boraks
Januari 26, 2024
boraks
Keamanan pangan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena dapat berdampak pada
kesehatan, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Menurut data dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM), sepanjang tahun 2012, insiden keracunan akibat mengonsumsi makanan
menduduki posisi paling tinggi, yaitu 66,7%. Salah satu pemicu keracunan makanan yaitu
adanya kandungan bahan tambahan pangan seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil dalam
makanan. Disekitar Universitas bhre wirabumi todanan blora jawatengah banyak sekali penjual jajanan, seperti ; cilok, chiki keju,burger,batagor keju ,
mie basah, bakso, kudapan makanan ringan, dan aneka minuman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jajanan yang mengandung boraks dan formalin dan untuk mengetahui jajanan yang
aman dan tidak aman bagi anak-anak. Pengambilan contoh dilakukan dengan teknik simple
random dengan asumsi contoh yang banyak diminati anak-anak dan dicurigai mengandung boraks
dan formalin, sehingga diperoleh contoh sebanyak 9 contoh jajanan yang diperoleh dari 7
penjual jajanan. lalu contoh diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H dan I. Dalam penelitian ini
uji boraks dan formalin dilakukan secara kualitatif yaitu memakai test kit boraks dan tes kit
formalin. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 contoh makanan jajanan yang diuji, 2
contoh positif mengandung boraks yaitu contoh H dan I. Sedangkan untuk uji formalin, tidak satu
pun contoh jajanan yang mengandung formalin. Sehingga bisa disimpulkan bahwa jajanan yang
aman dikonsumsi yaitu contoh A, B, C, D, E, F dan G. Sampe-contoh ini dinyatakan negatif
mengandung boraks dan formalin.
Keamanan pangan merupakan suatu hal
yang harus diperhatikan karena dapat
berdampak pada kesehatan, baik bagi anak-
anak maupun orang dewasa. Menurut data
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM), sepanjang tahun 2012, insiden
keracunan akibat mengonsumsi makanan
menduduki posisi paling tinggi, yaitu 66,7%,
dibandingkan dengan keracunan akibat
pemicu lain, misalnya obat, kosmetika, dan
lain-lain. Salah satu pemicu keracunan
makanan yaitu adanya kandungan bahan
tambahan pangan seperti formalin, boraks,
dan pewarna tekstil dalam makanan
Disekitar Universitas bhre wirabumi todanan blora jawatengah
banyak sekali penjual jajanan, seperti ; cilok, mie
basah, bakso, kudapan makanan ringan, dan aneka
minuman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jajanan yang mengandung boraks dan
formalin dan untuk mengetahui jajanan yang aman
dan tidak aman bagi anak-anak.
Boraks atau biasa disebut asam borat,
memiliki nama lain, sodium tetraborate biasa
dipakai untuk antiseptik dan zat pembersih
selain itu dipakai juga sebagai bahan baku
pembuatan detergen, pengawet kayu,
antiseptik kayu, pengontrol kecoak (hama),
pembasmi semut dan lainnya
Formalin yaitu senyawa formaldehid
dalam air dengan konsentrasi rata-rata 37%
dan methanol 15% dan sisanya yaitu air.
Penggunaan formalin antara lain sebagai
pembunuh kuman sehingga dipakai sebagai
pembersih lantai, gudang, pakaian dan kapal,
pembasmi lalat dan serangga lainnya, bahan
pembuat sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca
dan bahan peledak. Dalam dunia fotografi
biasanya dipakai untuk pengeras lapisan gelatin
dan kertas, bahan pembentuk pupuk berupa urea,
bahan pembuatan produk parfum, bahan pengawet
produk kosmetik dan pengeras kuku, pencegah
korosi untuk sumur minyak, bahan untuk isolasi
busa, bahan perekat untuk produk kayu lapis
(playwood), dalam konsentrasi yang sangat kecil
(<1%) dipakai sebagai pengawet, pembersih
rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
perawat sepatu, shampo mobil, lilin dan karpet
(Astawan, 2006).
