ini terdiri dari beberapa tingkat (floor) dilengkapi masing-masing 
tingkat dengan alat control suhu dan waktu yang diperlukan untuk 
memanggang, didalam alat pemanggang bertingkat tidak terdapat rak. 
Alat ini disebut juga alat pemanggang bertumpuk (stack ovens) karena 
beberapa kemungkinan dapat dilakukan:
- Memanggang dalam jumlah yang banyak dapat di sebar pada 
beberapa tingkat.
- Memangang beberapa jenis produk yang berbeda dalam waktu yang 
bersamaan pada tingkatan atau lantai berbeda.
- Alat pemanggang bertingkat untuk roti biasanya di lengkapi dengan 
alat injektor uap (steam injectors) berfungsi agar produk tetap lembab 
tidak mengering.
- Memanggang langsung di dasar atau lantai ovens tidak diatas loyang 
roti (sheet pans), nama lain dari oven ini adalah pemangang perapian 
(hearth ovens).
b. Alat Pemanggang dari Bata (Wood-fired brick ovens)
Alat pemanggang ini terbuat dari bata merah dengan tungku 
perapiannya mengunakan kayu bakar, alat pemanggang ini biasanya 
digunakan untuk pemanggan pizza atau roti secara tradisional. 
c. Alat Pemanggang Rak (Rack ovens)
Alat pemangang besar berbentuk persegi panjang menggunakan 
pintu, dilengkapi rak-rak dengan kapasitas 8 samapai 24 rak, dan alat 
pemanggan ini dilengkapi dengan injector uap.
d. Alat Pemanggang Mekanik (Mechanical Ovens)
Alat pemanggang mekanik, alat ini untuk memanggang makanan,
memiliki kelengkapan alat yang berputar, fungsinya agar produk 
memiliki hasil pagang yang merata dengan warna kecoklatan 
(browning reaction) secara merata. Alat pemanggang ini dilengkapi 
dengan injektor uap.
e. Alat Pemanggang Konveksi (Convection Ovens)
Alat pemanggang konveksi dilengkapi dengan kipas (fans) yang 
memdistribusi panas secara cepat dan merata kesemua arah, sehingga 
untuk pemanggangan produk memerlukan waktu yang singkat 
(Gambar 3.4)

f. Lemari pendingin (Refrigerators).
Lemari pendingin merupakan peralatan terpenting di dapur (kitchen)
tempat untuk menyimpan bahan makanan. Makanan dapat 
dipertahankan kesegarannya, dan untuk menyimpan bahan makanaan 
lainnya dalam jangka waktu yang lama. Memilih lemari pendingin untuk 
operasional di dapur hotel dan industri makanan perlu dipertimbangkan 
kapasitas, tampilan, keterbatasan instalasi, dan fitur yang dibutuhkan.
 Ada beberapa jenis dan model lemari pendingin yang dapat disesuai 
dengan fungsinya. 
a) Top Freezer Refrigerators
Lemari pendingin pada umumnya memiliki dua fungsi, terdiri dari 1/3 
bagian atas adalah lemari pembeku (freezer) dan 2/3 adalah lemari 
pendingin, model ini penempatan di dapur memerlukan ruangan lebih 
luas, ruang (space) untuk membuka pintu lemari pendingin tersebut.
b) Bottom Freezer Fridges
Lemari pendingin yang memiliki dua fungsi terdiri dari atas adalah 
lemari pendingin dan bagian bawah adalah lemari pembeku. Model 
lemari pendingin ini, bagian atas untuk penyimpanan makanan segar
lebih nyaman, dan orang tidak perlu membungkuk untuk 
mengaksesnya.
c) Side-by-Side Refrigerators
Lemari pendingin yang memiliki dua fungsi dengan model dua pintu 
berjajar, satu pintu sebagai lemari pendingan, dan pada sebelah sisi 
lainya sebagai lemari pembeku, model ini dapat untuk menyimpan 
makanan yang akan dibekukan dalam kapasitas lebih banyak. Lemari 
pendingin model ini tidak membutuhkan ruangan yang terlalu luas 
untuk penempatannya.