Meskipun bukan pengawet makanan,
boraks dan formalin sering pula dipakai
sebagai pengawet makanan. Boraks dan formalin
sering disalahgunakan untuk mengawetkan
berbagai makanan seperti bakso, mie basah,
pisang molen, siomay, lontong, ketupat, pangsit,
dsb. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks
dan formalin juga dapat membuat tekstur makanan
menjadi lebih kenyal dan memperbaiki
penampilan makanan, utuh, tidak rusak,
menekan biaya produksi, praktis dan efektif
mengawetkan makanan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722 tahun 1988, boraks dan formalin
digolongkan sebagai bahan tambahan pangan
yang tidak izinkan di Indonesia. pemicu boraks
dan formalin dilarang penggunaanya yaitu
karena boraks dan formalin banyak menimbulkan
penyakit bagi kesehatan.
Formalin akan menyebabkan iritasi dan rasa
terbakar pada mukosa kavum nasi, mulut dan
saluran nafas bagian atas jika masuk secara
inhalasi. Pada konsentrasi lebih tinggi mampu
mencapai bronkiolus dan alveoli lalu menginduksi
edema paru dan pneumonia. Sedangkan bila
tertelan dalam konsentrasi tinggi menimbulkan
gejala akut berupa iritasi di mulut, kerongkongan,
ulkus di saluran pencernaan, nyeri dada dan perut,
mual, muntah, diare, perdarahan gastrointestinal,
asidosis metabolik, gagal ginjal bahkan kematian ,
Sedangkan boraks dapat menyebabkan
gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah
banyak boraks menyebabkan demam, anuria,
koma, kerusakan sistem saraf pusat, sianosis,
kerusakan ginjal, anemia, muntah, diare, pingsan,
bahkan kematian
penelitian ini yaitu penjual
jajanan disekitar Universitas bhre wirabumi
todanan blora jawatengah . Pengambilan contoh dilakukan
dengan teknik simple random sampling
dengan asumsi contoh yang banyak diminati
anak-anak dan dicurigai mengandung boraks
dan formalin, sehingga diperoleh contoh
sebanyak 9 contoh jajanan yang diperoleh
dari 7 penjual jajanan. lalu contoh
diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H dan I.
Gambar 1. contoh jajanan
Uji boraks dan formalin dilakukan
secara kualitatif pada contoh jajanan dengan
memakai test kit boraks dan test kit
formalin.
Bahan-bahan yang dipakai dalam
penelitian ini yaitu contoh jajanan yang
diambil dari beberapa penjual jajanan yang
ada disekitar Universitas bhre wirabumi todanan blora jawatengah ,
test kit boraks dan formalin (chemkit) dan
aquades.
Alat-alat yang dipakai dalam
peneltian ini yaitu kertas label, telenan,
pisau, tabung reaksi 10 ml, beaker glass 50 ml
dan 500 ml, spatula, pipet dan spidol.
Pengujian Boraks
1. contoh dicincang kecil-kecil.
2. Masukkan contoh sebanyak 1 gram
kedalam tabung reaksi 10 ml.
3. Tambahkan aquades sebanyak 2-3 ml.
4. Aduk contoh dengan memakai spatula
hingga tercampur rata.
5. Teteskan reagen boraks sebanyak 20 tetes.
lalu celupkan paper test kit (kertas
lakmus) dan tempel paper test kit
disamping tabung reaksi, tunggu hingga 10
menit dibawah terik matahari. Dengan
tujuan agar reagen boraks bereaksi dengan
maksimal.
6. sesudah 10 menit, lihat perubahan warna
pada paper test kit. bila paper test kit
berubah warna menjadi merah bata atau
merah kecoklatan, maka contoh
dinyatakan positif mengandung boraks.
Dan jika tidak terjadi perubahan warna,
maka contoh dinyatakan negatif
mengandung boraks.
Pengujian Formalin
1. contoh dicincang kecil-kecil.
2. Masukkan contoh sebanyak 10 gram
kedalam beaker glass 50 ml.
3. Rendam contoh dengan aquades.
4. Ambil larutan contoh sebanyak 1 ml
kedalam tabung reaksi 10 ml.