d) French Door Fridges
Lemari pendingin yang memiliki dua fungsi, terdiri dari dua ruang 
dengan empat pintu, satu ruang untuk lemari pembeku dengan pintu 
kanan dan kiri, dan satu ruang sebagai lemari pendingin dua pintu 
kanan dan kiri. Penempatan model lemari pendingin ini tidak 
memerlukan ruang yang luas. Model lain lemari pendingin memiliki 
dua fungsi tetapi dengan tiga pintu. Model tiga pintu terdiri dari dua 
ruang bagian atas sebagai lemari pendingin dengan dua pintu dan 
bagian bawah adalah ruang pembeku dengan bentuk laci.
e) Counter Depth Refrigerators
Lemari pendingin memiliki satu ruang saja yang dalam, bentuknya 
seperti peti dengan pintu pada bagian atas, memiliki ruang untuk 
menyimpan bahan makanan dalam kapasitas yang banyak.
f) Compact Fridges
Lemari pendingin dalam bentuk miniatur, biasanya diletakan pada 
kamar-kamar di hotel.g) Freezerless Refrigerators
Lemari pembeku untuk tempat penyimpanan makanan yang 
dibekukan dengan kapasitas yang banyak, untuk jangka waktu lama. 
h) Refrigerator Drawers
Lemari pendingin berbentuk meja pada bagian bawah terdapat laci-laci 
sebagai pendingin, pada bagian atas dapat digunakan sebagai meja 
kerja (working table).
i) Wine and Drinks Coolers
 Lemari pendingin yang di rancang khusus untuk menyimpanan 
minuman, dan minuman anggur (wine), memiliki kapasitas yang 
bermacam-macam dari puluhan botol hingga ratusan botol minuman 
dengan suhu yang dapat di program sesuai dengan masing-masing 
suhu yang dibutuhkan.
Lemari Pendingin dan Pembeku Komersil (Commercial Freezes and
Refrigerators) Lemari pendingin dan lemari pembeku komersil pada 
umumnya digunakan untuk dapur utama (main kitchen) di hotel berbintang, 
industri makanan, restoran, katering dan supermarket untuk penyimpan 
bahan makanan dalam kapasitas besar dalam jumlah yang banyak. 
Bentuknya seperti kamar dengan ukuran yang bervariasi dan dapat di 
masukan oleh Petugas, didalamnya terdapat rak-rak untuk menyimpan 
bahan makanan. Beberapa akan ditampilkan pada Gambar 3.5.
2. PANS, CONTAINERS AND MOLDS 
1) Pans, container dan molds termasuk dalam kategorikan peralatan kecil, 
berfungsi sebagai peralatan untuk pengolahan roti dan kue, biasanya 
peralatan ini mudah untuk dibawa dan dipindahkan. Dalam 
pembahasan dibawah ini containers dimasukan ke dalam kelompok pans
2) Pans: adalah wadah (containers) dangkal, dibuat dari logam biasanya 
memiliki sisi lebar, panjang dan tinggi. Pan memiliki berbagai bentuk, 
ada yang dapat digunakan untuk menggoreng, memanggang (baking) 
3) Cornstickpan, pan berbentuk motif jagung kecil berfungsi sebagai cetakan 
sekaligus sebagai alat panggang membuat cornbread.
4) Flexipan, pan serbaguna berbentuk cup lingkaran pada bagian dasar dan 
permukaan sama besarnya, dapat digunakan untuk membuat aneka 
macam produk yang menghendaki hasilnya bulat.
5) Hotel pan atau gastronorm, pan berbentuk persegi panjang berbagai 
ukuran tanpa atau dengan tutup.
6) Loaf pan, pan berbentuk persegi panjang dengan tutup datar untuk 
membuat roti tawar.
7) Madeleine pan, cetakan khusus berbentuk shell digunakan sebagai cetakan 
dan sekaligus untuk memanggang.
8) Muffin pan, pan berbentuk cup bagian bawah lebih kecil daripada 
permukaan, biasanya untuk membuat muffin.
9) Sheet pan, pan berbentuk persegi dengan kedalam 1-inch sampai 25mm, 
digunakan untuk membuat roti manis atau kue kering.
10) Spring form pan, pada bagian dasar pan dapat di tekan untuk 
memindahkan produk dan bagian sisinya terdapat alat pengunci yang 
dapat dibuka ketika produk akan dipindahkan. Pan ini biasanya 
digunakan untuk produk yang halus seperti cheese cake.
11) Tart pan, pan berbentuk bulat sekelilingnya bergelobang kecil, bagian 
dasar yang dapat ditekan untuk memindahkan produk, digunakan 
untuk membuat pie.
12) Tube pan, pan berbentuk bulat dengan kedalam tertentu dan bagian 
tengah terdapat seperti tabung.
13) Cake pans, pada umumnya berbentuk bulat ada juga berbentuk hati, 
special untuk membuat produk kue (cake).
Molds adalah cetakan terdiri dari dua macam: sebagai alat memanggang 
adonan atau sebagai cetakan adonan. Alat tersebut terdiri sebagai berikut:
(1) Baba mold: cetakan kecil untuk membuat babas.
(2) Banneton: cetakan terbuat dari rotan untuk cetakan roti.
(3) Barquette: cetakan berbentuk perahu untuk membuat petit fours.
(4) Bombe mold: cetakan berbentuk kubah untuk makanan penutup yang 
dibekukan beku.
(5) Brioche mold: cetakan pada bagian dasar datar dan bagian sisinya 
bergalur atau bergelombang.
(6) Cake ring: seperti charlotte ring, terbuat dari logam berbentuk lingkaran
(7) Charlotte mold: cetakan berbentuk bulat, untuk membuat apple charlotte
atau charlotte klasik pada bagian atas diberi krim Bavarian.
(8) Chocolate molds: cetakan untuk membuat pralin atau truffles untuk sekali 
gigitan (one bite size).
(9) Charlotte ring cetakan seperti cake ring dapat digunakan juga sebagai alat 
pemotong dengan bentuk bulat (cuter).
(10) Petit four molds: terbuat dari logam bentuk kecil dan beragam untuk 
membuat assorted tartlets atau petit fours, digunakan untuk memanggang.
(11) Whisking blow: tempat atau wadah dapat digunakan untuk mengocok 
telur (whisking eggs) atau untuk mecampur bahan Makanan cair
(Gambar 3.6 dan Gambar 3.7)
3. PERALATAN MENGGUNAKAN TANGAN (Hand Tools)
Peralatan yang digunakan dengan tangan pekerja sebagai penunjang
mengolah roti dan kue, peralatan ini termasuk dalam kategori peralatan 
kecil (utensils)
1) Blow torch alat dengan menggunakan bahan bakar gas untuk membuat 
karamel pada permukaan produk makanan, yang menggunakan bahan 
taburan gula (topping) atau crème brûlée.
2) Bowl knife/spatula/palette knife: terbuat dari logam bentuknya seperti pisau 
tetapi kedua sisi tidak tajam, dan ujungnya berbentuk oval fungsinya 
untuk menyebarkan dan meratakan icing atau cream.
3) pastry bruches: kuas digunakan untuk memoles campuran telur (egg wash)
pada permukaan roti atau kue kering (cookies). Sikat (Brushes) digunakan 
untuk menyikat atau membersikan tepung terigu pada meja kerja (working 
table). Sikat oven (Oven brushes) digunakan untuk membersikan dasar oven 
dari tumpahan tepung.
4) Comb, icing: terbuat dari plastik berbentuk segi tiga dengan ketiga sisinya 
berbentuk gerigi yang berbeda, fungsinya untuk membuat dekorasi.
5) Cutters: alat pemotong adonan ada tiga macam cutter;
a. Cookie cutter and pastry cutters mencetak bentuk dekoratif dan sekaligus 
memotong produk (stamping).
b. Roller cutter: pada kedua sisiya ada alat pegangan (Handle) seperti 
rolling pin manual kemudian digulingkan diatas adonan, biasanya 
digunakan untuk membuat lembaran croissant.
6) Pastry bag/pipng bag: sebuah kantong berbentuk kerucut terbuat dari kain
atau plastik pada bagian ujungnya diberi lubang, dan dipasang tubes dari 
logam atau plastik dengan berbagai ragam bentuk. Diisi dengan krim atau 
bahan isian (filling) lainnya, dan ditekan maka keluar dalam bentuk 
dekorasi.
7) Peel: terbuat dari kayu tipis bentuknya panjang dan bagianya ujung 
melebar, fungsinya untuk memasukan, mengeluarkan, dan memindahkan 
produk yang dipangang dari dalam oven.