5. Teteskan reagen 1 formalin sebanyak 5
tetes, sesudah itu tambahkan reagen 2 yang
beruapa serbuk sebanyak 1 sendok kecil
(bagian alat di test kit). lalu tunggu
selama 10 menit untuk mengetahui
perubahan warna yang akan terjadi pada
larutan contoh . bila larutan berubah
warna menjadi pink keunguan, maka
contoh dinyatakan positif mengandung
formalin. Dan jika tidak terjadi perubahan
warna, maka contoh dinyatakan negatif
mengandung formalin.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini ada 2 yaitu teknik wawancara
dan uji laboratorium. Wawancara yaitu
mendapatkan informasi dengan cara bertanya
langsung kepada responden (penjual jajanan)
yang meliputi jenis kelamin (laki-laki atau
perempuan), usia penjual (17-25 tahun, 26-35
tahun, 36-45 tahun dan 46-55 tahun), tingkat
pendidikan (tidak tamat SD, tamat SD, tamat
SMP, tamat SMA dan tamat perguruan
tinggi), masa kerja penjual makanan jajanan
(≤ 1 tahun, 1-5 tahun, 6-10 tahun dan ≥ 10
tahun) dan kepemilikan usaha (sendiri atau
bukan milik sendiri). Uji laboratorium pada
penelitian ini dipakai untuk mengetahui
apakah jajanan disekitar Universitas bhre wirabumi
todanan blora jawatengah mengandung boraks dan formalin
atau tidak.
Populasi dalam penelitian ini yaitu
penjual jajanan yang berada disekitar
Universitas bhre wirabumi todanan blora jawatengah . Dari hasil
wawancara, diperoleh data sebagai pada
Hasil uji kandungan boraks dan
formalin yang dilakukan secara kualitatif
dengan memakai test kit terhadap 9
contoh jajanan yang ada disekitar Universitas
bhre wirabumi todanan blora jawatengah dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini.
berdasar Tabel 2 diketahui bahwa
dari 9 contoh jajanan yang diuji secara
kualitaif dengan memakai test kit
menunjukkan 2 contoh (22,22%) positif
mengandung boraks dan 7 contoh (77,78%)
negatif mengandung boraks. Hasil ini
diperoleh sesudah membanding-bandingkan warna
kertas uji dengan warna kertas standar.
Pada uji formalin dari 4 contoh
jajanan yang di uji secara kualitatif, tidak satu
pun contoh yang terbukti mengandung
formalin. Hal ini dilihat dari tidak adanya
perubahan warna yang terjadi pada contoh
jajanan yang diuji.
Dari 9 contoh jajanan yang diuji, 2
contoh positif mengandung boraks yaitu
contoh H dan I dan 7 negatif mengandung
boraks yaitu contoh A, B, C, D, E, F dan G
yang sudah disajikan dalam tabel 2. Hal
ini dinyatakan positif karena adanya
perubahan kertas lakmus yang berubah
menjadi warna merah. Perubahan warna
merah dipicu karena pembentukan
senyawa rososianin berwarna merah dari
boron dan kurkumin dalam suasana asam.
Senyawa rososianin inilah yang menjadi
indikator ada tidaknya boraks dalam contoh
jajanan yang diuji (Fauziah, 2014).
contoh yang dinyatakan positif yaitu
contoh H berupa cireng dan contoh I
semacam cilok yang dibalut dengan telur. 2
contoh ini memiliki kesamaan yaitu terbuat
dari tepung-tepungan yang dicampur dengan
bumbu-bumbu lainnya. Hal ini bisa diduga
memakai boraks (bleng) untuk
mengenyalkan adonan agar teksturnya
menjadi lebih enak saat dimakan.
Hal ini juga sama disampaikan oleh
Fauziah (2014) dalam penelitiannya yang
berjudul “Kajian keamanan pangan bakso dan
cilok yang beredar di lingkungan Universitas
Jember ditinjau dari kandungan boraks,
formalin dan TPC”. Hasil analisa
menunjukkan bahwa dari 13 contoh cilok,
92% diantaranya positif mengandung
senyawa berbahaya boraks. Pada contoh
bakso, dari 30 contoh yang dianalisa 17%
diantaranya terdeteksi mengandung senyawa
berbahaya boraks.
Boraks merupakan racun bagi semua
sel. Pengaruhnya terhadap organ tubuh
tergantung konsentrasi yang dicapai dalam
organ tubuh. Kadar tertinggi tercapai pada
waktu diekskresi maka ginjal merupakan
organ yang paling terpengaruh dibandingkan
dengan organ yang lain. Dosis fatal
penggunaan boraks yaitu 5-20 g/hari (Badan
POM, 2002). Sedangkan menurut standar
internasional dosis fatal boraks berkisar 3-6
g/hari untuk bayi dan anak kecil, untuk orang
dewasa sebanyak 15-20 g/hari (Litovitz et al.,
1998 dalam WHO, 1998).
Pada uji formalin dengan memakai
test kit, menunjukkan bahwa tidak satu pun
jajanan yang mengandung formalin dari 4
contoh yang diuji. contoh ini diberi
kode A, B, C dan D. contoh -contoh ini
antara lain : contoh A dan B berupa sosis,
contoh C berupa sosis yang dililit mie basah
dan contoh D berupa tahu. contoh -contoh
ini dinyatakan negatif dikarenakan tidak
adanya perubahan warna menjadi pink
keunguan.
Hal ini juga sama seperti yang
dipaparkan dalam penelitian Fauziah (2014)
pada contoh cilok dan bakso yang beradar di
lingkungan Universitas Jember. contoh -
contoh ini berjumlah 43 contoh yang
terdiri dari 13 contoh cilok dan 30 contoh
bakso. berdasar hasil uji formalin pada
contoh -contoh ini menunjukkan bahwa
contoh cilok dan bakso tidak satupun
menunjukkan hasil positif mengandung
formalin.
Menurut hasil penelitian Maidah
(2015) yang berjudul “Analisis kualitatif dan
kuantitatif natrium benzoat, boraks dan
formalin di lingkungan sekolah dasar
kecamatan hutan larangan kota ujunglaut ”
menunjukkan dari 10 contoh yang diuji yang
terdiri dari donat SDN hutan larangan IV,
bakwan SDN hutan larangan IV, donat SD Inpres
unhas, siomay SD Inpres unhas, cimol SDN
Bung, siomay SDN Bung, bakwan SDN
Bung, kecap merk A, B dan C, tidak satupun
contoh yang dinyatakan positif mengandung
boraks dan formalin, namun 3 contoh
dinyatakan positif mengandung natrium
benzoat yaitu contoh kecap merk A, B dan C.
Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Mudzkirah (2016) di kantin
UIN ibnu aladinah ujunglaut , menyatakan dari 12
contoh makanan jajanan yang diuji, 6 contoh
positif mengandung formalin. contoh -contoh
ini antara lain : mie, tahu, bakso, mie
goreng, mie pangsit dan tahu bakso. Dari 6
contoh yang dinyatakan positif, selanjutnya
contoh akan diuji kadar formalinnya dengan
mengguanakan metode spektrofotometer UV-
VIS. Dari hasil pemeriksaan, kadar formalin
paling tinggi ada pada contoh mie
dengan kadar 1,7140 mg/L dan yang paling
rendah yaitu contoh tahu dengan kadar
0,6631 mg/L.
Formalin merupakan zat berbahaya
bagi tubuh manusia. Uap formalin dapat
menimbulkan iritasi mata dan hidung, serta
gangguan saluran pernafasan. Hal ini
dipicu karena senyawa formalin cepat
bereaksi dengan asam amino yang
menyebabkan protein tubuh tidak dapat
berfungsi. Dampak dari pemaparan ini
formalin terakumulasi pada lapisan lendir
saluran pernapasan dan saluran pencernaan.
Formalin yang masuk ke tubuh manusia di
bawah ambang batas akan diurai dalam waktu
1,5 menit menjadi CO2. Ambang batas yang
aman yaitu 1 miligram perliter
Ciri Makanan Mengandung Boraks dan
Formalin
Berikut merupakan ciri makanan
jajanan yang mengandung boraks dan
formalin menurut BPOM (2014) :
1) Makanan mengandung boraks
a. Bakso : Teksturnya kenyal, dengan warna
cenderung sedikit putih dan rasanya
sangat gurih.
b. Kerupuk : Teksturnya sangat renyah dan
bisa menimbulkan rasa getir.