8) Roller docker: alat gulungan berduri digunakan dengan cara digulirkan 
diatas adonan, agar adonan berlubang-lubang, untuk menghindari 
terjadinya gelembung pada adonan ketika di panggang. 
9) Rolling pins: ada beberapa bentuk terbuat dari kayu, fungsinya untuk 
menipiskan adonan, dan memberikan dekorasi pada permukaan adonan. 
10)Scrapers/bench scraper/ dough scrape:
a. Alat terbuat dari logam pada satu sisi terdapat pegangan dari kayu.
b. Alat terbuat dari plastik satu sisinya berbentuk oval. Kedua alat 
tersebut fungsinya adalah memotong dan alat pembagi (portioning).
11) Saringan (Sieve): berbentuk lingkaran sekelilingnya terbuat dari logam 
bagian bawah terdapat kawat berlubang halus, fungsinya untuk 
menyaring bahan tepung.12) Strainer: alat berbentuk mangkuk bagian bawah terdapat lapisan
berlubang halus, fungsinya untuk menyaring memisahkan dari bagian 
yang padat dengan airnya, seperti jus dari buah-buahan.
13) Turntable/lazy susan: terbuat dari kayu berbentuk meja kecil dapat 
diputar 360o, fungsinya untuk memudahkan kue yang akan didekorasi.
14) Whip/whisk: alat terbuat dari kawat stainless-steel diikat pada pegangan, 
fungsinya untuk mengocok telur/mencampur bahan-bahan (Gb. 3.8).
4. ALAT-ALAT DAN PERALATAN LAIN (Miscellaneous Tools and 
Equipment)
Beberapa alat dan peralatan yang digunakan untuk melengkapi dan 
sebagai alat bantu pekerjaan (baker dan pastry chef) untuk produk roti dan 
kue, alat tersebut adalah sebagai berikut:
1) Acetate ada dua macam:
a. Transfer Sheet merupakan lembaran plastik transparan yang 
bercorak dan warna-warni, digunakan untuk mendekorasi produk 
dengan menempelkan transfer sheet diatas permukaan produk. 
Dekorasi dan warna akan pindah di atas produk tersebut.
b. Acetate Strips: gulungan plastik transparan digunakan untuk 
membuat berbagai macam dekorasi dari coklat cair seperti untuk 
membuat chocolate strips
c. Acetate sheet: lembaran plastik transparan digunakan untuk 
membuat berbagai macam dekorasi dari coklat cair. Dalam jumlah 
yang lebih banyak lagi.
2) Couche; selembar kain tebal dan keras /seperti kain kanvas dilipit 
bergelombang, fungsinya untuk mendukung pengembangan (proofing)
baguette, sebelum di panganng (baked).
3) Marmer (Marble).
Marmer digunakan sebagai meja kerja untuk berbagai macam adonan 
karena permukaan yang rata dan dingin, juga digunakan untuk
tempering coklat.
4) Hydrometer Hydrometer/sugar densimeter/saccharometer/Baumé 
hydrometer.
Alat yang digunakan untuk mengukur atau menguji tingkat kepadatan 
sirup gula, bentuknya seperti thermometer
5) Kertas roti (Parchment paper baking paper).
Kertas roti digunakan pada dasar loyang sebagai anti lengket sehingga 
produk tidak menempel pada dasar loyang. Kertas roti dapat 
digunakan untuk membuat pipa kerucut pengganti piping bag untuk 
pekerjaan dekorasi.
6) Cooling Rack.
Rak kawat digunakan untuk pendinginan produk roti. 
7) Silicone mat.
Lembaran fiberglass dilapisi dengan silikon anti lengket, digunakan 
untuk melapisi atau alas produk agar tidak lengket pada dasar loyang, 
juga digunakan untuk sugar work. Silicone mat ini tahan sampai suhu 
sekitar 480 ° F (250 ° C).
8) Thermometers.