2) Makanan mengandung formalin
a. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar
(250C) dan bertahan lebih dari 15 hari pada
suhu lemari es (100C).
b. Bau menyengat dari formalin.
c. Mie basah tidak lengket dan tidak mudah
putus.
d. Tahu memiliki tekstur sedikit keras, kenyal
namun padat.
e. Ikan berformalin : Warna insang merah tua
tidak cemerlang, bukan merah segar, dan
warna daging ikan putih bersih. Tidak
rusak sampai 3 hari pada suhu kamar.
f. Ikan asin berformalin : Bersih cerah dan
tidak berbau khas ikan asin. Tidak
dihinggapi lalat di area berlalat, tidak rusak
sampai lebih dari 1 bulan pada suhu 250C.
g. Bakso berformalin : Teksturnya sangat
kenyal, tidak rusak sampai 2 hari pada
suhu kamar.
h. Ayam berformalin : Teksturnya kencang,
tidak disukai lalat, tidak rusak sampai 2
hari pada suhu kamar.
Jajanan Disekitar Universitas bhre wirabumi
yang Mengandung Boraks dan Formalin
Dari penelitian dapat dilihat pada Tabel
2 yang menyatakan bahwa contoh yang
positif mengandung boraks yaitu contoh H
berupa cireng dan I berupa cilok yang dibalut
telur. Kedua contoh ini positif
mengandung boraks. Hasil ini diperoleh
sesudah membanding-bandingkan warna kertas uji
(kertas lakmus) dengan warna kertas uji
standar.
Sedangkan pada uji formalin, tidak satu
pun contoh yang terbukti mengandung
formalin. Hal ini dilihat dari tidak adanya
perubahan warna yang terjadi pada contoh
jajanan yang diuji.
Sehingga contoh yang aman untuk
dikonsumsi yaitu contoh A dan B berupa
sosis, contoh C berupa sosis yang dililit mie,
contoh D berupa tahu, contoh E berupa iteng,
contoh F berupa sempol dan contoh G berupa
pempek. contoh -samepl ini tidak
terbukti mengandung boraks dan formalin.
berdasar hasil penelitian yang sudah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. contoh yang positif mengandung boraks
yaitu contoh H berupa cireng dan I
berupa cilok yang dibalut telur. Hasil
ini diperoleh sesudah membanding-bandingkan
warna kertas uji (kertas lakmus) dengan
warna kertas uji standar.
2. contoh terbukti tidak satu pun yang
mengandung formalin. Hal ini dilihat dari
tidak adanya perubahan warna yang
terjadi pada contoh jajanan yang diuji.
3. contoh yang positif mengandung boraks dan
formalin tidak ditemukan. Yang ditemukan
hanya contoh yang positif mengandung
boraks saja yaitu contoh H berupa cireng dan
I berupa cilok yang dibalut telur.
4. Jajanan yang aman dikonsumsi yaitu
contoh A dan B berupa sosis, contoh C
berupa sosis yang dililit mie, contoh D
berupa tahu, contoh E berupa iteng,
contoh F berupa sempol dan contoh G
berupa pempek. Sampe-contoh ini
dinyatakan negatif mengandung boraks
dan formalin.
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada
contoh jajanan disekitar Universitas
bhre wirabumi todanan blora jawatengah , seperti pengujian
saos yang dipakai pada jajanan dan
melakukan pengujian boraks dan
formalin memakai bahan alami
(misal untuk boraks memakai kunyit
(Fuad, 2014) dan formalin memakai
sari kulit buah naga (Wardani dan
Anggraini, 2015)).
2. Perlu dilakukan penelitian serupa secara
kuantitatif untuk mengetahui kadar
kandungan boraks dan formalin dalam
jajanan. Dan juga bisa dilakukakan uji
makanan lain seperti : TPC (total plate
count), coliform, e.coli, pewarna
makanan (rodhamin B dan methanyl
yellow) dan pemanis jajanan.