Ada berbagai macam thermometer:
a. Sugar thermometer
b. Chocolate thermometer digunakan untuk mengukur suhu tempering 
chocolate
c. Thermometers yang digunakan untuk mengukur: suhu adonan roti 
dan suhu minyak yang digunakan untuk menggoreng (Gb. 3.9)Ovens adalah istilah yang digunakan untuk alat pemanggang untuk 
roti dan kue, untuk mengindari salah perngertian alat pemanggang 
pada umumnya

















Sejak jaman pra sejarah bahwa biji-bijian telah menjadi bahan makan pokok 
bagi manusia, sebelum terdapat peralatan untuk mengolah bijian-bijan 
menjadi tepung. Secara sederhana mengolah biji-bjian dipanggang kemudian 
dipipihkan atau dicampur air menjadi pasta kemudian dipanggang menjadi 
(flat bread) seperti tortilla tanpa ragi. 
Pada zaman Yunani kuno, sekitar 500-600 Sebelum Masehi (SM) (Before 
Common Era/BCE), dibuat oven tertutup dipanaskan dengan kayu bakar
digunakan orang secara bergantian dinamakan sebagai oven komunal besar. 
Kue yang diolah pada zamannya sangat sederhana campuran tepung minyak 
dan madu, dan menghasilkan jenis kue yang kaku atau keras seperti pie atau 
short bread. Ketika runtuhnya kerajaan Romawi kegiatan mengolah kue 
sebagai profesi pun lenyap. Pada abab ke 16 di Eropa khususnya di Prancis 
sistim pemanggangan dikembangkan, hanya orang yang bersertifikat saja,
mereka yang boleh membuat dan menjual roti. Sejak ditemukan yeast oleh 
Louis Pasteur pada tahun 1872 maka perkembangan Cara mengolah dan 
produk roti semakin meluas ke seluruh daratan Eropa. 
Gandum bukan makanan pokok bangsa Indonesia tetapi gandum setelah 
diolah menjadi terigu memiliki nilai komersil untuk diolah menjadi berbagai 
macam roti (breads) kue (cakes), kue kering (cookies). Roti telah menjadi 
makanan utama untuk makan pagi bagi sebagian orang atau sebagai 
makanan selingan, makanan pembuka, dan makanan pengiring untuk 
makanan lain seperti krim sup, terutama disajikan pada hotel-hotel
berbintang. Bagian pengolahan roti dan kue (bakery and pastry) merupakan 
bagian penting di hotel berbintang sebagai sumber pendapatan (income 
revenue) selain pejualan kamar (room). Melalui berbagai macam olahan roti 
dan kue serta makanan penutup (desserts) untuk kegiatan rapat, seminar dan 
pernikahan dan lain-lainya. Disisi lain menekuni bidang pengolahan roti dan 
kue menyediakan peluang kerja yang luas di hotel, restoran, industri ritel roti 
dan kue (retail bakeries and pastries shops). Pada skala besar industri roti dan
industri bahan-bahan untuk roti (industrial production of baked goods), dan yang 
terpenting bagaimana dapat menciptakan lapangan kerja untuk orang 
banyak dengan membuka usaha roti dan kue (entrepreneurship).

2. PENGUKURAN (Measurement)
Secara umum ada dua hal yang harus diperhatikan dalam membuat produk 
roti, yaitu:
Pengukuran (Measurement)
Hampir semua bahan-bahan yang digunakan untuk mengolah, roti dan kue 
harus ditimbang menggunakan satuan berat atau volume dengan akurat. 
Ada dua acara untuk mengukur bahan-bahan: 1) mengukur dengan 
timbangan (kg. ons, gram), digunakan untuk mengukur bahan yang padat 
dan 2) mengukur dengan volume (liter, ml, cc), digunakan untuk mengukur 
bahan cair, seperti air, telur, susu, minyak. Sebagai bahan perbandingan akan 
diperlihatkan satuan ukuran sistim United State dan sistim metriks.
a) Satuan Ukuran (Units of Measure - US System) 
Negara Amerika menggunakan pengukuran untuk bahan-bahan roti dan 
kue menggunakan pengukuran US sistim yang sangat kompleks karena
sulit untuk diingat. Sedangkan negara-negara lain menggunakan sistim 
metriks lebih mudah, karena terdapat satuan unit dasar (basic unit), 
demikian juga Indonesia menggunakan sistim metriks untuk mengukur 
bahan-bahan yang diolah.
Tabel 1.1. Sistem US Satuan Ukuran
No Satuan Ukuran /Volume (US system)
1 1 lb "libra" 16 oz
2 1 gal Gallon 4 qt
3 1 qt quart 2 pt/4 cups/32 (fl) oz
4 1 pt Pint 2 cups/16 (fl) oz
5 1 cup Cangkir 8 (fl) oz
6 1 (fl) oz fluid ounces 2 tbsp
7 1 tbsp Table spoon 3 tsp
Sumber: Gisslen (2005)
2 tablespoons (+ tbsp) = 1 fluid ounce (f1.02)
8 fluid ounces (fl.02) = 1 cup/cangkir (c)
2 cups/cangkir = 1 pint (pt)
2 pint (pt) = quart (qt)
4 quart (qt) = 1 gallon (gal)
Satuan Berat:
1 ton = 1000 kg
1 ton = 10 kwintal
1 kwintal = 100 kg
1 kg = 2 pon
1 pon = 5 ons
1 hg = 1 ons
1 kg = 10 ons
1 ons = 100 gram

Pengukuran sistim metriks terdapat satu unit dasar untuk setiap jenis 
pengukuran, gram merupakan unit dasar dari berat, liter adalah unit dasar 
untuk volume, dan derajat celcius adalah unit dasar dari suhu. Untuk unit 
yang lebih besar atau yang lebih kecil dilakukan dengan mengalikan atau 
membagi dengan 10, 100, 1000. Unit dasar tersebut menjadi acuan untuk 
mengukuran bahan-bahan roti dan kue di Indonesia.
kilo- = 1000
deci- = 1/10 atau 0.1
centi- = 1/100 atau 0.01
milli- = 1/1000 atau 0.001

Untuk membuat suatu produk roti dengan baik, perlu diperhatikan beberapa 
hal yaitu penggunaan bahan yang berkualitas, ketepatan penimbangan bahan 
yang digunakan. Kebersihan alat, lingkungan tempat kerja, kebersihan dan 
kesehatan pengolah roti (beker’s). Setiap konsumen berharap dapat membeli 
roti, kue dan makanan lainnya diharapkan bebas dari bahaya yang dapat 
mengurangi ketidak nyamanan, sakit atau kematian. Oleh sebab itu perlu ada 
pengawasan yang dilakukan oleh internal maupun eksternal terhadap bahan�bahan yang digunakan, kebersihan lingkungan tempat kerja, pengolah roti 
atau makanan lainnnya. 
Pengawasan oleh eksternal secara berkala harus dilakukan oleh instansi atau 
badan yang bertangung jawab terhadap makanan, di Indonesia dikenal 
dengan nama Badan Pengawas Obat dan Maknanan (BPOM). Setiap aktivitas 
yang berkaitan dengan pengolahan atau memproduksi makanan harus 
mendapat ijin dan dilakukan observasi secara berkala ke temapat produksi 
dan mengirimkan contoh produksi untuk dilakukan uji coba kelayakan 
apakah produk makanan tersebut layak untuk dikonsumsi oleh kosumen. 
Oleh sebab itu prinsip keamanan, hygine dan sanitasi perlu di terapkan dalam 
semua aktivitas pengolahan dan produksi makanan, demikian halnya dengan 
pengolah dan memproduksi roti. Bahan tambahan yang sering ditambahan 
pada produk roti adalah bahan pengawet agar roti dapat tahan lama, bahan 
pengembang, pelembut, dengan tujuan untuk menekan biaya produksi. 
Menggunakan bahan- bahan tambahan harus menurut ukuran dan ketentuan 
serta menggunakan bahan-bahan yang sesuai untuk makanan. 


1. GANDUM, HASIL OLAHAN DAN TEPUNG LAINNYA
(Wheat, Grain Flours Non-Wheat Flour)
Gandum adalah sejenis tanaman yang termasuk dalam kelompok padi�padian (serelia): gandum, padi dan jagung, ketiga bahan makann tersebut 
dapat digunakan sebagai bahan makanan pokok, dan jenis lain yang 
termasuk tanaman dalam kelompok padi-padian adalah Jali, Cantel, 
Jawawut.
1) Gandum nama botani adalah Triticum aestivum.
Gandum diproses untuk menjadi tepung terigu dengan kualitas yang baik, 
merupakan bahan utama membuat roti. Gandum mengandung: bran; kulit 
atau dedak 13-17%, germ; bagian inti 2-3%, endosperm; bagian yang 
mengandung tepung dan protein 80-85%. Protein tepung terigu 
dinamakan gluten. Pengelompokan gandum di Amerika, dan tepung 
terigu yang ada di Indonesia pada (Tabel 2.1).
2) Olahan Tepung bukan dari Gandum (Non-Wheat Flour) 
Berbagai tumbuhan yang termasuk kelompok padi-padian (serelia) dapat 
diolah menjadi tepung dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan 
atau pengganti tepung terigu, seperti:
a. Padi nama botani adalah (Oryza sativa)
Padi melalui proses menghasilkan beras sebagai makanan pokok 
bangsa Indonesia, beras ada tiga macam; beras putih, merah dan beras 
hitam. Jenis lain dari padi atau beras adalah beras ketan (sticky rice) dan 
beras ketan hitam (black glutinous rice).
b. Jagung nama botani adalah Zea Mays
Jagung melalui proses menghasilkan; minyak jagung, tepung jagung 
(Maizena), dan beras jagung.
c. Rye terdiri 25-40% tepung gandum dan 60-75% tepung gandum tinggi 
protein digunakan sebagai campuran membuat roti rye .

2. LEMAK DAN MINYAK (Fats and Oils) 
Jenis lemak dan minyak untuk pengolahan roti dan kue, dapat dibedakan 
berdasarkan titik cair (melting point):
1) Lemak adalah padat (solid) pada ruang temperatur, dan memiliki titik 
cair/leleh yang tinggi harus dipanaskan (melted). 
2) Minyak adalah cair (liquid) pada suhu ruang, dan memiliki titik cair/leleh
yang rendah artinya dalam kondisi biasa tetap dalam keadaan cair.
Sumber lemak 
1) Lemak hewani: berasal dari lemak hewani pada umumnya bentuknya 
padat seperti; butter; hasil olahan dari lemak susu sapi/kambing, lemak 
sapi dan lard.
2) Minyak: berasal dari nabati pada umumnya bentuknya cair seperti; 
minyak jagung, minyak kacang, minyak zaitun (olive oil), minyak matahari 
(sun flower).
3) Lemak cokelat (cocoa butter) bentuknya padat walaupun pada suhu ruang.
4) Beberapa minyak nabati dapat dibuat padat melalui proses hidrogenesis 
seperti Shortening, shortening dapat dibuat dari minyak nabati atau lemak 
hewani.
Fungsi utama lemak dalam dalam produk yang dipanggang (baked):
- untuk melunakkan produk dan melembutkan tekstur.
- untuk menambahkan kelembaban, dan meningkatkan nilai gizi khususnya 
kalori. 
- untuk meningkatkan dan menjaga kualitas produk.
- untuk menambah rasa; serta
- untuk membantu ragi bila digunakan sebagai creaming agen atau bila 
digunakan untuk memberikan kulit berlapis untuk puff pastry, adonan 
pie, dan produk sejenis.
Jenis-jenis lemak (fats) yang digunakan untuk mengolah roti dan kue:
1) Shortening ada dua macam:
a) Shortening regular/biasa (regular shortenings): diproduksi dengan 
memiliki berbagai tingkat kekerasan, memiliki creaming yang baik, 
digunakan produk keripik (flaky products) seperti remah kue (pie crusts)
and dan biskuit. Digunakan juga untuk berbagai macam produk kue 
(pastries) seperti pound cakes, cookies, and quick breads.
b) Shortening emulsi (emulsified shortenings): lembut, menyebar dengan 
mudah ke seluruh adonan dan cepat melapisi partikel gula dan tepung,
sehingga tekstur kue menjadi halus, dan membuat lembab (moist) pada 
kue.
2) Mentega (Butter).
Proses membuat mentega secara singkat; susu hewan yang ditambahkan 
zat asam laktat atau asam susu diaduk (churning), terjadi pengumpalan 
dipisahkan dari air dengan bagian yang padat dinamakan buttermilk atau 
susu mentega, kemudian susu mentega dipadatkan dan dicetak sesuai 
selera. Mentega segar (Fresh butter) terdiri dari